Surah GUA
|
|
سُوۡرَةُ الکهف
|
Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
|
|
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
|
Segala puji bagi Allah
yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab [Al Qur’an] dan Dia tidak
mengadakan kebengkokan di dalamnya; [871] (1)
|
|
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ
ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَـٰبَ وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُ ۥ
عِوَجَاۜ (١)
|
[871] tidak ada dalam Al-Qur'an itu ma'na-ma'na yang berlawananan
dan tak ada penyimpangan dari kebenaran.
|
||
|
||
001. (Segala puji) Memuji ialah menyifati dengan yang
baik, yang tetap (bagi Allah) Maha Tinggi Dia. Apakah yang dimaksud dengan
Alhamdulillah ini bersifat pemberitahuan untuk diimani, atau dimaksudkan
hanya untuk memuji kepada-Nya belaka, atau dimaksudkan untuk keduanya. Memang
di dalam menanggapi masalah ini ada beberapa hipotesis, akan tetapi yang
lebih banyak mengandung faedah adalah pendapat yang ketiga, yaitu untuk
diimani dan sekaligus sebagai pujian kepada-Nya (yang telah menurunkan kepada
hamba-Nya) yaitu Nabi Muhammad (Al-Kitab) Alquran (dan Dia tidak menjadikan
padanya) di dalam Alquran (kebengkokan) perselisihan atau pertentangan. Jumlah
kalimat Walam yaj'al lahu 'iwajan berkedudukan menjadi Hal atau kata
keterangan keadaan daripada lafal Al-Kitab.
|
||
sebagai bimbingan yang
lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah
dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan
amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, (2)
|
|
قَيِّمً۬ا لِّيُنذِرَ
بَأۡسً۬ا شَدِيدً۬ا مِّن لَّدُنۡهُ وَيُبَشِّرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ
يَعۡمَلُونَ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنً۬ا (٢)
|
002. (Sebagai jalan yang lurus) bimbingan yang lurus; lafal
Qayyiman menjadi Hal yang kedua dari lafal Al-Kitab di atas tadi dan
sekaligus mengukuhkan makna yang pertama (untuk memperingatkan)
menakut-nakuti orang-orang kafir dengan Alquran itu (akan siksaan) akan
adanya azab (yang sangat keras dari sisi-Nya) dari sisi Allah (dan memberi
berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengadakan amal saleh,
bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik).
|
||
mereka kekal di
dalamnya untuk selama-lamanya. (3)
|
|
مَّـٰكِثِينَ فِيهِ
أَبَدً۬ا (٣)
|
003. (Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya) yaitu
mendapatkan surga.
|
||
Dan untuk
memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: "Allah mengambil seorang
anak". (4)
|
|
وَيُنذِرَ ٱلَّذِينَ قَالُواْ
ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدً۬ا (٤)
|
004. (Dan untuk memperingatkan) kepada semua orang kafir
(kepada orang-orang yang berkata, "Allah mengambil seorang anak)".
|
||
Mereka sekali-kali
tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka.
Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak
mengatakan [sesuatu] kecuali dusta. (5)
|
|
مَّا لَهُم بِهِۦ مِنۡ
عِلۡمٍ۬ وَلَا لِأَبَآٮِٕهِمۡۚ
كَبُرَتۡ ڪَلِمَةً۬ تَخۡرُجُ مِنۡ أَفۡوَٲهِهِمۡۚ إِن يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبً۬ا
(٥)
|
005. (Tiadalah mereka dengannya) dengan perkataan tersebut
(mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka)
sebelum mereka yang juga mengatakan hal yang sama. (Alangkah jeleknya)
alangkah besar dosanya (kata-kata yang keluar dari mulut mereka) lafal
Kalimatan berkedudukan menjadi Tamyiz yang maknanya menafsirkan pengertian
Dhamir yang dimubhamkan, sedangkan subjek yang dicelanya tidak disebutkan,
yaitu perkataan mereka yang tadi. (Tiada Lain) (mereka mengatakan) hal
tersebut (hanyalah) perkataan (yang dusta belaka).
|
||
Maka [apakah]
barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka
berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini [Al Qur’an].
(6)
|
|
فَلَعَلَّكَ بَـٰخِعٌ۬ نَّفۡسَكَ
عَلَىٰٓ ءَاثَـٰرِهِمۡ إِن لَّمۡ يُؤۡمِنُواْ بِهَـٰذَا ٱلۡحَدِيثِ أَسَفًا (٦)
|
SEBAB TURUNNYA
AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah
hadis melalui jalur periwayatan Ibnu Ishak yang ia terima dari salah seorang
Syekh di Mesir yang ia terima pula dari Ikrimah, dan Ikrimah menerimanya dari
sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa orang-orang Quraisy pada
suatu ketika mengutus Nadhr ibnu Harits dan Uqbah ibnu Abu Mu'ith. kepada
pendeta-pendeta Yahudi di Madinah. Orang-orang
Quraisy itu berpesan kepada para utusannya itu, "Tanyakanlah oleh kalian
kepada mereka tentang Muhammad, mintalah kepada mereka agar
menceritakan sifat-sifat Muhammad dan memberitakan tentang perkataannya,
karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang ahli kitab pertama. Pada mereka
terdapat pengetahuan tentang perihal nabi-nabi yang tidak ada pada
kita". Kemudian kedua utusan itu berangkat hingga sampai di Madinah,
lalu mereka langsung bertanya kepada para pendeta Yahudi tentang Rasulullah
saw. dan mereka menceritakan kepada para pendeta Yahudi itu tentang perkara
dan sebagian perkataan yang telah diucapkannya. Lalu para pendeta Yahudi itu
berpesan kepada para utusan orang-orang Quraisy, "Tanyakanlah kepadanya
tentang tiga perkara, jika ia dapat menceritakannya kepada kalian, berarti ia
benar-benar seorang nabi yang diutus. Jika ternyata ia tidak dapat
menceritakannya berarti dia adalah lelaki pembual. Tanyakanlah kepadanya
tentang para pemuda (Ash-habul Kahfi) di masa silam yang pergi mengasingkan
diri daripada kaumnya; bagaimanakah perihal mereka?, karena sesungguhnya di
dalam kisah mereka terdapat hal-hal yang mengherankan dan menakjubkan. Dan
tanyakanlah kepadanya tentang seorang lelaki yang menjelajah Minangkori
hingga sampai ke ujung Timur dan ke ujung Barat, bagaimanakah kisahnya? Dan
tanyakanlah kepadanya tentang masalah roh, apakah roh itu?" Lalu kedua
utusan itu kembali kepada orang-orang Quraisy, keduanya berkata, "Kami
datang kepada kalian dengan membawa perkara yang memutuskan antara kalian
dengan Muhammad". Maka mereka datang kepada Rasulullah saw. seraya
menanyakan kepadanya tentang hal-hal tersebut. Rasulullah saw. menjawab,
"Aku akan menceritakan apa yang kalian pertanyakan itu besok",
tanpa mengucapkan kata-kata Insya Allah lagi. Setelah itu mereka pergi dan Rasulullah
saw. diam selama lima belas malam menunggu wahyu
turun, akan tetapi malaikat Jibril tidak muncul-muncul juga, sehingga
penduduk kota Mekkah gempar. Sedangkan Rasulullah saw. merasa sedih dan susah
dengan berhentinya wahyu, ia merasa berat atas pembicaraan yang
dipergunjingkan oleh penduduk Mekkah mengenai dirinya. Kemudian malaikat
Jibril datang dengan membawa surah Ash-habul Kahfi, yang di dalamnya terdapat
teguran untuk dirinya, karena ia merasa sedih dengan perihal mereka. Di dalam
surah Al Kahfi ini terkandung pula apa yang mereka tanyakan yaitu tentang
perihal para pemuda dan lelaki yang menjelajah Minangkori, serta firman-Nya
yang mengatakan, "Mereka bertanya kepadamu tentang roh." (Q.S. Al
Isra 85) Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu
Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Atabah ibnu Rabi'ah,
Syaibah ibnu Rabi'ah, Abu Jahal ibnu Hisyam, An Nadhr ibnul Harits, Umayyah
ibnu Khalaf, Al Ashi ibnu Wa'il, Al Aswad ibnu Abdul Muththalib dan Abul
Buhturi berkumpul bersama segolongan orang-orang Quraisy. Rasulullah saw.
merasa berat sekali terhadap apa yang ia perselisikan, yaitu pertentangan
kaumnya terhadap dirinya dan keingkaran mereka terhadap nasihat-nasihat yang
ia sampaikan buat mereka. Hal tersebut membuat diri Rasulullah saw. merasa
sedih sekali, lalu Allah menurunkan firman-Nya, "Maka barangkali kamu
akan membunuh dirimu sendiri karena bersedih hati sesudah mereka
berpaling." (Q.S. Al Kahfi, 6).
|
||
|
||
006. (Maka barangkali kamu akan membinasakan) membunuh
(dirimu sendiri sesudah mereka) sesudah mereka berpaling darimu (sekiranya
mereka tidak beriman kepada keterangan ini) yakni kepada Alquran (karena
bersedih hati) karena perasaan jengkel dan sedihmu, disebabkan kamu sangat
menginginkan mereka beriman. Lafal Asafan dinashabkan karena menjadi Maf'ul
Lah.
|
||
Sesungguhnya Kami
telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (7)
|
|
إِنَّا جَعَلۡنَا مَا
عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةً۬ لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّہُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬ (٧)
|
007. (Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi)
berupa hewan, tumbuh-tumbuhan, pepohonan, sungai-sungai dan lain sebagainya
(sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka) supaya Kami menguji
manusia, seraya memperhatikan dalam hal ini (siapakah di antara mereka yang
terbaik perbuatannya) di dunia ini; yang dimaksud adalah siapakah yang lebih
berzuhud/menjauhi keduniaan.
|
||
Dan sesungguhnya Kami
benar-benar akan menjadikan [pula] apa yang di atasnya menjadi tanah rata
lagi tandus. (8)
|
|
وَإِنَّا لَجَـٰعِلُونَ
مَا عَلَيۡہَا صَعِيدً۬ا جُرُزًا (٨)
|
008. (Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan pula apa
yang di atasnya menjadi tanah rata) merata dengan tanah (lagi tandus) kering
tidak subur.
|
||
Apakah kamu mengira
bahwa orang-orang yang mendiami gua dan [yang mempunyai] raqim [872] itu, mereka termasuk
tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan? (9)
|
|
أَمۡ حَسِبۡتَ أَنَّ
أَصۡحَـٰبَ ٱلۡكَهۡفِ وَٱلرَّقِيمِ كَانُواْ مِنۡ ءَايَـٰتِنَا عَجَبًا (٩)
|
[872] Raqim:
sebagian ahli tafsir mengartikan nama anjing dan sebagian yang lain
mengartikan batu bersurat.
|
||
|
||
009. (Atau kamu mengira) kamu menduga (bahwa Ashhabul
Kahfi) orang-orang yang mendiami gua di suatu bukit (dan Raqim) yaitu
lempengan batu yang tertulis padanya nama-nama mereka dan nasab-nasabnya;
Nabi saw. pernah ditanya mengenai kisah mereka (adalah mereka) dalam kisah
mereka (termasuk) sebagian (tanda-tanda kekuasaan Kami yang menakjubkan?)
lafal 'Ajaban menjadi khabar Kana, sedangkan lafal yang sebelumnya
berkedudukan menjadi hal; artinya: Mereka adalah hal yang menakjubkan yang
berbeda dengan tanda-tanda kekuasaan Kami lainnya; atau mereka adalah
tanda-tanda kekuasaan Kami yang paling menakjubkan, padahal kenyataannya
tidak demikian.
|
||
[Ingatlah] tatkala
pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo’a:
"Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami [ini]".
(10)
|
|
إِذۡ أَوَى ٱلۡفِتۡيَةُ
إِلَى ٱلۡكَهۡفِ فَقَالُواْ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةً۬
وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدً۬ا (١٠)
|
010. Ingatlah (tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat
berlindung ke dalam gua) Lafal Al-Fityah adalah bentuk jamak dari lafal
Fataa, artinya pemuda; mereka khawatir iman mereka akan dipengaruhi oleh
kaumnya yang kafir (lalu mereka berdoa, "Wahai Rabb kami! Berikanlah kepada
kami dari sisi-Mu) dari hadirat-Mu (rahmat, dan sempurnakanlah) perbaikilah
(bagi kami bimbingan yang lurus dalam urusan kami ini.)" yakni petunjuk
yang lurus.
|
||
Maka Kami tutup
telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu, [873] (11)
|
|
فَضَرَبۡنَا عَلَىٰٓ
ءَاذَانِهِمۡ فِى ٱلۡكَهۡفِ سِنِينَ عَدَدً۬ا (١١)
|
[873] Maksudnya:
Allah menidurkan mereka selama 309 tahun qamariah dalam gua itu (lihat ayat
25 ini) sehingga mereka tak dapat dibangunkan oleh suara apapun.
|
||
|
||
011. (Maka kami tutup telinga mereka) yakni kami buat
mereka tidur (bertahun-tahun dalam gua itu) selama bertahun-tahun.
|
||
kemudian Kami
bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu [874] yang lebih tepat
dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal [dalam gua itu]. (12)
|
|
ثُمَّ بَعَثۡنَـٰهُمۡ
لِنَعۡلَمَ أَىُّ ٱلۡحِزۡبَيۡنِ أَحۡصَىٰ لِمَا لَبِثُوٓاْ أَمَدً۬ا (١٢)
|
[874] Kedua
golongan itu ialah pemuda-pemuda itu sendiri yang berselisih tentang berapa
lamanya mereka tinggal dalam gua itu.
|
||
|
||
012. (Kemudian Kami bangunkan mereka) Kami buat mereka
bangun (agar Kami mengetahui) menyaksikan secara nyata (manakah di antara
kedua golongan itu) di antara kedua kelompok yang memperselisihkan tentang
lamanya mereka tinggal di dalam gua itu (yang lebih tepat) lebih cocok, lafal
Ahshaa ini berwazan Af'ala (mengenai diamnya mereka dalam gua itu) tentang
tinggalnya mereka. Lafal 'Lima Labitsuu' berta'alluq kepada lafal berikutnya
(yakni masanya) batas waktunya.
|
||
Kami ceritakan kisah
mereka kepadamu [Muhammad] dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada
mereka petunjuk; (13)
|
|
نَّحۡنُ نَقُصُّ
عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّہُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ
وَزِدۡنَـٰهُمۡ هُدً۬ى (١٣)
|
013. (Kami ceritakan) Kami membacakan (kisah mereka kepadamu
dengan sebenarnya) dengan sesungguhnya. (Sesungguhnya mereka itu adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada
mereka petunjuk).
|
||
dan Kami telah
meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri [875] lalu mereka berkata:
"Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru
Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan
perkataan yang amat jauh dari kebenaran". (14)
|
|
وَرَبَطۡنَا عَلَىٰ
قُلُوبِهِمۡ إِذۡ قَامُواْ فَقَالُواْ رَبُّنَا رَبُّ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ
وَٱلۡأَرۡضِ لَن نَّدۡعُوَاْ مِن دُونِهِۦۤ إِلَـٰهً۬اۖ لَّقَدۡ قُلۡنَآ
إِذً۬ا شَطَطًا (١٤)
|
[875]
Maksudnya: berdiri di hadapan raja Dikyanus (Decius) yang zalim dan
menyombongkan diri.
|
||
|
||
014. (Dan Kami telah meneguhkan hati mereka) Kami
memperkuat hati mereka berpegangan kepada kalimat yang hak (di waktu mereka
berdiri) di hadapan raja mereka yang menyuruh mereka supaya bersujud kepada
berhala-berhala (lalu mereka berkata, "Rabb kami adalah Rabb langit dan
bumi, kami sekali-kali tidak menyeru kepada selain-Nya) yakni selain Allah
(sebagai Tuhan, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan
yang amat jauh dari kebenaran)" perkataan yang keterlaluan lagi sangat
kafir jika seumpamanya kami menyeru kepada tuhan selain Allah.
|
||
Kaum kami ini telah
menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan [untuk di sembah]. Mengapa mereka
tidak mengemukakan alasan yang terang [tentang kepercayaan mereka?] Siapakah
yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah? (15)
|
|
هَـٰٓؤُلَآءِ
قَوۡمُنَا ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦۤ ءَالِهَةً۬ۖ لَّوۡلَا يَأۡتُونَ عَلَيۡهِم
بِسُلۡطَـٰنِۭ بَيِّنٍ۬ۖ فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ
كَذِبً۬ا (١٥)
|
015. (Mereka) lafal 'Haaulaa-i' berkedudukan menjadi Mubtada
(kaum kami ini) menjadi Athaf Bayan (telah menjadikan selain Dia sebagai
tuhan-tuhan. Mengapa tidak) (mereka mengemukakan atas perbuatan mereka itu)
atas penyembahan yang mereka lakukan itu (alasan yang terang?) hujah yang
jelas. (Siapakah yang lebih zalim) maksudnya tidak ada seorang pun yang lebih
zalim (daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?)
yaitu dengan menisbatkan sekutu kepada Allah swt. Lalu sebagian di antara
pemuda itu berkata kepada sebagian yang lain:
|
||
Dan apabila kamu
meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah
tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian
rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan
kamu. [876]
(16)
|
|
وَإِذِ
ٱعۡتَزَلۡتُمُوهُمۡ وَمَا يَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ فَأۡوُ ۥۤاْ إِلَى
ٱلۡكَهۡفِ يَنشُرۡ لَكُمۡ رَبُّكُم مِّن رَّحۡمَتِهِۦ وَيُهَيِّئۡ لَكُم مِّنۡ
أَمۡرِكُم مِّرۡفَقً۬ا (١٦) ۞
|
[876]
Perkataan ini terjadi antara mereka sendiri
yang timbulnya karena ilham dari Allah.
|
||
|
||
016. (Dan apabila kamu meninggalkan mereka beserta apa
yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua
itu, niscaya Rabb kalian akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepada kalian
dan menyediakan sesuatu yang berguna bagi kalian dalam urusan kalian) Lafal
mirfaqan dapat dibaca marfiqan artinya apa-apa yang menjadi keperluan kalian
berupa makan siang dan makan malam.
|
||
Dan kamu akan melihat
matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila
matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada
dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda
[kebesaran] Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah
yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak
akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
(17)
|
|
وَتَرَى ٱلشَّمۡسَ
إِذَا طَلَعَت تَّزَٲوَرُ عَن كَهۡفِهِمۡ ذَاتَ ٱلۡيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَت
تَّقۡرِضُہُمۡ ذَاتَ ٱلشِّمَالِ وَهُمۡ فِى فَجۡوَةٍ۬ مِّنۡهُۚ ذَٲلِكَ مِنۡ
ءَايَـٰتِ ٱللَّهِۗ مَن يَہۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِۖ وَمَن يُضۡلِلۡ
فَلَن تَجِدَ لَهُ ۥ وَلِيًّ۬ا مُّرۡشِدً۬ا (١٧)
|
017. (Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong)
Lafal Tazaawaru dapat dibaca dengan memakai Tasydid atau Takhfif, artinya
melenceng (dari gua mereka ke sebelah kanan) ke arah sebelah kanan (dan bila
matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri) yakni membiarkan
mereka dan melewati mereka, hingga sinar matahari sama sekali tidak mengenai
mereka (sedangkan mereka berada di tempat yang luas dalam gua itu) yakni gua
yang luas, sehingga mereka selalu mendapatkan tiupan angin yang segar lagi
menyejukkan. (Itu) yakni hal yang telah disebutkan (adalah sebagian
tanda-tanda Allah) bukti-bukti yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya. (Barang
siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk dan
barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang
pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya).
|
||
Dan kamu mengira
mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke
kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka
pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari
mereka dengan melarikan [diri] dan tentulah [hati] kamu akan dipenuhi dengan
ketakutan terhadap mereka. (18)
|
|
وَتَحۡسَبُہُمۡ
أَيۡقَاظً۬ا وَهُمۡ رُقُودٌ۬ۚ وَنُقَلِّبُهُمۡ ذَاتَ ٱلۡيَمِينِ وَذَاتَ
ٱلشِّمَالِۖ وَكَلۡبُهُم بَـٰسِطٌ۬ ذِرَاعَيۡهِ بِٱلۡوَصِيدِۚ لَوِ ٱطَّلَعۡتَ
عَلَيۡہِمۡ لَوَلَّيۡتَ مِنۡهُمۡ فِرَارً۬ا وَلَمُلِئۡتَ مِنۡہُمۡ رُعۡبً۬ا (١٨)
|
018. (Dan kamu akan mengira mereka itu) seandainya kamu
melihat mereka (adalah orang-orang yang bangun) yakni tidak tidur, karena
mata mereka terbuka. Lafal Ayqaazhan adalah bentuk jamak dari lafal tunggal
Yaqizhun (padahal mereka adalah orang-orang yang tidur) lafal Ruquudun adalah
bentuk jamak daripada lafal Raqidun (dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan
dan kiri) supaya daging mereka tidak dimakan oleh tanah (sedangkan anjing
mereka mengunjurkan kedua lengannya) kedua kaki depannya (di muka pintu gua)
ke luar mulut gua itu, dan apabila mereka membalikkan badannya, maka anjing
itu pun berbuat yang sama, ia pun sama tidur dengan mereka walaupun matanya
terbuka. (Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari
mereka dengan melarikan diri dan tentulah hati kamu akan dipenuhi) lafal
Muli'ta dapat pula dibaca Mulli'ta (dengan ketakutan terhadap mereka) lafal
Ru'ban dapat pula dibaca Ru'uban; Allah memelihara mereka dengan menimpakan
rasa takut kepada setiap orang yang hendak memasuki gua tempat mereka,
sehingga mereka terpelihara dengan aman.
|
||
Dan demikianlah Kami
bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri.
Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Sudah berapa lamakah kamu
berada [di sini?]". Mereka menjawab: "Kita berada [di sini] sehari
atau setengah hari". Berkata [yang lain lagi]: "Tuhan kamu lebih
mengetahui berapa lamanya kamu berada [di sini]. Maka suruhlah salah seorang
di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah
dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan
itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali
menceritakan halmu kepada seseorangpun. (19)
|
|
وَڪَذَٲلِكَ
بَعَثۡنَـٰهُمۡ لِيَتَسَآءَلُواْ بَيۡنَہُمۡۚ قَالَ قَآٮِٕلٌ۬ مِّنۡہُمۡ ڪَمۡ
لَبِثۡتُمۡۖ قَالُواْ لَبِثۡنَا يَوۡمًا أَوۡ بَعۡضَ يَوۡمٍ۬ۚ قَالُواْ
رَبُّكُمۡ أَعۡلَمُ بِمَا لَبِثۡتُمۡ فَٱبۡعَثُوٓاْ أَحَدَڪُم بِوَرِقِكُمۡ
هَـٰذِهِۦۤ إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ فَلۡيَنظُرۡ أَيُّہَآ أَزۡكَىٰ طَعَامً۬ا
فَلۡيَأۡتِڪُم بِرِزۡقٍ۬ مِّنۡهُ وَلۡيَتَلَطَّفۡ وَلَا يُشۡعِرَنَّ بِڪُمۡ
أَحَدًا (١٩)
|
019. (Dan demikianlah) yang telah Kami perbuat terhadap
Ashhabul Kahfi, seperti yang telah Kami sebutkan tadi (Kami bangunkan mereka)
Kami bangkitkan mereka (agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri)
tentang keadaan mereka dan lamanya masa menetap mereka di dalam gua itu (Berkatalah
seorang di antara mereka, "Sudah berapa lamakah kalian tinggal di
sini?" Mereka menjawab, "Kita berada di sini sehari atau setengah
hari)" sebab mereka memasuki gua ketika matahari mulai terbit, dan
mereka bangun sewaktu matahari terbenam, maka oleh karena itu mereka menduga
bahwa saat itu adalah terbenamnya matahari, kemudian (berkata sebagian yang
lainnya lagi) seraya menyerahkan pengetahuan hal tersebut kepada Allah (Rabb
kalian lebih mengetahui berapa lamanya kalian berada di sini, maka suruhlah
salah seorang di antara kalian dengan membawa uang perak kalian ini) lafal
Wariqikum dapat pula dibaca Warqikum, artinya uang perak kalian ini (pergi ke
kota) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa kota tersebut yang sekarang
dinamakan Tharasus (dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik)
artinya, manakah makanan di kota yang paling halal (maka hendaklah dia
membawa makanan itu untuk kalian, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan
janganlah sekali-kali menceritakan hal kalian kepada seseorang pun).
|
||
Sesungguhnya jika
mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan
batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya
kamu tidak akan beruntung selama-lamanya". (20)
|
|
إِنَّہُمۡ إِن يَظۡهَرُواْ
عَلَيۡكُمۡ يَرۡجُمُوكُمۡ أَوۡ يُعِيدُوڪُمۡ فِى مِلَّتِهِمۡ وَلَن تُفۡلِحُوٓاْ
إِذًا أَبَدً۬ا (٢٠)
|
020. (Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempat kalian,
niscaya mereka akan melempar kalian dengan batu) niscaya mereka akan membunuh
kalian dengan lemparan batu (atau memaksa kalian kembali kepada agama mereka,
dan jika demikian niscaya kalian tidak akan beruntung) yakni jika kalian
kembali kepada agama mereka (selama-lamanya)".
|
||
Dan demikian [pula]
Kami mempertemukan [manusia] dengan mereka, agar manusia itu mengetahui,
bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada
keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, [877] orang-orang itu
berkata: "Dirikanlah sebuah bangunan di atas [gua] mereka, Tuhan mereka
lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan
mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah
peribadatan di atasnya". (21)
|
|
وَڪَذَٲلِكَ
أَعۡثَرۡنَا عَلَيۡہِمۡ لِيَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقٌّ۬ وَأَنَّ
ٱلسَّاعَةَ لَا رَيۡبَ فِيهَآ إِذۡ يَتَنَـٰزَعُونَ بَيۡنَہُمۡ أَمۡرَهُمۡۖ
فَقَالُواْ ٱبۡنُواْ عَلَيۡہِم بُنۡيَـٰنً۬اۖ رَّبُّهُمۡ أَعۡلَمُ بِهِمۡۚ
قَالَ ٱلَّذِينَ غَلَبُواْ عَلَىٰٓ أَمۡرِهِمۡ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيۡہِم
مَّسۡجِدً۬ا (٢١)
|
[877] Yang mereka
perselisihkan itu tentang hari kiamat: apakah itu akan terjadi atau tidak dan
apakah pembangkitan pada hari kiamat dengan jasad atau roh ataukah dengan roh
saja. Maka Allah mempertemukan mereka dengan pemuda-pemuda dalam cerita ini untuk menjelaskan bahwa hari kiamat itu pasti
datang dan pembangkitan itu adalah dengan tubuh dan jiwa.
|
||
|
||
021. (Dan demikianlah) sebagaimana Kami bangunkan
mereka (Kami memperlihatkan) (kepada mereka) yakni kaum Ashhabul Kahfi dan
kaum Mukminin pada umumnya (agar mereka mengetahui) artinya khusus bagi kaum
Ashhabul Kahfi (bahwa janji Allah itu) yaitu adanya hari berbangkit (benar)
dengan kesimpulan, bahwa Allah Yang Maha Kuasa mematikan mereka dalam masa
yang sangat lama, kemudian mereka tetap utuh sekalipun tanpa makan dan minum,
maka Dia Maha Kuasa pula untuk menghidupkan orang-orang yang sudah mati (dan
bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan) (padanya. Ketika) lafal Idz
ini menjadi Ma'mul daripada lafal A'tsarnaa (orang-orang itu berselisih) orang-orang
Mukmin dan orang-orang kafir (tentang urusan mereka) maksudnya mengenai
perkara para pemuda itu dalam hal bangunan yang akan didirikan di sekitar
tempat Ashhabul Kahfi itu (orang-orang itu berkata) yakni orang-orang kafir
(Dirikanlah di atas gua mereka) di sekitar tempat mereka (sebuah bangunan)
untuk menutupi mereka (Rabb mereka lebih mengetahui tentang mereka".
Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata,) yang dimaksud adalah
yang menguasai perkara para pemuda tersebut, yaitu orang-orang yang beriman,
("Sesungguhnya kami akan mendirikan di atasnya) yakni di sekitarnya
(sebuah rumah peribadatan.") tempat orang-orang melakukan salat;
akhirnya dibuatlah sebuah rumah peribadatan di pintu gua tersebut.
|
||
Nanti [ada orang yang
akan] mengatakan [878] [jumlah mereka] adalah tiga orang yang keempat adalah
anjingnya, dan [yang lain] mengatakan: "[Jumlah mereka] adalah lima
orang yang keenam adalah anjingnya", sebagai terkaan terhadap barang
yang ghaib; dan [yang lain lagi] mengatakan: "[Jumlah mereka] tujuh
orang, yang kedelapan adalah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih
mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui [bilangan] mereka
kecuali sedikit". Karena itu janganlah kamu [Muhammad] bertengkar
tentang hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kamu
menanyakan tentang mereka [pemuda-pemuda itu] kepada seorangpun di antara
mereka. (22)
|
|
سَيَقُولُونَ
ثَلَـٰثَةٌ۬ رَّابِعُهُمۡ كَلۡبُهُمۡ وَيَقُولُونَ خَمۡسَةٌ۬ سَادِسُہُمۡ
كَلۡبُہُمۡ رَجۡمَۢا بِٱلۡغَيۡبِۖ وَيَقُولُونَ سَبۡعَةٌ۬ وَثَامِنُہُمۡ
ڪَلۡبُہُمۡۚ قُل رَّبِّىٓ أَعۡلَمُ بِعِدَّتِہِم مَّا يَعۡلَمُهُمۡ إِلَّا
قَلِيلٌ۬ۗ فَلَا تُمَارِ فِيہِمۡ إِلَّا مِرَآءً۬ ظَـٰهِرً۬ا وَلَا تَسۡتَفۡتِ
فِيهِم مِّنۡهُمۡ أَحَدً۬ا (٢٢)
|
[878] Yang
dimaksud dengan "orang yang akan mengatakan" ini ialah orang-orang
ahli kitab dan lain-lainnya pada zaman Nabi Muhammad
SAW
|
||
|
||
022. (Nanti mereka akan mengatakan) yaitu orang-orang
yang berselisih pendapat di zaman Nabi saw. tentang bilangan para pemuda itu.
Atau dengan kata lain sebagian di antara mereka mengatakan bahwa jumlah
mereka ada (tiga orang yang keempat adalah anjingnya dan yang lain
mengatakan) sebagian yang lain daripada mereka (lima orang dan yang keenam
adalah anjingnya) kedua pendapat tersebut dikatakan oleh orang-orang Nasrani
dari Najran (sebagai terkaan terhadap barang yang gaib) hanya berlandaskan
kepada dugaan belaka tanpa bukti yang nyata; kedua pendapat tersebut hanyalah
main terka saja. Lafal Rajman dinashabkan karena menjadi Maf'ul Lah, artinya:
sebagai terkaan mereka terhadap barang yang gaib (dan yang lain lagi
mengatakan) yakni orang-orang Mukmin (Jumlah mereka, tujuh orang, yang
kedelapan adalah anjingnya) Jumlah ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada,
sedangkan Khabarnya adalah Sifat daripada lafal Sab'atun, dengan ditambahi
huruf Wawu sesudahnya. Menurut pendapat yang lain, berkedudukan menjadi
Taukid, atau menunjukkan tentang menempelnya sifat kepada Maushufnya. Dan
disifatinya kedua pendapat yang tadi dengan istilah Ar-Rajmi yakni terkaan,
berbeda dengan pendapat yang ketiga sekarang ini, hal ini menunjukkan bahwa
pendapat yang ketiga ini adalah pendapat yang sahih dan dibenarkan
(Katakanlah, "Rabbku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang
yang mengetahui bilangan mereka kecuali sedikit") Sahabat Ibnu Abbas
r.a. mengatakan, "Saya adalah salah seorang daripada orang-orang yang
sedikit itu." Selanjutnya ia menuturkan bahwa jumlah mereka ada tujuh
orang. (Karena itu janganlah kamu bertengkar) yakni memperdebatkan (tentang
hal mereka, kecuali pertengkaran yang lahir saja) daripada sebagian apa yang
diturunkan kepadamu (dan jangan kamu menanyakan tentangnya) maksudnya kamu
meminta penjelasan tentang Ashkabul Kahfi itu (dari mereka) mempertanyakan
kepada sebagian daripada orang-orang ahli kitab, yaitu orang-orang Yahudi
(seseorang pun) pada suatu ketika penduduk Mekah menanyakan tentang kisah
Ashhabul Kahfi itu. Lalu Nabi saw. menjawab, "Saya akan menceritakannya
kepada kalian besok", tanpa memakai kata Insya Allah, maka turunlah
firman-Nya:
|
||
Dan jangan sekali-kali
kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu
besok pagi, (23)
|
|
وَلَا تَقُولَنَّ
لِشَاْىۡءٍ إِنِّى فَاعِلٌ۬ ذَٲلِكَ غَدًا (٢٣)
|
023. (Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu)
tentang sesuatu (Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi) lafal
Ghadan artinya di masa mendatang.
|
||
kecuali [dengan
menyebut]: "Insya-Allah". [879] Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah:
"Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat
kebenarannya daripada ini". (24)
|
|
إِلَّآ أَن يَشَآءَ
ٱللَّهُۚ وَٱذۡكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلۡ عَسَىٰٓ أَن يَهۡدِيَنِ
رَبِّى لِأَقۡرَبَ مِنۡ هَـٰذَا رَشَدً۬ا (٢٤)
|
[879] Menurut
riwayat, ada beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang
roh, kisah ashhabul kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulqarnain lalu beliau
menjawab, datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan. Dan beliau tidak
mengucapkan "insya Allah" (artinya jika Allah menghendaki). Tapi
kiranya sampai besok harinya wahyu terlambat datang untuk menceritakan
hal-hal tersebut dan Nabi tidak dapat menjawabnya. Maka turunlah ayat 23-24
di atas, sebagai pelajaran kepada Nabi; Allah mengingatkan pula bilamana Nabi
lupa menyebut "Insya Allah" haruslah segera menyebutkannya
kemudian.
SEBAB TURUNNYA
AYAT: Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah
hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih
melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw.
mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan
firman-Nya, "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu,
'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi', kecuali dengan menyebut
'Insya Allah'". (Q.S. Al Kahfi 23-24).
|
||
|
||
024. (Kecuali dengan menyebut "Insya Allah")
artinya, mengecualikannya dengan menggantungkan hal tersebut kepada kehendak
Allah, seumpamanya kamu mengatakan Insya Allah (Dan ingatlah kepada Rabbmu)
yaitu kepada kehendak-Nya seraya menggantungkan diri kepada kehendak-Nya
(jika kamu lupa) ini berarti jika ingat kepada kehendak-Nya sesudah lupa,
sama dengan ingat kepada kehendak-Nya sewaktu mengatakan hal tersebut. Hasan
dan lain-lainnya mengatakan, "Selagi seseorang masih dalam
majelisnya" (dan katakanlah, "Mudah-mudahan Rabbku akan memberiku
petunjuk kepada yang lebih dekat daripada ini) yaitu berita tentang Ashhabul
Kahfi untuk menunjukkan kebenaran kenabianku (kebenarannya") yakni
petunjuk yang lebih benar, dan memang Allah memperkenankan hal tersebut.
|
||
Dan mereka tinggal
dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun [lagi].
(25)
|
|
وَلَبِثُواْ فِى
كَهۡفِهِمۡ ثَلَـٰثَ مِاْئَةٍ۬ سِنِينَ وَٱزۡدَادُواْ تِسۡعً۬ا (٢٥)
|
SEBAB TURUNNYA
AYAT: Ibnu Murdawaih mengetengahkan
pula hadis yang lain melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa
ketika ayat itu turun, yaitu firman-Nya, "Dan mereka tinggal dalam gua
mereka selama tiga ratus." (Q.S. Al Kahfi, 25) para sahabat bertanya,
"Wahai Rasulullah! Tiga ratus apakah, tahun atau bulan?" Allah pun
menurunkan kelanjutannya, yaitu firman-Nya, "(tiga ratus) tahun dan
ditambah sembilan tahun." (Q.S. Al Kahfi, 25).
|
||
|
||
025. (Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus)
lafal Miatin dibaca dengan memakai harakat Tanwin pada akhirnya (tahun)
berkedudukan sebagai 'Athaf Bayan yang dikaitkan dengan lafal Tsalaatsu
Miatin. Perhitungan tiga ratus tahun ini berdasarkan hisab yang berlaku di
kalangan kaum Ashhabul Kahfi, yaitu berdasarkan perhitungan tahun Syamsiah.
Dan bila menurut hisab tahun Qamariah sebagaimana yang berlaku di kalangan
orang-orang Arab, maka menjadi bertambah sembilan tahun, dan hal ini
disebutkan di dalam firman selanjutnya, yaitu (dan ditambah sembilan tahun)
yakni hisab yang tiga ratus tahun berdasarkan tahun Syamsiah dan hisab yang
tiga ratus sembilan tahun berdasarkan tahun Qamariyah.
|
||
Katakanlah:
"Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal [di gua];
kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah
terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang
pelindungpun bagi mereka selain daripada-Nya; dan Dia tidak mengambil
seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan". (26)
|
|
قُلِ ٱللَّهُ أَعۡلَمُ
بِمَا لَبِثُواْۖ لَهُ ۥ غَيۡبُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ أَبۡصِرۡ
بِهِۦ وَأَسۡمِعۡۚ مَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَلِىٍّ۬ وَلَا يُشۡرِكُ فِى
حُكۡمِهِۦۤ أَحَدً۬ا (٢٦)
|
026. (Katakanlah, "Allah lebih mengetahui berapa lamanya
mereka tinggal di gua) daripada orang-orang yang berselisih pendapat
tentangnya, sebagaimana yang telah disebutkan tadi (Kepunyaan-Nyalah semua
yang tersembunyi di langit dan di bumi) ilmu kesemuanya berada pada-Nya.
(Alangkah terang penglihatan-Nya) penglihatan Allah, lafal Abshir bihi adalah
Shighat Ta'ajjub (dan alangkah tajam pendengaran-Nya) pendengaran Allah,
demikian pula lafal Asmi' bihi sama dengan lafal Maa Asma'ahu, dan yang
sebelumnya sama dengan lafal Maa Absharahu, keduanya merupakan ungkapan cara
Majaz. Makna yang dimaksud ialah, bahwa tiada sesuatu pun yang tidak
diketahui oleh penglihatan dan pendengaran Allah swt. (tak ada bagi mereka)
bagi semua penduduk langit dan bumi (seorang pelindung pun selain
daripada-Nya) seorang yang dapat menolong (dan Dia tidak mengambil seorang
pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan") karena sesungguhnya
Dia tidak membutuhkan adanya sekutu.
|
||
Dan bacakanlah apa
yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu [Al Qur’an]. Tidak ada
[seorangpun] yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan
dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya. (27)
|
|
وَٱتۡلُ مَآ أُوحِىَ
إِلَيۡكَ مِن ڪِتَابِ رَبِّكَۖ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَـٰتِهِۦ وَلَن تَجِدَ مِن
دُونِهِۦ مُلۡتَحَدً۬ا (٢٧)
|
027. (Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab
Rabb-Mu. Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan
engkau tidak akan mendapatkan perlindungan selain perlindungan-Nya).
|
||
Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka [karena] mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
(28)
|
|
وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ
مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّہُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِىِّ يُرِيدُونَ
وَجۡهَهُ ۥۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡہُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ
ٱلدُّنۡيَاۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُ ۥ عَن ذِكۡرِنَا
وَٱتَّبَعَ هَوَٮٰهُ وَكَانَ
أَمۡرُهُ ۥ فُرُطً۬ا (٢٨)
|
SEBAB TURUNNYA
AYAT: Ibnu Murdawaih mengetengahkan
sebuah hadis melalui jalur periwayatan Juwaibir yang ia terima dari Dhahhak
kemudian ia terima dari sahabat Ibnu Abbas r.a. yaitu sehubungan dengan
firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingati Kami." (Q.S. Al Kahfi, 28). Sahabat Ibnu Abbas
r.a. mengatakan, "Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu
Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw.
mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu
mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk
mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa
itu, turunlah ayat di atas tadi." Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah
hadis melalui Ar Rabi' yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita
kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf
yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak
memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi.
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah
r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang
kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah
langsung berkata, "Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini,
kemudian persilakanlah kami masuk". Maka turunlah ayat di atas.
|
||
|
||
028. (Dan bersabarlah kamu) tahanlah dirimu
(bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari
dengan mengharap) melalui ibadah mereka itu (keridaan-Nya) keridaan Allah
swt., bukannya karena mengharapkan sesuatu daripada kebendaan duniawi sekali
pun mereka adalah orang-orang miskin (dan janganlah berpaling) jangan kamu
memalingkan (kedua matamu dari mereka) (karena mengharapkan perhiasan
kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah
Kami lalaikan dari mengingat Kami) maksudnya dilalaikan hatinya daripada
Alquran, dan orang yang dimaksud adalah Uyaynah bin Hishn dan teman-temannya
(serta memperturuti hawa nafsunya) yaitu melakukan perbuatan yang
memusyrikkan (dan adalah keadaannya itu melewati batas) terlalu
berlebih-lebihan.
|
||
Dan katakanlah:
"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka Barangsiapa yang ingin [beriman]
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin [kafir] biarlah ia
kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu
neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek. (29)
|
|
وَقُلِ ٱلۡحَقُّ مِن
رَّبِّكُمۡۖ فَمَن شَآءَ فَلۡيُؤۡمِن وَمَن شَآءَ فَلۡيَكۡفُرۡۚ إِنَّآ
أَعۡتَدۡنَا لِلظَّـٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِہِمۡ سُرَادِقُهَاۚ وَإِن
يَسۡتَغِيثُواْ يُغَاثُواْ بِمَآءٍ۬ كَٱلۡمُهۡلِ يَشۡوِى ٱلۡوُجُوهَۚ بِئۡسَ
ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتۡ مُرۡتَفَقًا (٢٩)
|
029. (Dan katakanlah) kepadanya dan kepada teman-temannya,
bahwa Alquran ini (adalah benar datang dari Rabb kalian, maka barang siapa
yang ingin beriman, hendaklah ia beriman dan barang siapa yang ingin kafir,
biarlah ia kafir). Kalimat ayat ini merupakan ancaman buat mereka.
(Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu) yaitu bagi
orang-orang kafir (neraka, yang gejolaknya mengepung mereka) yang melahap apa
saja yang dikepungnya. (Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan
diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih) seperti minyak yang
mendidih (yang menghanguskan muka) karena panasnya, jika seseorang mendekat
kepadanya (seburuk-buruk minuman) adalah minuman itu (dan ia adalah
sejelek-jelek) yakni neraka itu (tempat istirahat). Lafal Murtafaqan sebagai
lawan makna yang telah disebutkan di dalam ayat yang lain sehubungan dengan
gambaran surga, yaitu firman-Nya, "Dan surga itu adalah tempat istirahat
yang paling indah" (Q.S, 18 Al-Kahfi, 31). Jika tidak diartikan demikian,
maka tidaklah pantas neraka dikatakan sebagai tempat istirahat.
|
||
Sesungguhnya mereka
yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang mengerjakan amalan [nya] dengan baik. (30)
|
|
إِنَّ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجۡرَ مَنۡ
أَحۡسَنَ عَمَلاً (٣٠)
|
030. (Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan
amalnya dengan baik) Jumlah kalimat "Innaa Laa Nudhii'u"
berkedudukan menjadi Khabar daripada "Innal Ladziina". Di dalam
ungkapan ini terkandung pengertian meletakkan isim Zhahir pada tempat isim
Mudhmar; makna yang dimaksud adalah Ajrahum atau pahalanya. Atau dengan kata
lain, Kami akan memberi pahala kepada mereka sesuai dengan amal baik mereka.
|
||
Mereka itulah
[orang-orang yang] bagi mereka surga Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya;
dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian
hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil
bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya,
dan tempat-istirahat yang indah; (31)
|
|
أُوْلَـٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ جَنَّـٰتُ
عَدۡنٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِہِمُ ٱلۡأَنۡہَـٰرُ يُحَلَّوۡنَ فِيہَا مِنۡ
أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ۬ وَيَلۡبَسُونَ ثِيَابًا خُضۡرً۬ا مِّن سُندُسٍ۬
وَإِسۡتَبۡرَقٍ۬ مُّتَّكِـِٔينَ فِيہَا عَلَى ٱلۡأَرَآٮِٕكِۚ نِعۡمَ ٱلثَّوَابُ وَحَسُنَتۡ مُرۡتَفَقً۬ا (٣١) ۞
|
031. (Mereka itulah orang-orang yang bagi mereka surga
Adn) sebagai tempat tinggal mereka (mengalir sungai-sungai di bawahnya. Dalam
surga itu mereka dihiasi dengan gelang) menurut suatu pendapat disebutkan,
bahwa huruf Min di sini adalah Zaidah dan menurut pendapat yang lain
dikatakan pula bahwa itu mengandung makna Tab'idh atau sebagian. Lafal
Asaawira adalah bentuk jamak dari lafal Aswiratun yang wazannya sama dengan
lafal Ahmiratun, dan lafal Aswiratun ini pun adalah bentuk jamak dari kata
tunggal Siwaarun (emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus)
sutra yang paling halus (dan sutra tebal) sutra yang paling tebal. Di dalam
surah Ar-Rahman disebutkan, "Yang sebelah dalamnya dari sutra yang
tebal." (Q.S. Ar-Rahman 54). (Sedangkan mereka duduk sambil bersandar di
atas dipan-dipan) lafal Araaiki adalah bentuk jamak dari kata Ariikah, yaitu
pelaminan yang dihiasi dengan berbagai macam pakaian dan kelambu buat
pengantin. (Itulah sebaik-baik pahala) yaitu surga (dan tempat istirahat yang
paling indah).
|
||
Dan berikanlah kepada
mereka [880]
sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, [881] Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya [yang kafir] dua
buah kebun anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma
dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. (32)
|
|
وَٱضۡرِبۡ لَهُم
مَّثَلاً۬ رَّجُلَيۡنِ جَعَلۡنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيۡنِ مِنۡ أَعۡنَـٰبٍ۬
وَحَفَفۡنَـٰهُمَا بِنَخۡلٍ۬ وَجَعَلۡنَا بَيۡنَہُمَا زَرۡعً۬ا (٣٢)
|
[880] Yaitu:
kepada orang-orang mu'min dan orang-orang kafir.
[881] Yaitu: dua orang Yahudi yang seorang mu'min dan yang lain kafir. |
||
|
||
032. (Dan berikanlah) jadikanlah (buat mereka) buat
orang-orang kafir beserta orang-orang Mukmin (sebuah perumpamaan dua orang
laki-laki). Lafal Rajulaini menjadi Badal daripada lafal Matsalan, dan lafal
Rajulaini dengan lafal-lafal yang sesudahnya berkedudukan sebagai penafsir
daripada lafal Matsalan (Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya) yakni
bagi orang yang kafir (dua buah kebun) dua buah perkebunan (anggur dan Kami
kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara kedua kebun
itu Kami buatkan ladang) yang khusus menghasilkan makanan pokok.
|
||
Kedua buah kebun itu
menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun dan Kami
alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu, (33)
|
|
كِلۡتَا ٱلۡجَنَّتَيۡنِ
ءَاتَتۡ أُكُلَهَا وَلَمۡ تَظۡلِم مِّنۡهُ شَيۡـًٔ۬اۚ وَفَجَّرۡنَا
خِلَـٰلَهُمَا نَہَرً۬ا (٣٣)
|
033. (Kedua buah kebun itu) lafal Kiltaa adalah Mufrad yang
menunjukkan makna Tatsniyah; ia berkedudukan menjadi Mubtada (menghasilkan).
Lafal Aatat ini menjadi Khabar Kiltaa (buahnya) yakni buah-buahannya (dan
kebun itu tiada dizalimi) dikurangi (buahnya sedikit pun dan Kami alirkan)
artinya, Kami bedahkan (sungai di celah-celah kedua kebun itu) yakni sungai
itu mengalir di antara kedua kebun tersebut.
|
||
dan dia mempunyai
kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya [yang mu’min] ketika ia
bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan
pengikut-pengikutku lebih kuat". (34)
|
|
وَكَانَ لَهُ ۥ
ثَمَرٌ۬ فَقَالَ لِصَـٰحِبِهِۦ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ ۥۤ أَنَا۟ أَكۡثَرُ
مِنكَ مَالاً۬ وَأَعَزُّ نَفَرً۬ا (٣٤)
|
034. (Dan dia mempunyai) di samping kedua kebun itu
(buah-buahan yang banyak) lafal Tsamarun atau Tsumurun atau Tsumrun adalah
bentuk jamak dari kata Tsamratun; keadaannya sama dengan lafal Syajaratun dan
Syajarun, atau Khasyabatun dan Khasyabun, atau Badanatun dan Badanun (maka ia
berkata kepada kawannya) yang mukmin (ketika ia bercakap-cakap dengan dia)
seraya membanggakan miliknya, "(Hartaku lebih banyak daripada hartamu
dan pengikut-pengikutku lebih kuat)" keluargaku lebih kuat.
|
||
Dan dia memasuki
kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; [882] ia berkata: "Aku
kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, (35)
|
|
وَدَخَلَ
جَنَّتَهُ ۥ وَهُوَ ظَالِمٌ۬ لِّنَفۡسِهِۦ قَالَ مَآ أَظُنُّ أَن تَبِيدَ
هَـٰذِهِۦۤ أَبَدً۬ا (٣٥)
|
[882] yaitu:
dengan keangkuhan dan kekafirannya.
|
||
|
||
035. (Dan dia memasuki kebunnya) dengan membawa
temannya yang Mukmin itu, seraya membawanya ke sekeliling kebun serta
memperlihatkan kepadanya hasil buah-buahannya. Di sini tidak diungkapkan
dengan memakai lafal Jannataihi dalam bentuk Tatsniyah karena pengertian yang
dimaksud adalah tamannya. Menurut pendapat yang lain disebutkan, bahwa cukup
hanya dengan menyebutkan satu saja (sedang dia lalim terhadap dirinya
sendiri) dengan melakukan kekafiran (ia berkata, "Aku kira tidak akan
binasa) tidak akan lenyap (kebun ini untuk selama-lamanya).
|
||
dan aku tidak mengira
hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku di kembalikan kepada
Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada
kebun-kebun itu". (36)
|
|
وَمَآ أَظُنُّ
ٱلسَّاعَةَ قَآٮِٕمَةً۬ وَلَٮِٕن رُّدِدتُّ إِلَىٰ
رَبِّى لَأَجِدَنَّ خَيۡرً۬ا مِّنۡهَا مُنقَلَبً۬ا (٣٦)
|
036. (Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan
jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku) di akhirat kelak sebagaimana
dugaanmu itu (pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada
kebun-kebun itu)" tempat tinggal yang lebih baik.
|
||
Kawannya [yang mu’min]
berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu
kafir kepada [Tuhan] yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?
(37)
|
|
قَالَ لَهُ ۥ
صَاحِبُهُ ۥ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ ۥۤ أَكَفَرۡتَ بِٱلَّذِى خَلَقَكَ مِن
تُرَابٍ۬ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٍ۬ ثُمَّ سَوَّٮٰكَ رَجُلاً۬ (٣٧)
|
037. (Kawannya yang Mukmin berkata kepadanya sedang dia
bercakap-cakap dengannya) seraya menjawab apa yang telah dikatakannya tadi,
("Apakah kamu ingkar terhadap Rabb yang telah menciptakan kamu dari
tanah) karena Nabi Adam diciptakan dari tanah dan dia sebagai anak cucunya
(kemudian dari setetes air mani) setetes sperma (lalu Dia menyempurnakan
bentukmu) merampungkan bentukmu dan menjadikanmu (sebagai seorang laki-laki)".
|
||
Tetapi aku [percaya
bahwa]: Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan seorangpun
dengan Tuhanku. (38)
|
|
لَّـٰكِنَّا۟ هُوَ
ٱللَّهُ رَبِّى وَلَآ أُشۡرِكُ بِرَبِّىٓ أَحَدً۬ا (٣٨)
|
038. (Tetapi aku) lafal Laakinna asalnya merupakan gabungan
antara lafal Laakin dan Anaa, kemudian harakat huruf Hamzah Anaa dipindahkan
kepada Nun lafal Laakin; atau huruf Hamzah Anaa dibuang kemudian huruf Nun
lafal Laakin diidgamkan kepada Na, sehingga jadilah Laakinna (mengatakan)
lafal Huwa mengandung dhamir Sya'an yang dijelaskan oleh kalimat sesudahnya;
artinya, aku mengatakan, ("Allah adalah Rabbku, dan aku tidak
mempersekutukan seorang pun dengan Rabbku)".
|
||
Dan mengapa kamu tidak
mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu "MAA SYAA ALLAH, LAA QUWWATA
ILLAA BILLAH" [Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah]. Sekiranya kamu anggap aku lebih
sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan, (39)
|
|
وَلَوۡلَآ إِذۡ
دَخَلۡتَ جَنَّتَكَ قُلۡتَ مَا شَآءَ ٱللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ
إِن تَرَنِ أَنَا۟ أَقَلَّ مِنكَ مَالاً۬ وَوَلَدً۬ا (٣٩)
|
039. (Mengapa tidak) (kamu katakan sewaktu kamu memasuki
kebunmu) sewaktu kamu merasa takjub dengan kebunmu itu, ("Ini adalah apa
yang telah dikehendaki oleh Allah; tidak ada kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah?)" di dalam sebuah hadis telah disebutkan,
"Barang siapa yang diberi kebaikan (nikmat), baik berupa istri yang
cantik lagi saleh atau pun harta benda yang banyak, lalu ia mengatakan,
'Maasya Allaah Laa Quwwata Illaa Billaah' (Ini adalah apa yang dikehendaki
oleh Allah, dan tiada kekuatan melainkan berkat pertolongan Allah), niscaya
ia tidak akan melihat hal-hal yang tidak disukai akan menimpa kebaikan
tersebut. (Jika kamu anggap aku ini) lafal Anaa merupakan dhamir Fashl yang
memisahkan antara kedua Maf'u1 (lebih sedikit daripada kamu dalam hal harta
dan anak).
|
||
maka mudah-mudahan
Tuhanku, akan memberi kepadaku [kebun] yang lebih baik daripada kebunmu
[ini]; dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan [petir] dari langit kepada
kebunmu, hingga [kebun itu] menjadi tanah yang licin, (40)
|
|
فَعَسَىٰ رَبِّىٓ أَن
يُؤۡتِيَنِ خَيۡرً۬ا مِّن جَنَّتِكَ وَيُرۡسِلَ عَلَيۡہَا حُسۡبَانً۬ا مِّنَ
ٱلسَّمَآءِ فَتُصۡبِحَ صَعِيدً۬ا زَلَقًا (٤٠)
|
040. (Maka mudah-mudahan Rabbku, akan memberi kepadaku kebun
yang lebih baik daripada kebunmu ini) jumlah kalimat ayat ini menjadi Jawab
daripada Syarat pada ayat sebelumnya (dan mudah-mudahan Dia mengirimkan
ketentuan kepada kebunmu) lafal Husbanan adalah bentuk jamak dari kata
Husbanah artinya petir (dan langit, hingga kebun itu menjadi tanah yang
licin) tanah yang sangat licin sehingga telapak kaki tidak dapat berpijak
padanya.
|
||
atau airnya menjadi
surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya
lagi". (41)
|
|
أَوۡ يُصۡبِحَ
مَآؤُهَا غَوۡرً۬ا فَلَن تَسۡتَطِيعَ لَهُ ۥ طَلَبً۬ا (٤١)
|
041. (Atau airnya menjadi surut ke dalam tanah) lafal
Ghauran bermakna Ghairan, diathafkan kepada lafal Yursila, bukan kepada lafal
Tushbiha, karena pengertian Ghaural Mai atau kekeringan air tidak ada
kaitannya dengan masalah petir (maka sekali-kali kamu tidak dapat
menemukannya lagi)" kamu tidak akan menemukan upaya lagi untuk menjadikannya
kembali.
|
||
Dan harta kekayaannya
dibinasakan, lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya [tanda menyesal]
terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu
roboh bersama para-paranya dan dia berkata: "Aduhai kiranya dulu aku
tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku". (42)
|
|
وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِۦ
فَأَصۡبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيۡهِ عَلَىٰ مَآ أَنفَقَ فِيہَا وَهِىَ خَاوِيَةٌ
عَلَىٰ عُرُوشِہَا وَيَقُولُ يَـٰلَيۡتَنِى لَمۡ أُشۡرِكۡ بِرَبِّىٓ أَحَدً۬ا (٤٢)
|
042. (Dan buah-buahannya diliputi) yakni ditimpa oleh berbagai
macam musibah seperti yang telah disebutkan tadi sehingga binasalah semuanya
berikut kebunnya (lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya) karena menyesal
dan kecewa (terhadap biaya yang telah dibelanjakannya untuk itu) untuk
menggarap kebunnya (sedangkan pohon anggur itu roboh) tumbang (berikut
para-paranya) penopang-penopangnya; pada mulanya pohon berikut penopangnya
roboh maka berjatuhanlah buah-buah anggur itu (dan dia berkata, "Aduhai)
sebagai ungkapan kekecewaannya (kiranya dulu aku tidak mempersekutukan
seorang pun dengan Rabbku)".
|
||
Dan tidak ada bagi dia
segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak
dapat membela dirinya. (43)
|
|
وَلَمۡ تَكُن
لَّهُ ۥ فِئَةٌ۬ يَنصُرُونَهُ ۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ
مُنتَصِرًا (٤٣)
|
043. (Dan tidak ada) dapat dibaca Lam Takun atau Lam Yakun
(bagi dia segolongan pun) sekelompok orang pun (yang akan menolongnya selain
Allah) di waktu kebunnya binasa (dan sekali-kali ia tidak dapat membela
dirinya) tak mampu mempertahankannya sendiri sewaktu kebunnya binasa.
|
||
Di sana pertolongan
itu hanya dari Allah Yang Hak. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan
sebaik-baik Pemberi balasan. (44)
|
|
هُنَالِكَ
ٱلۡوَلَـٰيَةُ لِلَّهِ ٱلۡحَقِّۚ هُوَ خَيۡرٌ۬ ثَوَابً۬ا وَخَيۡرٌ عُقۡبً۬ا (٤٤)
|
044. (Di sana) kelak di hari kiamat (pertolongan itu) kalau
dibaca Al-Walaayah artinya pertolongan, dan kalau dibaca Al-Wilaayah artinya
kerajaan (hanya dari Allah Yang Hak) kalau dibaca Al-Haqqu menjadi sifat dari
lafal Al-Walaayah dan kalau dibaca Al-Haqqi menjadi sifat dari Lafzhul
Jalalah atau Allah (Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala) lebih baik
daripada pahala selain-Nya seandainya ada yang dapat memberi pahala (dan
sebaik-baik Pemberi balasan) lafal 'Uqban atau 'Uquban artinya balasan bagi
orang-orang Mukmin; dinashabkan karena menjadi Tamyiz.
|
||
Dan berilah
perumpamaan kepada mereka [manusia], kehidupan dunia adalah sebagai air hujan
yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan
di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan
oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (45)
|
|
وَٱضۡرِبۡ لَهُم
مَّثَلَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَآءٍ أَنزَلۡنَـٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ
فَٱخۡتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ فَأَصۡبَحَ هَشِيمً۬ا تَذۡرُوهُ
ٱلرِّيَـٰحُۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ مُّقۡتَدِرًا (٤٥)
|
045. (Dan berilah) jadikanlah (buat mereka) buat kaummu (suatu
perumpamaan tentang kehidupan dunia ini) menjadi Maf'ul Awwal (adalah sebagai
air hujan) menjadi Maf'ul Tsani (yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi
subur karenanya) menjadi tumbuh subur disebabkannya (tumbuh-tumbuhan di muka
bumi) atau air hujan itu bercampur dengan tumbuh-tumbuhan, hingga tumbuh-tumbuhan
itu menjadi segar dan tumbuh dengan suburnya (kemudian tumbuh-tumbuhan itu
menjadi) (kering) layu dan bagian-bagiannya menjadi belah (yang diterbangkan)
ditiup menjadi berantakan (oleh angin) sehingga tidak ada gunanya lagi. Makna
ayat ini menyerupakan duniawi dengan tumbuh-tumbuhan yang subur, kemudian
menjadi kering dan dipecahkan serta dihamburkan beterbangan oleh angin.
Menurut suatu qiraat lafal Ar-Riyaah dibaca Ar-Riih (Dan adalah Allah
berkuasa atas segala sesuatu) yakni Maha Kuasa.
|
||
Harta dan anak-anak
adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh
adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan. (46)
|
|
ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ
زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَـٰقِيَـٰتُ ٱلصَّـٰلِحَـٰتُ خَيۡرٌ
عِندَ رَبِّكَ ثَوَابً۬ا وَخَيۡرٌ أَمَلاً۬ (٤٦)
|
046. (Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia)
keduanya dapat dijadikan sebagai perhiasan di dalam kehidupan dunia (tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh) yaitu mengucapkan kalimat: Subhaanallaah
Wal Hamdulillaah Wa Laa Ilaaha Illallaah Wallaahu Akbar; menurut sebagian
ulama ditambahkan Walaa Haulaa Walaa Quwwata Illaa Billaahi (adalah lebih
baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan) hal
yang diharap-harapkan dan menjadi dambaan manusia di sisi Allah swt.
|
||
Dan [ingatlah] akan
hari [yang ketika itu] Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat
bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan
seorangpun dari mereka. (47)
|
|
وَيَوۡمَ نُسَيِّرُ
ٱلۡجِبَالَ وَتَرَى ٱلۡأَرۡضَ بَارِزَةً۬ وَحَشَرۡنَـٰهُمۡ فَلَمۡ نُغَادِرۡ
مِنۡہُمۡ أَحَدً۬ا (٤٧)
|
047. (Dan) ingatlah (akan hari yang ketika itu Kami
perjalankan gunung-gunung) Kami lenyapkan gunung-gunung itu dari muka bumi,
hingga gunung-gunung itu menjadi debu yang beterbangan. Menurut qiraat yang
lain dibaca Tusayyaru. (dan kamu akan melihat bumi itu datar) tidak ada
sesuatu pun yang ada padanya, baik gunung maupun yang lain-lainnya (dan Kami
kumpulkan seluruh manusia) baik mereka yang mukmin maupun mereka yang kafir
(dan tidak Kami tinggalkan) Kami tidak membiarkan (seorang pun dari mereka.)
|
||
Dan mereka akan dibawa
ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami,
sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu
mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu [883] [memenuhi]
perjanjian. (48)
|
|
وَعُرِضُواْ عَلَىٰ
رَبِّكَ صَفًّ۬ا لَّقَدۡ جِئۡتُمُونَا كَمَا خَلَقۡنَـٰكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةِۭۚ
بَلۡ زَعَمۡتُمۡ أَلَّن نَّجۡعَلَ لَكُم مَّوۡعِدً۬ا (٤٨)
|
[883] Yang
dimaksud dengan waktu di sini ialah hari berbangkit yang telah dijanjikan
Allah untuk menerima balasan.
|
||
|
||
048. (Dan mereka akan dibawa ke hadapan Rabbmu dengan
berbaris) lafal Shaffan menjadi Hal; artinya setiap umat mempunyai barisannya
tersendiri, kemudian dikatakan kepada mereka: (Sesungguhnya kalian datang kepada
Kami, sebagaimana Kami menciptakan kalian pada kali yang pertama) artinya,
kalian datang menghadap dalam keadaan sendiri-sendiri, tidak pakai alas kaki,
telanjang dan belum dikhitan. Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang
mengingkari adanya hari berbangkit (bahkan kalian mengatakan bahwa) lafal An
adalah bentuk Takhfif daripada Anna, artinya bahwasanya (Kami sekali-kali
tidak akan menetapkan bagi kalian waktu memenuhi perjanjian) untuk
membangkitkan kalian.
|
||
Dan diletakkanlah
kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap
apa yang [tertulis] di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka
kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak [pula]
yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah
mereka kerjakan ada [tertulis]. Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua
pun". (49)
|
|
وَوُضِعَ ٱلۡكِتَـٰبُ
فَتَرَى ٱلۡمُجۡرِمِينَ مُشۡفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَـٰوَيۡلَتَنَا
مَالِ هَـٰذَا ٱلۡڪِتَـٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً۬ وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ
أَحۡصَٮٰهَاۚ وَوَجَدُواْ مَا
عَمِلُواْ حَاضِرً۬اۗ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدً۬ا (٤٩)
|
049. (Dan diletakkanlah kitab) yaitu kitab catatan amal
perbuatan setiap orang; bagi orang-orang Mukmin diterima di sebelah kanannya,
dan bagi orang-orang kafir di sebelah kirinya (lalu kamu akan melihat
orang-orang yang berdosa) orang-orang kafir (ketakutan) merasa takut
(terhadap apa yang tertulis di dalamnya, dan mereka berkata) sewaktu mereka
melihat kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam kitab catatan amal
masing-masing. (Aduhai) ungkapan rasa kecewa (celakalah kami) binasalah kami;
lafal Wailata adalah Mashdar yang tidak mempunyai Fi'il dari lafal asalnya
(kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar)
dari dosa-dosa kami (melainkan ia mencatat semuanya)" semuanya telah
tercatat dan terbukti di dalamnya; mereka merasa takjub akan hal tersebut
(dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada) tertulis di dalam
catatan kitab-kitab mereka. (Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun) Dia
tidak akan menghukum seseorang tanpa dosa, dan Dia tidak akan mengurangi
pahala orang Mukmin.
|
||
Dan [ingatlah] ketika
Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", [884] maka sujudlah mereka
kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah
Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin
selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu
sebagai pengganti [Allah] bagi orang-orang yang zalim. (50)
|
|
وَإِذۡ قُلۡنَا
لِلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةِ ٱسۡجُدُواْ
لِأَدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلۡجِنِّ فَفَسَقَ عَنۡ
أَمۡرِ رَبِّهِۦۤۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ ۥ وَذُرِّيَّتَهُ ۥۤ
أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِى وَهُمۡ لَكُمۡ عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّـٰلِمِينَ
بَدَلاً۬ (٥٠) ۞
|
[884] lihat no. 36.
Sujud di sini berarti menghormati dan memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud
memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah
semata-mata kepada Allah.
|
||
|
||
050. (Dan ingatlah ketika) lafal Idz dinashabkan oleh
lafal Udzkur yang tidak disebutkan (Kami berfirman kepada para Malaikat,
"Sujudlah kalian kepada Adam)" dengan cara membungkukkan badan
sebagai tanda penghormatan kepadanya, bukan dengan cara meletakkan kening
(maka sujudlah mereka kecuali iblis, dia adalah segolongan dari jin) menurut
suatu pendapat dikatakan bahwa iblis itu adalah sejenis malaikat. Berdasarkan
pengertian ini maka istitsnanya adalah Muttashil. Menurut pendapat yang lain
Istitsna ini adalah Munqathi'. Berdasarkan pengertian ini maka iblis adalah
biang jin, ia mempunyai keturunan yang telah disebutkan sebelumnya, sedangkan
Malaikat tidak mempunyai keturunan (maka ia mendurhakai perintah Rabbnya)
artinya, iblis itu membangkang tidak mau taat kepada-Nya, karena ia tidak mau
bersujud kepada Nabi Adam. (Patutkah Engkau mengambil dia dan
turunan-turunannya) pembicaraan ini ditujukan kepada Nabi Adam dan
keturunannya, dan Dhamir Ha pada dua tempat kembali kepada iblis (sebagai
pemimpin selain daripada-Ku) yang kemudian kalian taati mereka (sedangkan
mereka adalah musuh kalian?) menjadi musuh. Lafal 'Aduwwun berkedudukan
menjadi Hal karena bermakna A'daa-an. (Amat buruklah iblis itu sebagai
pengganti Allah bagi orang-orang yang lalim) yakni iblis dan keturunannya
untuk ditaati sebagai pengganti taat kepada Allah.
|
||
Aku tidak menghadirkan
mereka [iblis dan anak cucunya] untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi
dan tidak [pula] penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil
orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong. (51)
|
|
مَّآ أَشۡہَدتُّہُمۡ
خَلۡقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَا خَلۡقَ أَنفُسِہِمۡ وَمَا كُنتُ
مُتَّخِذَ ٱلۡمُضِلِّينَ عَضُدً۬ا (٥١)
|
051. (Aku tidak menghadirkan mereka untuk menyaksikan) yakni
iblis dan anak cucunya (penciptaan langit dan bumi dan tidak pula penciptaan
diri mereka sendiri) Kami tidak menghadirkan sebagian dari mereka untuk
menyaksikan penciptaan sebagian yang lain (dan tidaklah Aku mengambil
orang-orang yang menyesatkan) yakni setan-setan (sebagai penolong) yang
membantu dalam penciptaan, maka mengapa kalian menaati mereka?
|
||
Dan [ingatlah] akan
hari [yang ketika itu] Dia berfirman: "Panggillah olehmu sekalian
sekutu-sekutu-Ku yang kamu katakan itu". Mereka lalu memanggilnya tetapi
sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka dan Kami adakan untuk mereka
tempat kebinasaan [neraka]. (52)
|
|
وَيَوۡمَ يَقُولُ
نَادُواْ شُرَڪَآءِىَ ٱلَّذِينَ زَعَمۡتُمۡ فَدَعَوۡهُمۡ فَلَمۡ يَسۡتَجِيبُواْ
لَهُمۡ وَجَعَلۡنَا بَيۡنَہُم مَّوۡبِقً۬ا (٥٢)
|
052. (Dan ingatlah akan hari) yang ketika itu; lafal Yauma
dinashabkan oleh lafal Udzkur yang tidak disebutkan (Dia berfirman) dapat
dibaca Yaquulu atau Naquulu, ("Panggillah oleh kalian sekutu-sekutu-Ku)
yakni berhala-berhala itu (yang kalian katakan itu!)" untuk memberi
syafaat atau pertolongan kepada diri kalian sebagaimana apa yang didugakan
oleh kalian. (Mereka lalu memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak
membalas seruan mereka) tidak menjawab seruannya (dan Kami adakan untuk
mereka) untuk berhala-berhala dan para pengabdinya (tempat kebinasaan) sebuah
lembah di neraka Jahanam yang mereka semuanya dibinasakan di dalamnya. Lafal
Maubiqan berasal dari lafal Wabaqa artinya telah binasa.
|
||
Dan orang-orang yang
berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke
dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling daripadanya. (53)
|
|
وَرَءَا ٱلۡمُجۡرِمُونَ
ٱلنَّارَ فَظَنُّوٓاْ أَنَّہُم مُّوَاقِعُوهَا وَلَمۡ يَجِدُواْ عَنۡہَا
مَصۡرِفً۬ا (٥٣)
|
053. (Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka
meyakini) merasa yakin (bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya) akan dicampakkan
ke dalamnya (dan mereka tidak menemukan tempat berpaling daripadanya) tidak
menemui jalan untuk menyelamatkan diri daripadanya.
|
||
Dan sesungguhnya Kami
telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan.
Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (54)
|
|
وَلَقَدۡ صَرَّفۡنَا
فِى هَـٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لِلنَّاسِ مِن ڪُلِّ مَثَلٍ۬ۚ وَكَانَ ٱلۡإِنسَـٰنُ
أَڪۡثَرَ شَىۡءٍ۬ جَدَلاً۬ (٥٤)
|
054. (Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan) (bagi manusia
dalam Alquran ini bermacam-macam perumpamaan) lafal Min Kulli Matsalin
berkedudukan menjadi sifat daripada lafal yang tidak disebutkan, artinya:
suatu perumpamaan dari setiap jenis perumpamaan, supaya mereka mengambil
pelajaran daripadanya. (Dan manusia adalah makhluk) yakni orang kafir (yang
paling banyak membantah) paling banyak permusuhannya dalam kebatilan; lafal
Jadalan adalah Tamyiz yang dipindahkan dari Isim Kaana. Maknanya: Permusuhan
yang paling banyak dilakukan oleh manusia adalah dalam hal kebatilan.
|
||
Dan tidak ada
sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika petunjuk telah
datang kepada mereka, dan memohon ampun kepada Tuhannya, kecuali [keinginan
menanti] datangnya hukum [Allah yang telah berlaku pada] umat-umat yang dahulu
atau datangnya azab atas mereka dengan nyata. (55)
|
|
وَمَا مَنَعَ ٱلنَّاسَ
أَن يُؤۡمِنُوٓاْ إِذۡ جَآءَهُمُ ٱلۡهُدَىٰ وَيَسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّهُمۡ
إِلَّآ أَن تَأۡتِيَہُمۡ سُنَّةُ ٱلۡأَوَّلِينَ أَوۡ يَأۡتِيَہُمُ ٱلۡعَذَابُ
قُبُلاً۬ (٥٥)
|
055. (Dan tidak ada sesuatu pun yang menghalangi manusia)
orang-orang kafir Mekah (untuk beriman) menjadi Maf'ul Tsani atau subjek
kedua (ketika petunjuk telah datang kepada mereka) yakni Alquran (dan memohon
ampun kepada Rabbnya, kecuali datang kepada mereka hukum Allah yang telah
berlaku pada umat-umat terdahulu) lafal Sunnatul Awwalin berkedudukan menjadi
Fa'il atau objek, artinya: datang kepada mereka kebinasaan Kami, yaitu
kebinasaan yang telah ditentukan bagi mereka (atau datang azab atas mereka
dengan nyata) secara terang-terangan, yaitu kekalahan mereka dalam perang
Badar. Menurut qiraat yang lain dibaca Qubulan sebagai bentuk jamak dari kata
Qabilun artinya bermacam-macam.
|
||
Dan tidaklah Kami
mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai
pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang
bathil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak, dan mereka
menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai
olok-olokkan. (56)
|
|
وَمَا نُرۡسِلُ
ٱلۡمُرۡسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَۚ وَيُجَـٰدِلُ ٱلَّذِينَ
ڪَفَرُواْ بِٱلۡبَـٰطِلِ لِيُدۡحِضُواْ بِهِ ٱلۡحَقَّۖ وَٱتَّخَذُوٓاْ
ءَايَـٰتِى وَمَآ أُنذِرُواْ هُزُوً۬ا (٥٦)
|
056. (Dan tidaklah Kami mengutus Rasul-rasul hanyalah sebagai
pembawa berita gembira) bagi orang-orang yang beriman (dan sebagai pemberi
peringatan) untuk menakut-nakuti orang-orang kafir (tetapi orang-orang yang
kafir membantah dengan yang batil) yaitu melalui perkataan mereka sebagaimana
yang disitir oleh ayat lain, yaitu firman-Nya, "Adakah Allah mengutus
seorang manusia menjadi Rasul?" (Q.S. Al-Isra, 94) dan ayat-ayat lainnya
yang semakna (agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan) dapat
membatalkan melalui bantahan mereka (yang hak) yakni Alquran (dan mereka
menganggap ayat-ayat-Ku) yakni Alquran (dan peringatan-peringatan terhadap
mereka) yakni siksa neraka (sebagai olok-olokan) sebagai ejekan mereka.
|
||
Dan siapakah yang
lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari
Tuhannya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang telah
dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan
di atas hati mereka, [sehingga mereka tidak] memahaminya, dan [Kami letakkan
pula] sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada
petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya,
(57)
|
|
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن
ذُكِّرَ بِـَٔايَـٰتِ رَبِّهِۦ فَأَعۡرَضَ عَنۡہَا وَنَسِىَ مَا قَدَّمَتۡ
يَدَاهُۚ إِنَّا جَعَلۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ أَڪِنَّةً أَن يَفۡقَهُوهُ
وَفِىٓ ءَاذَانِہِمۡ وَقۡرً۬اۖ وَإِن تَدۡعُهُمۡ إِلَى ٱلۡهُدَىٰ فَلَن
يَہۡتَدُوٓاْ إِذًا أَبَدً۬ا (٥٧)
|
057. (Dan siapakah yang lebih lalim daripada orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat dari Rabbnya lalu dia berpaling daripadanya
dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya) apa yang telah
diperbuatnya berupa kekafiran dan kedurhakaan. (Sesungguhnya Kami telah
meletakkan tutupan di atas hati mereka) penutup-penutup (hingga mereka tidak
memahaminya) maksudnya, supaya mereka tidak dapat memahami Alquran, dengan
demikian maka mereka tidak dapat memahaminya (dan di telinga mereka Kami
letakkan sumbatan pula) yakni penyumbat sehingga mereka tidak dapat
mendengarkannya (dan kendati pun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya
mereka tidak akan mendapat petunjuk) disebabkan adanya penutup dan sumbatan
tadi (selama-lamanya).
|
||
Dan Tuhanmulah Yang
Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka karena
perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi
mereka ada waktu yang tertentu [untuk mendapat azab] yang mereka sekali-kali
tidak akan menemukan tempat berlindung daripadanya. (58)
|
|
وَرَبُّكَ ٱلۡغَفُورُ
ذُو ٱلرَّحۡمَةِۖ لَوۡ يُؤَاخِذُهُم بِمَا ڪَسَبُواْ لَعَجَّلَ لَهُمُ
ٱلۡعَذَابَۚ بَل لَّهُم مَّوۡعِدٌ۬ لَّن يَجِدُواْ مِن دُونِهِۦ مَوۡٮِٕلاً۬ (٥٨)
|
058. (Dan Rabbmulah Yang Maha Pengampun lagi mempunyai rahmat.
Jika Dia mengazab mereka) di dunia (karena perbuatan mereka, tentu Dia akan
menyegerakan azab bagi mereka) di dunia (Tetapi bagi mereka ada waktu yang
tertentu) untuk menerima azab yaitu hari kiamat (yang mereka sekali-kali
tidak akan menemukan tempat berlindung daripadanya) yaitu tempat untuk
menyelamatkan diri.
|
||
Dan [penduduk] negeri
itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan
waktu tertentu bagi kebinasaan mereka. (59)
|
|
وَتِلۡكَ ٱلۡقُرَىٰٓ
أَهۡلَكۡنَـٰهُمۡ لَمَّا ظَلَمُواْ وَجَعَلۡنَا لِمَهۡلِكِهِم مَّوۡعِدً۬ا (٥٩)
|
059. (Dan negeri itu) yang dimaksud adalah penduduknya,
seperti kaum Ad dan kaum Tsamud serta lain-lainnya (telah Kami binasakan,
ketika mereka berbuat lalim) yakni kafir (dan telah Kami tetapkan bagi
kebinasaan mereka) untuk membinasakan mereka. Dan menurut qiraat yang lain
dibaca limahlakihim, artinya bagi tempat kebinasaan mereka (waktu tertentu).
|
||
Dan [ingatlah] ketika
Musa berkata kepada muridnya: [885] "Aku tidak akan berhenti [berjalan] sebelum sampai ke
pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai
bertahun-tahun". (60)
|
|
وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ
لِفَتَٮٰهُ لَآ أَبۡرَحُ
حَتَّىٰٓ أَبۡلُغَ مَجۡمَعَ ٱلۡبَحۡرَيۡنِ أَوۡ أَمۡضِىَ حُقُبً۬ا (٦٠)
|
[885] Menurut ahli
tafsir, murid Nabi Musa a.s. itu ialah Yusya 'bin Nun.
|
||
|
||
060. (Dan) ingatlah (ketika Musa berkata) Nabi Musa
adalah anak lelaki Imran (kepada muridnya) yang bernama Yusya bin Nun; ia
selalu mengikutinya dan menjadi pelayannya serta mengambil ilmu daripadanya,
("Aku tidak akan berhenti) artinya, aku akan terus berjalan (sebelum
sampai ke pertemuan dua buah lautan) tempat bertemunya Laut Romawi dan laut
Persia dari sebelah Timurnya; yakni tempat bertemunya kedua lautan tersebut (atau
aku akan berjalan sampai bertahun-tahun)" selama bertahun-tahun untuk
mencapainya sekalipun jauh.
|
||
Maka tatkala mereka
sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan
itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. (61)
|
|
فَلَمَّا بَلَغَا
مَجۡمَعَ بَيۡنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُ ۥ فِى
ٱلۡبَحۡرِ سَرَبً۬ا (٦١)
|
061. (Maka tatkala keduanya sampai ke pertemuan dua buah laut
itu) yakni tempat bertemunya kedua laut itu (mereka berdua lupa akan ikannya)
Yusya' lupa membawanya ketika berangkat, Nabi Musa pun lupa mengingatkannya
(maka ia mengambil) yakni ikan itu melompat untuk mengambil (jalannya ke laut
itu) Allahlah yang menjadikan jalan itu, yaitu dengan menjadikan baginya
(dalam keadaan berlubang) seperti lubang bekasnya, yaitu lubang yang sangat
panjang dan tak berujung. Demikian itu karena Allah swt. menahan arus air
demi untuk ikan itu, lalu masuklah ikan itu ke dalamnya dengan meninggalkan
bekas seperti lubang dan tidak terhapus karena bekasnya membeku.
|
||
Maka tatkala mereka
berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah ke mari
makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita
ini". (62)
|
|
فَلَمَّا جَاوَزَا
قَالَ لِفَتَٮٰهُ ءَاتِنَا
غَدَآءَنَا لَقَدۡ لَقِينَا مِن سَفَرِنَا هَـٰذَا نَصَبً۬ا (٦٢)
|
062. (Maka tatkala mereka berdua melewati) tempat itu dengan
berjalan kaki sampai dengan waktu makan siang, yaitu pada hari kedua Musa
(berkatalah kepada muridnya, "Bawalah ke mari makanan kita!) yaitu makanan
yang biasa dimakan pada siang hari, yakni makan siang (sesungguhnya kita
telah merasa letih karena perjalanan kita ini)" payah, yang hal ini baru
mereka rasakan setelah berjalan jauh dari tempat itu.
|
||
Muridnya menjawab:
"Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka
sesungguhnya aku lupa [menceritakan tentang] ikan itu dan tidak adalah yang
melupakan aku untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil
jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali." (63)
|
|
قَالَ أَرَءَيۡتَ إِذۡ
أَوَيۡنَآ إِلَى ٱلصَّخۡرَةِ فَإِنِّى نَسِيتُ ٱلۡحُوتَ وَمَآ أَنسَٮٰنِيهُ إِلَّا
ٱلشَّيۡطَـٰنُ أَنۡ أَذۡكُرَهُ ۥۚ وَٱتَّخَذَ سَبِيلَهُ ۥ فِى ٱلۡبَحۡرِ
عَجَبً۬ا (٦٣)
|
063. (Muridnya menjawab, "Tahukah kamu) ingatkah kamu
(tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi) yakni di tempat
tersebut (maka sesungguhnya aku lupa ikan itu dan tidak adalah yang melupakan
aku kecuali setan) kemudian Dhamir Ha pada ayat ini dijelaskan oleh ayat
berikutnya, yaitu (untuk mengingatnya) lafal ayat ini menjadi Badal Isytimal,
artinya setan telah melupakan aku untuk mengingatnya (dan ia mengambil) yakni
ikan itu (akan jalannya di laut dengan cara yang aneh sekali.)" Lafal
'Ajaban menjadi Maf'ul Tsani, artinya, Nabi Musa dan muridnya merasa heran
terhadap perihal ikan itu sebagaimana yang telah disebutkan di atas tadi.
|
||
Musa berkata:
"Itulah [tempat] yang kita cari". Lalu keduanya kembali, mengikuti
jejak mereka semula. (64)
|
|
قَالَ ذَٲلِكَ مَا
كُنَّا نَبۡغِۚ فَٱرۡتَدَّا عَلَىٰٓ ءَاثَارِهِمَا قَصَصً۬ا (٦٤)
|
064. (Berkatalah) Musa, ("Itulah) tempat kita kehilangan
ikan itu (tempat) sesuatu (yang kita cari)" kita cari-cari, karena
sesungguhnya hal itu merupakan pertanda bagi kita, bahwa kita akan dapat
bertemu dengan orang yang sedang kita cari. (Lalu keduanya kembali) kembali
lagi (mengikuti jejak mereka semula) menitinya (secara benar-benar) lalu
keduanya sampai di batu besar tempat mereka beristirahat.
|
||
Lalu mereka bertemu
dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan
kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu
dari sisi Kami. [886] (65)
|
|
فَوَجَدَا عَبۡدً۬ا
مِّنۡ عِبَادِنَآ ءَاتَيۡنَـٰهُ رَحۡمَةً۬ مِّنۡ عِندِنَا وَعَلَّمۡنَـٰهُ مِن
لَّدُنَّا عِلۡمً۬ا (٦٥)
|
[886] Menurut
ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di
sini ialah wahyu dan kenabian. Sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu
tentang yang ghaib seperti yang akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut.
|
||
|
||
065. (Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba
di antara hamba-hamba Kami) yaitu Khidhir (yang telah Kami berikan kepadanya
rahmat dari sisi Kami) yakni kenabian, menurut suatu pendapat, dan menurut
pendapat yang lain kewalian, pendapat yang kedua inilah yang banyak dianut
oleh para ulama (dan yang telah Kami ajarkan kepadanya dari sisi Kami) dari
Kami secara langsung (ilmu). Lafal 'ilman menjadi Maf'ul Tsani, yaitu
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan masalah-masalah kegaiban. Imam Bukhari telah
meriwayatkan sebuah hadis, bahwa pada suatu ketika Nabi Musa berdiri
berkhutbah di hadapan kaum Bani Israel. Lalu ada pertanyaan, "Siapakah
orang yang paling alim?" Maka Nabi Musa menjawab, "Aku". Lalu
Allah menegur Nabi Musa karena ia belum pernah belajar (ilmu gaib), maka
Allah menurunkan wahyu kepadanya, "Sesungguhnya Aku mempunyai seorang
hamba yang tinggal di pertemuan dua laut, dia lebih alim daripadamu".
Musa berkata, "Wahai Rabbku! Bagaimanakah caranya supaya aku dapat bertemu
dengan dia". Allah berfirman, "Pergilah kamu dengan membawa seekor
ikan besar, kemudian ikan itu kamu letakkan pada keranjang. Maka manakala
kamu merasa kehilangan ikan itu, berarti dia ada di tempat tersebut".
Lalu Nabi Musa mengambil ikan itu dan ditaruhnya pada sebuah keranjang,
selanjutnya ia berangkat disertai dengan muridnya yang bernama Yusya bin Nun,
hingga keduanya sampai pada sebuah batu yang besar. Di tempat itu keduanya
berhenti untuk istirahat seraya membaringkan tubuh mereka, akhirnya mereka
berdua tertidur. Kemudian ikan yang ada di keranjang berontak dan melompat
keluar, lalu jatuh ke laut. Lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut
itu. (Q.S. Al Kahfi, 61) Allah menahan arus air demi untuk jalannya ikan itu,
sehingga pada air itu tampak seperti terowongan. Ketika keduanya terbangun
dari tidurnya, murid Nabi Musa lupa memberitakan tentang ikan kepada Nabi
Musa. Lalu keduanya berangkat melakukan perjalanan lagi selama sehari
semalam. Pada keesokan harinya Nabi Musa berkata kepada muridnya,
"Bawalah ke mari makanan siang kita", sampai dengan perkataannya,
"lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh
sekali". Bekas ikan itu tampak bagaikan terowongan dan Musa beserta
muridnya merasa aneh sekali dengan kejadian itu.
|
||
Musa berkata kepada
Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu
yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"
(66)
|
|
قَالَ لَهُ ۥ
مُوسَىٰ هَلۡ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمۡتَ رُشۡدً۬ا (٦٦)
|
066. (Musa berkata kepada Khidhir, "Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?)" yakni ilmu yang dapat
membimbingku. Menurut suatu qiraat dibaca Rasyadan. Nabi Musa meminta hal
tersebut kepada Khidhir. karena menambah ilmu adalah suatu hal yang
dianjurkan.
|
||
Dia menjawab:
"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.
(67)
|
|
قَالَ إِنَّكَ لَن
تَسۡتَطِيعَ مَعِىَ صَبۡرً۬ا (٦٧)
|
067. (Dia menjawab, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak
akan sanggup sabar bersamaku").
|
||
Dan bagaimana kamu
dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang hal itu?" (68)
|
|
وَكَيۡفَ تَصۡبِرُ
عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرً۬ا (٦٨)
|
068. ("Dan bagaimana kamu dapat bersabar atas sesuatu
yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?") di
dalam hadis yang telah disebutkan tadi sesudah penafsiran ayat ini
disebutkan, bahwa Khidhir berkata kepada Nabi Musa, "Hai Musa! Sesungguhnya
aku telah menerima ilmu dari Allah yang Dia ajarkan langsung kepadaku; ilmu
itu tidak kamu ketahui. Tetapi kamu telah memperoleh ilmu juga dari Allah
yang Dia ajarkan kepadamu, dan aku tidak mengetahui ilmu itu". Lafal
Khubran berbentuk Mashdar maknanya kamu tidak menguasainya, atau kamu tidak
mengetahui hakikatnya.
|
||
Musa berkata:
"Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku
tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun". (69)
|
|
قَالَ سَتَجِدُنِىٓ إِن
شَآءَ ٱللَّهُ صَابِرً۬ا وَلَآ أَعۡصِى لَكَ أَمۡرً۬ا (٦٩)
|
069. (Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapati aku
sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentang) yakni tidak akan
mendurhakai (kamu dalam sesuatu urusan pun)" yang kamu perintahkan kepadaku.
Nabi Musa mengungkapkan jawabannya dengan menggantungkan kemampuannya kepada
kehendak Allah, karena ia merasa kurang yakin akan kemampuan dirinya di dalam
menghadapi apa yang harus ia lakukan. Hal ini merupakan kebiasaan para nabi
dan para wali Allah, yaitu mereka sama sekali tidak pernah merasa percaya
terhadap dirinya sendiri walau hanya sekejap, sepenuhnya mereka serahkan
kepada kehendak Allah.
|
||
Dia berkata:
"Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang
sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu". (70)
|
|
قَالَ فَإِنِ
ٱتَّبَعۡتَنِى فَلَا تَسۡـَٔلۡنِى عَن شَىۡءٍ حَتَّىٰٓ أُحۡدِثَ لَكَ مِنۡهُ
ذِكۡرً۬ا (٧٠)
|
070. (Dia mengatakan, "Jika kamu ingin mengikuti saya,
maka janganlah kamu menanyakan kepada saya) Dalam satu qiraat dibaca dengan
Lam berbaris fatah dan Nun bertasydid (tentang sesuatu) yang kamu ingkari
menurut pengetahuanmu dan bersabarlah kamu jangan menanyakannya kepadaku
(sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu)" hingga aku menuturkan perihalnya
kepadamu berikut sebab musababnya. Lalu Nabi Musa menerima syarat itu, yaitu
memelihara etika dan sopan santun murid terhadap gurunya.
|
||
Maka berjalanlah
keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya.
Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu
menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar. (71)
|
|
فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ
إِذَا رَكِبَا فِى ٱلسَّفِينَةِ خَرَقَهَاۖ قَالَ أَخَرَقۡتَہَا لِتُغۡرِقَ
أَهۡلَهَا لَقَدۡ جِئۡتَ شَيۡـًٔا إِمۡرً۬ا (٧١)
|
071. (Maka berjalanlah keduanya) menuruti pinggir
pantai (hingga tatkala keduanya menaiki perahu) yang lewat pada keduanya
(lalu Khidhir melubanginya) dengan cara mencabut satu keping atau dua keping
papan yang ada pada bagian lambungnya dengan memakai kapak, sewaktu perahu
telah sampai di tengah laut yang ombaknya besar (Musa berkata) kepada Khidir,
("Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan
penumpangnya?) menurut satu qiraat lafal Litughriqa dibaca Litaghraqa, dan
lafal Ahlahaa dibaca Ahluhaa. (Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar)" yakni kekeliruan yang sangat besar. Menurut suatu
riwayat disebutkan, bahwa air laut tidak masuk ke dalam perahu yang telah dilubanginya
itu.
|
||
Dia [Khidhr] berkata:
"Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak
akan sabar bersama dengan aku" (72)
|
|
قَالَ أَلَمۡ أَقُلۡ
إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِىَ صَبۡرً۬ا (٧٢)
|
072. (Dia berkata, "Bukankah aku telah berkata, 'Sesungguhnya
kamu sekali-kali tidak akan sabar bersamaku)".
|
||
Musa berkata:
"Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu
membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku". (73)
|
|
قَالَ لَا تُؤَاخِذۡنِى
بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرۡهِقۡنِى مِنۡ أَمۡرِى عُسۡرً۬ا (٧٣)
|
073. (Musa berkata, "Janganlah kamu menghukum aku karena
kelupaanku) yakni atas kealpaanku sehingga aku lupa bahwa aku harus
menurutimu dan tidak membantahmu (dan janganlah kamu membebani aku)
memberikan beban kepadaku (dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku)"
kerepotan dalam persahabatanku denganmu, atau dengan kata lain, perlakukanlah
aku di dalam berteman denganmu dengan penuh maaf dan lapang dada.
|
||
Maka berjalanlah
keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr
membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan
karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang
mungkar". (74)
|
|
فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ
إِذَا لَقِيَا غُلَـٰمً۬ا فَقَتَلَهُ ۥ قَالَ أَقَتَلۡتَ نَفۡسً۬ا
زَكِيَّةَۢ بِغَيۡرِ نَفۡسٍ۬ لَّقَدۡ جِئۡتَ شَيۡـًٔ۬ا نُّكۡرً۬ا (٧٤) ۞
|
074. (Maka berjalanlah keduanya) sesudah keduanya keluar dari
perahu (hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang pemuda) yang masih
belum mencapai usia balig, sedang bermain-main bersama dengan teman-temannya,
dia adalah anak yang paling cakap parasnya di antara mereka (maka Khidhir
membunuhnya) dengan cara menyembelihnya dengan memakai pisau besar, atau
mencabut kepalanya dengan tangannya, atau memukulkan kepala anak muda itu ke
tembok. Mengenai caranya banyak pendapat yang berbeda. Dalam ayat ini
didatangkan huruf Fa 'Athifah, karena pembunuhan itu terjadi langsung sesudah
bertemu. Jawabnya Idzaa adalah pada ayat berikutnya yaitu; (Berkatalah ia)
yakni Nabi Musa, ("Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih) jiwa yang masih
belum berdosa karena belum mencapai usia taklif. Dan menurut suatu qiraat
lafal Zakiyyatan dibaca Zakiyatan (bukan karena dia membunuh orang lain?) dia
tidak membunuh orang lain. (Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang
mungkar)." Lafal Nukran dapat pula dibaca Nukuran, artinya sesuatu hal
yang mungkar.
|
||
Khidhr berkata:
"Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan
dapat sabar bersamaku?" (75)
|
|
قَالَ أَلَمۡ أَقُل
لَّكَ إِنَّكَ لَن تَسۡتَطِيعَ مَعِىَ صَبۡرً۬ا (٧٥)
|
075. (Khidhir berkata, "Bukankah sudah kukatakan
kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku)" hal
ini sebagai teguran yang kedua bagimu di samping teguran yang pertama tadi,
dalam hal ini alasanmu tidak dapat diterima.
|
||
Musa berkata:
"Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah [kali] ini, maka
janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup
memberikan uzur padaku". (76)
|
|
قَالَ إِن سَأَلۡتُكَ
عَن شَىۡءِۭ بَعۡدَهَا فَلَا تُصَـٰحِبۡنِىۖ قَدۡ بَلَغۡتَ مِن لَّدُنِّى
عُذۡرً۬ا (٧٦)
|
076. Oleh sebab itu maka (berkatalah Musa, "Jika aku
bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah ini) sesudah kali ini (maka
janganlah kamu menemani aku lagi) artinya janganlah kamu mengikuti aku lagi
(sesungguhnya kamu telah cukup memberikan kepadaku) dapat dibaca Ladunii atau
Ladunnii, artinya dari pihakku (udzur") alasan agar aku berpisah
denganmu.
|
||
Maka keduanya
berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka
minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mau
menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah
yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata:
"Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu".
(77)
|
|
فَٱنطَلَقَا حَتَّىٰٓ
إِذَآ أَتَيَآ أَهۡلَ قَرۡيَةٍ ٱسۡتَطۡعَمَآ أَهۡلَهَا فَأَبَوۡاْ أَن
يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيہَا جِدَارً۬ا يُرِيدُ أَن يَنقَضَّ فَأَقَامَهُ ۥۖ
قَالَ لَوۡ شِئۡتَ لَتَّخَذۡتَ عَلَيۡهِ أَجۡرً۬ا (٧٧)
|
077. (Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai
kepada penduduk suatu negeri) yaitu kota Inthakiyah (mereka meminta dijamu
kepada penduduk negeri itu) keduanya meminta kepada mereka supaya memberi
makan kepadanya sebagaimana layaknya tamu (tetapi penduduk negeri itu tidak
mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding
rumah) yang tingginya mencapai seratus hasta (yang hampir roboh) mengingat kemiringannya
yang sangat (maka Khidhir menegakkan dinding itu) dengan tangannya sendiri
(Musa berkata) kepadanya, ("Jika kamu mau, niscaya kamu mengambil)
menurut suatu qiraat dibaca Laittakhadzta (upah untuk itu)" yakni
persenan karena mereka tidak mau menjamu kita, sedangkan kita sangat
membutuhkan makanan.
|
||
Khidhr berkata:
"Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan
kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
(78)
|
|
قَالَ هَـٰذَا فِرَاقُ
بَيۡنِى وَبَيۡنِكَۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأۡوِيلِ مَا لَمۡ تَسۡتَطِع عَّلَيۡهِ
صَبۡرًا (٧٨)
|
078. (Khidhir berkata) kepada Nabi Musa, ("Inilah
perpisahan) waktu perpisahan (antara aku dengan kamu). Lafal Baina
dimudhafkan kepada hal yang tidak Muta'addi atau berbilang, pengulangan lafal
Baina di sini diperbolehkan karena di antara keduanya terdapat huruf 'Athaf
Wawu. (Aku akan memberitahukan kepadamu) sebelum perpisahanku denganmu
(tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak sabar terhadapnya).
|
||
Adapun bahtera itu
adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan
merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang
merampas tiap-tiap bahtera. (79)
|
|
أَمَّا ٱلسَّفِينَةُ
فَكَانَتۡ لِمَسَـٰكِينَ يَعۡمَلُونَ فِى ٱلۡبَحۡرِ فَأَرَدتُّ أَنۡ أَعِيبَہَا
وَكَانَ وَرَآءَهُم مَّلِكٌ۬ يَأۡخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصۡبً۬ا (٧٩)
|
079. (Adapun perahu itu adalah kepunyaan orang-orang miskin)
yang jumlahnya ada sepuluh orang (yang bekerja di laut) dengan menyewakannya,
mereka menjadikannya sebagai mata pencaharian (dan aku bertujuan merusakkan
perahu itu, karena di hadapan mereka) jika mereka kembali, atau di hadapan
mereka sekarang ini (ada seorang raja) kafir (yang mengambil tiap-tiap
perahu) yang masih baik (secara ghashab) yakni dengan cara merampasnya. Lafal
Ghashban dinashabkan karena menjadi Mashdar yang kedudukannya menjelaskan
tentang cara pengambilan itu.
|
||
Dan adapun anak itu
maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mu’min, dan kami khawatir bahwa
dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
(80)
|
|
وَأَمَّا ٱلۡغُلَـٰمُ
فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤۡمِنَيۡنِ فَخَشِينَآ أَن يُرۡهِقَهُمَا طُغۡيَـٰنً۬ا
وَڪُفۡرً۬ا (٨٠)
|
080. (Adapun anak muda itu, kedua orang tuanya adalah
orang-orang Mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang
tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran), karena sesungguhnya sebagaimana
yang telah disebutkan di dalam hadis sahih Muslim, bahwa anak muda itu telah
dicap oleh Allah menjadi orang kafir. Dan seandainya ia hidup niscaya dia
akan mendorong kedua orang tuanya kepada kekafiran, disebabkan kecintaan
keduanya kepadanya, hingga keduanya pasti akan mengikuti jejak anaknya.
|
||
Dan kami menghendaki,
supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik
kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya [kepada ibu
bapaknya]. (81)
|
|
فَأَرَدۡنَآ أَن
يُبۡدِلَهُمَا رَبُّہُمَا خَيۡرً۬ا مِّنۡهُ زَكَوٰةً۬ وَأَقۡرَبَ رُحۡمً۬ا (٨١)
|
081. (Dan kami menghendaki, supaya menggantikan bagi kedua
orang tuanya) dapat dibaca Yubaddilahuma atau Yubdilahuma (Rabbnya dengan
anak lain yang lebih baik kesuciannya daripada anaknya itu) artinya lebih
baik dan lebih bertakwa (dan lebih) daripada anaknya itu (dalam kasih
sayangnya) dapat dibaca Ruhman atau Ruhuman, artinya berbakti kepada kedua
orang tuanya. Ternyata sesudah itu Allah menggantikan bagi keduanya seorang
anak perempuan yang kemudian dikawini oleh seorang nabi, dan dari hasil
perkawinannya itu lahirlah seorang nabi. Pada akhirnya Allah memberikan
petunjuk kepada suatu umat melalui nabi itu.
|
||
Adapun dinding rumah
itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada
harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang
saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu;
dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu
adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".
(82)
|
|
وَأَمَّا ٱلۡجِدَارُ
فَكَانَ لِغُلَـٰمَيۡنِ يَتِيمَيۡنِ فِى ٱلۡمَدِينَةِ وَكَانَ تَحۡتَهُ ۥ
كَنزٌ۬ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَـٰلِحً۬ا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن
يَبۡلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسۡتَخۡرِجَا كَنزَهُمَا رَحۡمَةً۬ مِّن رَّبِّكَۚ وَمَا
فَعَلۡتُهُ ۥ عَنۡ أَمۡرِىۚ ذَٲلِكَ تَأۡوِيلُ مَا لَمۡ تَسۡطِع عَّلَيۡهِ
صَبۡرً۬ا (٨٢)
|
082. (Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak
muda yang yatim di kota ini, dan di bawahnya ada harta benda simpanan) yakni
harta yang terpendam berupa emas dan perak (bagi mereka berdua, sedangkan
ayahnya adalah seorang yang saleh) maka dengan kesalehannya itu ia dapat
memelihara kedua anaknya dan harta benda bagi keduanya (maka Rabbmu
menghendaki agar mereka berdua sampai kepada kedewasaannya) sampai kepada
usia dewasa (dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu).
Lafal Rahmatan menjadi Maf'ul Lah, sedangkan 'Amilnya adalah lafal Araada
(dan bukanlah aku melakukannya itu) yaitu semua hal yang telah disebutkan
tadi, yakni melubangi perahu, membunuh anak muda dan mendirikan tembok yang
hampir roboh (menurut kemauanku sendiri) berdasarkan keinginanku sendiri,
tetapi hal itu kulakukan berdasarkan perintah dan ilham dari Allah. (Demikian
itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya)" lafal Tasthi' menurut pendapat lain dibaca Isthaa'a dan
Istathas'a artinya mampu. Di dalam ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya terdapat
berbagai macam ungkapan, yaitu terkadang memakai istilah Aradtu (aku
menghendaki); terkadang memakai istilah Aradnaa (kami menghendaki), dan
terkadang memakai istilah Araada Rabbuka (Rabbmu menghendaki). Hal ini
dinamakan Jam'un Bainal Lughataini atau penganekaragaman ungkapan.
|
||
Mereka akan bertanya
kepadamu [Muhammad] tentang Dzulqarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan
kepadamu cerita tentangnya". (83)
|
|
وَيَسۡـَٔلُونَكَ عَن
ذِى ٱلۡقَرۡنَيۡنِۖ قُلۡ سَأَتۡلُواْ عَلَيۡكُم مِّنۡهُ ذِڪۡرًا (٨٣)
|
083. (Dan mereka akan bertanya kepadamu) yakni
orang-orang yahudi (tentang Zulkarnain) yang namanya adalah Iskandar; dia
bukan seorang Nabi (Katakanlah, "Aku akan bacakan) aku akan kisahkan
(kepada kalian mengenainya) tentang perihalnya (sebagai kisah)".
|
||
Sesungguhnya Kami
telah memberi kekuasaan kepadanya di [muka] bumi, dan Kami telah memberikan
kepadanya jalan [untuk mencapai] segala sesuatu, (84)
|
|
إِنَّا مَكَّنَّا
لَهُ ۥ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَءَاتَيۡنَـٰهُ مِن كُلِّ شَىۡءٍ۬ سَبَبً۬ا (٨٤)
|
084. (Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di
muka bumi) dengan memudahkan perjalanan baginya di muka bumi ini (dan Kami
telah memberikan kepadanya di dalam menghadapi segala sesuatu) yang ia
perlukan (jalan untuk mencapainya) jalan yang dapat mengantarkannya kepada
yang dikehendakinya.
|
||
maka diapun menempuh
suatu jalan. (85)
|
|
فَأَتۡبَعَ
سَبَبًا (٨٥)
|
085. (Maka dia pun menempuh suatu jalan) yakni dia menempuh
jalan ke arah Barat.
|
||
Hingga apabila dia
telah sampai ke tempat terbenam matahari, [887] dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur
hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat [888] Kami berkata:
"Hai Zulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan [889] terhadap
mereka". (86)
|
|
حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ
مَغۡرِبَ ٱلشَّمۡسِ وَجَدَهَا تَغۡرُبُ فِى عَيۡنٍ حَمِئَةٍ۬ وَوَجَدَ عِندَهَا
قَوۡمً۬اۗ قُلۡنَا يَـٰذَا ٱلۡقَرۡنَيۡنِ إِمَّآ أَن تُعَذِّبَ وَإِمَّآ أَن
تَتَّخِذَ فِيہِمۡ حُسۡنً۬ا (٨٦)
|
[887]
Maksudnya: sampai ke pantai sebelah barat di mana Dzulqarnain melihat
matahari sedang terbenam.
[888] Ialah umat yang tidak beragama. [889] yaitu dengan menyeru mereka kepada beriman. |
||
|
||
086. (Hingga apabila dia telah sampai ke tempat
terbenamnya matahari) tempat matahari terbenam (dia melihat matahari terbenam
di dalam laut yang berlumpur hitam) pengertian terbenamnya matahari di dalam
laut hanyalah berdasarkan pandangan mata saja, karena sesungguhnya matahari
jauh lebih besar daripada dunia atau bumi (dan dia mendapati di situ) di laut
itu (segolongan umat) yang kafir (Kami berkata, "Hai Zulkarnain!) dengan
melalui ilham (Kamu boleh menyiksa) kaum itu dengan cara membunuh mereka
(atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka)" dengan hanya menawan
mereka.
|
||
Berkata Zulkarnain:
"Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian
dia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang
tidak ada taranya. (87)
|
|
قَالَ أَمَّا مَن
ظَلَمَ فَسَوۡفَ نُعَذِّبُهُ ۥ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَىٰ رَبِّهِۦ
فَيُعَذِّبُهُ ۥ عَذَابً۬ا نُّكۡرً۬ا (٨٧)
|
087. (Berkata Zulkarnain, "Adapun orang yang aniaya) yang
melakukan kemusyrikan (maka kami kelak akan mengazabnya) yaitu kami akan
membunuhnya (kemudian dia dikembalikan kepada Rabbnya, lalu Rabb mengazabnya
dengan azab yang tiada taranya). Lafal Nukran artinya yang sangat keras,
yakni azab yang sangat keras di neraka.
|
||
Adapun orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai
balasan, dan akan kami titahkan kepadanya [perintah] yang mudah dari
perintah-perintah kami". (88)
|
|
وَأَمَّا مَنۡ ءَامَنَ
وَعَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَلَهُ ۥ جَزَآءً ٱلۡحُسۡنَىٰۖ وَسَنَقُولُ
لَهُ ۥ مِنۡ أَمۡرِنَا يُسۡرً۬ا (٨٨)
|
088. (Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka
baginya pahala yang terbaik) yakni surga; diidhafatkannya lafal Jazaa-an
kepada lafal Al Husna mengandung makna penjelasan. Dan menurut qiraat yang
lain lafal Jazaa-an dibaca Jazaa-u'; sehubungan dengan bacaan ini Imam
Al-Farra' mengatakan bahwa dinashabkannya lafal Jazaa-an karena dianggap
sebagai kalimat penafsir, maksudnya bila ditinjau dari segi nisbatnya (dan
akan Kami titahkan kepadanya perintah yang mudah dari perintah-perintah
Kami)" maksudnya Kami akan memberikan perintah kepadanya dengan perintah
yang mudah untuk ia laksanakan.
|
||
Kemudian dia menempuh
jalan [yang lain]. (89)
|
|
ثُمَّ أَتۡبَعَ سَبَبًا
(٨٩)
|
089. (Kemudian ia menempuh jalan yang lain) yaitu menuju ke
arah Timur.
|
||
Hingga apabila dia
telah sampai ke tempat terbit matahari [sebelah Timur] dia mendapati matahari
itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu
yang melindunginya dari [cahaya] matahari [890] itu, (90)
|
|
حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ
مَطۡلِعَ ٱلشَّمۡسِ وَجَدَهَا تَطۡلُعُ عَلَىٰ قَوۡمٍ۬ لَّمۡ نَجۡعَل لَّهُم
مِّن دُونِہَا سِتۡرً۬ا (٩٠)
|
[890] Menurut
sebagian ahli tafsir bahwa golongan yang ditemui Dzulqarnain itu adalah umat
yang miskin.
|
||
|
||
090. (Hingga apabila dia telah sampai ke tempat
terbitnya matahari) tempat matahari terbit (dia mendapati matahari itu
menyinari segolongan umat) mereka adalah bangsa Zunuj atau orang-orang Indian
(yang Kami tidak menjadikan bagi mereka dari sinarnya) yaitu dari sinar
matahari (sesuatu yang melindunginya) baik berupa pakaian atau pun atap-atap.
Karena sesungguhnya tanah tempat mereka tinggal tidak dapat menopang
bangunan, dan mereka hanya mempunyai tempat perlindungan berupa liang-liang,
di tempat tersebut mereka masuk bila matahari terbit, dan bila matahari telah
tinggi baru mereka keluar dari liang-liang itu.
|
||
demikianlah. Dan
sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. (91)
|
|
كَذَٲلِكَ وَقَدۡ
أَحَطۡنَا بِمَا لَدَيۡهِ خُبۡرً۬ا (٩١)
|
091. (Demikianlah) perkara itu sebagaimana yang telah Kami
ceritakan. (Dan sesungguhnya Kami meliputi terhadap semua apa yang ada
padanya) yaitu yang ada pada Zulkarnain berupa alat-alat persenjataan,
balatentara dan lain sebagainya (dengan ilmu Kami) yakni Kami mengetahui
semuanya.
|
||
Kemudian dia menempuh
suatu jalan [yang lain lagi]. (92)
|
|
ثُمَّ أَتۡبَعَ سَبَبًا
(٩٢)
|
092. (Kemudian dia menempuh suatu jalan yang lain lagi).
|
||
Hingga apabila dia
telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit
itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. [891] (93)
|
|
حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ
بَيۡنَ ٱلسَّدَّيۡنِ وَجَدَ مِن دُونِهِمَا قَوۡمً۬ا لَّا يَكَادُونَ يَفۡقَهُونَ
قَوۡلاً۬ (٩٣)
|
[891] Maksudnya:
mereka mereka tidak bisa memahami bahasa orang lain, karena bahasa mereka
amat jauh bedanya dari bahasa yang lain, dan merekapun tidak dapat
menerangkan maksud mereka dengan jelas karena kekurangan kecerdasan mereka.
|
||
|
||
093. (Hingga apabila dia telah sampai di antara dua
buah bendungan) dibaca Saddaini atau Suddaini, dan sesudah kedua bendungan
tersebut terdapat dua buah gunung, yaitu di salah satu wilayah negeri Turki.
Bendungan raja Iskandar akan dibangun di antara kedua buah bukit itu,
sebagaimana yang akan dijelaskan nanti (dia mendapati di hadapan kedua
bendungan itu) yakni pada sebelah depan keduanya (suatu kaum yang hampir
tidak mengerti pembicaraan) mereka tidak dapat memahami pembicaraan melainkan
secara lambat sekali. Menurut qiraat yang lain lafal Yafqahuuna dibaca
Yufqihuuna.
|
||
Mereka berkata:
"Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu [892] orang-orang yang
membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu
pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan
mereka?" (94)
|
|
قَالُواْ يَـٰذَا
ٱلۡقَرۡنَيۡنِ إِنَّ يَأۡجُوجَ وَمَأۡجُوجَ مُفۡسِدُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَهَلۡ
نَجۡعَلُ لَكَ خَرۡجًا عَلَىٰٓ أَن تَجۡعَلَ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَهُمۡ سَدًّ۬ا (٩٤)
|
[892] Ya'juj
dan Ma'juj ialah dua bangsa yang membuat kerusakan di muka bumi, sebagai yang
telah dilakukan oleh bangsa Tartar dan Mongol.
|
||
|
||
094. (Mereka berkata, "Hai Zulkarnain!
Sesungguhnya Yakjuj dan Makjuj itu) dikenal dengan nama Yakjuj dan Makjuj.
Kedua nama tersebut merupakan nama 'Ajam bagi dua kabilah, dengan demikian
maka I'rabnya tidak menerima tanwin (orang-orang yang membuat kerusakan di
muka bumi) mereka gemar merampok dan membuat kerusakan di kala mereka keluar
dari sarangnya menuju kami (maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran
kepadamu) yakni upah berupa harta; dan menurut qiraat yang lain lafal Kharjan
dibaca Kharaajan (supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?)"
tembok penghalang hingga mereka tidak dapat mencapai kami.
|
||
Zulkarnain berkata:
"Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah
lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan [manusia dan alat-alat], agar
aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, (95)
|
|
قَالَ مَا مَكَّنِّى
فِيهِ رَبِّى خَيۡرٌ۬ فَأَعِينُونِى بِقُوَّةٍ أَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَہُمۡ
رَدۡمًا (٩٥)
|
095. (Zulkarnain berkata, "Apa yang telah dikuasakan
kepadaku) menurut qiraat yang lain lafal Makkannii dibaca Makkananii tanpa
diidghamkan (oleh Rabbku terhadapnya) terhadap harta benda dan lain-lainnya
(adalah lebih baik) daripada pembayaran kalian yang akan kalian berikan
kepadaku, maka aku tidak memerlukannya lagi, dan aku akan membuat tembok
penghalang buat kalian sebagai sumbangan suka rela dariku sendiri (maka
tolonglah aku dengan kekuatan) apa saja yang aku perlukan dari kalian (agar
aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka) yakni tembok penghalang yang
kuat dan tak dapat ditembus.
|
||
berilah aku
potongan-potongan besi" Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan
kedua [puncak] gunung itu, berkatalah Zulkarnain: Tiuplah [api itu]".
Hingga apabila besi itu sudah menjadi [merah seperti] api, diapun berkata:
"Berilah aku tembaga [yang mendidih] agar kutuangkan ke atas besi panas
itu". (96)
|
|
ءَاتُونِى زُبَرَ
ٱلۡحَدِيدِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيۡنَ ٱلصَّدَفَيۡنِ قَالَ ٱنفُخُواْۖ
حَتَّىٰٓ إِذَا جَعَلَهُ ۥ نَارً۬ا قَالَ ءَاتُونِىٓ أُفۡرِغۡ عَلَيۡهِ
قِطۡرً۬ا (٩٦)
|
096. (Berilah aku potongan-potongan besi)" sebesar bata
kecil yang akan dijadikan sebagai bahan bangunan tembok lalu Zulkarnain
membangun tembok penghalang itu daripadanya, dan dia memakai kayu dan batu
bara yang dimasukkan di tengah-tengah tembok besi itu. (Sehingga apabila besi
itu telah sama rata dengan kedua puncak gunung itu) lafal Shadafaini dapat
dibaca Shudufaini dan Shudfaini, artinya sisi bagian puncak kedua bukit itu
telah rata dengan bangunan, kemudian dibuatkannyalah peniup-peniup dan api
sepanjang bangunan tembok itu (berkatalah Zulkarnain, "Tiuplah api
itu)" lalu api itu mereka tiup (Hingga apabila besi itu menjadi) berubah
bentuknya menjadi (merah) bagaikan api (dia pun berkata, "Berilah aku
tembaga yang mendidih agar kutuangkan ke atas besi panas itu)" maksudnya
tembaga yang dilebur. Lafal Aatuunii dan lafal Ufrigh merupakan kedua Fi'il
yang saling berebutan terhadap Ma'mulnya, kemudian dibuanglah Ma'mul dari
Fi'il yang pertama karena beramalnya Fi'il yang kedua. Selanjutnya tembaga yang
sudah dilebur itu dituangkan ke atas besi yang merah membara, sehingga
masuklah tembaga itu ke dalam partikel-partikel potongan besi, akhirnya kedua
logam itu menyatu.
|
||
Maka mereka tidak bisa
mendakinya dan mereka tidak bisa [pula] melobanginya. (97)
|
|
فَمَا ٱسۡطَـٰعُوٓاْ
أَن يَظۡهَرُوهُ وَمَا ٱسۡتَطَـٰعُواْ لَهُ ۥ نَقۡبً۬ا (٩٧)
|
097. (Maka mereka tidak dapat) yakni Yakjuj dan Makjuj itu
(mendakinya) memanjat tembok itu karena terlalu tinggi dan terlalu licin (dan
mereka tidak dapat pula melubanginya) karena tembok itu terlalu kuat dan
tebal sekali.
|
||
Zulkarnain berkata:
"Ini [dinding] adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang
janji Tuhanku. Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu
adalah benar". (98)
|
|
قَالَ هَـٰذَا رَحۡمَةٌ۬
مِّن رَّبِّىۖ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ رَبِّى جَعَلَهُ ۥ دَكَّآءَۖ
وَكَانَ وَعۡدُ رَبِّى حَقًّ۬ا (٩٨)۞
|
098. (Dia berkata) yakni Zulkarnain, ("Ini) tembok ini
atau bendungan ini, atau kemampuan di dalam membangun ini (adalah rahmat dari
Rabbku) merupakan nikmat-Nya, sebab tembok ini dapat mencegah Yakjuj dan
Makjuj untuk keluar (maka apabila sudah datang janji Rabbku) yakni saat
mereka dapat keluar, bila hari kiamat telah dekat. (Dia akan menjadikannya
hancur luluh) rata dengan tanah (dan janji Rabbku itu) tentang keluarnya
mereka dan peristiwa-peristiwa lainnya (adalah benar)" pasti terjadi.
|
||
Kami biarkan mereka di
hari itu [893] bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup
lagi [894]
sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya. (99)
|
|
وَتَرَكۡنَا بَعۡضَہُمۡ
يَوۡمَٮِٕذٍ۬ يَمُوجُ فِى
بَعۡضٍ۬ۖ وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَجَمَعۡنَـٰهُمۡ جَمۡعً۬ا (٩٩)
|
[893]
Maksudnya: Di hari kehancuran dunia yang dijanjikan oleh Allah.
[894] Maksudnya: tiupan yang kedua yaitu tiupan sebagai tanda kebangkitan dari kubur dan pengumpulan ke padang Mahsyar, sedang tiupan yang pertama ialah tiupan kehancuran alam ini. |
||
|
||
099. Selanjutnya Allah berfirman: (Kami biarkan
sebagian di antara mereka pada hari itu) pada hari mereka keluar dari tembok
itu (bercampur aduk dengan sebagian yang lain) mereka bercampur aduk karena
saking banyaknya jumlah mereka (kemudian ditiup lagi sangkakala) untuk
membangkitkan mereka menjadi hidup kembali (lalu Kami kumpulkan mereka itu)
yakni seluruh makhluk pada suatu tempat di hari kiamat (semuanya).
|
||
dan Kami nampakkan
Jahannam pada hari itu [895] kepada orang-orang kafir dengan jelas. (100)
|
|
وَعَرَضۡنَا جَهَنَّمَ
يَوۡمَٮِٕذٍ۬ لِّلۡكَـٰفِرِينَ
عَرۡضًا (١٠٠)
|
[895] Pada hari
makhluk di padang Mahsyar dikumpulkan.
|
||
|
||
100. (Dan Kami tampakkan) Kami dekatkan (Jahanam pada
hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas).
|
||
yaitu orang-orang yang
matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku,
dan adalah mereka tidak sanggup mendengar. (101)
|
|
ٱلَّذِينَ كَانَتۡ
أَعۡيُنُہُمۡ فِى غِطَآءٍ عَن ذِكۡرِى وَكَانُواْ لَا يَسۡتَطِيعُونَ سَمۡعًا (١٠١)
|
101. (Yaitu orang-orang yang matanya) menjadi Badal atau kata
ganti dari lafal Al-Kaafiriina yang pada ayat sebelumnya (dalam keadaan
tertutup dari memperhatikan ayat-yat-Ku) yakni Alquran, karenanya mereka buta
tidak dapat mengambil petunjuk darinya (dan adalah mereka tidak sanggup
mendengar) artinya, mereka tidak mampu untuk mendengarkan dari nabi apa yang
telah dibacakan kepada mereka, karena mereka membencinya, oleh sebab itu
mereka tidak beriman kepadanya.
|
||
Maka apakah
orang-orang kafir menyangka bahwa mereka [dapat] mengambil hamba-hamba-Ku
menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka
Jahannam tempat tinggal bagi orang-orang kafir. (102)
|
|
أَفَحَسِبَ ٱلَّذِينَ
كَفَرُوٓاْ أَن يَتَّخِذُواْ عِبَادِى مِن دُونِىٓ أَوۡلِيَآءَۚ إِنَّآ
أَعۡتَدۡنَا جَهَنَّمَ لِلۡكَـٰفِرِينَ نُزُلاً۬ (١٠٢)
|
102. (Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka
dapat mengambil hamba-hamba-Ku) yakni para Malaikat-Ku, Nabi 'Isa dan Nabi
'Uzair (menjadi penolong-penolong selain Aku?) yakni tuhan-tuhan yang dapat
menolong mereka. Lafal Auliyaa-a ini menjadi Maf'ul Tsani daripada lafal
Liyattakhidzuu, sedangkan Maf'ul Tsani daripada lafal Hasiba tidak
disebutkan. Maksud ayat: Apakah mereka menyangka bahwa pengambilan mereka
terhadap hal-hal yang telah disebutkan itu sebagai sesembahan mereka tidak
membuat-Ku murka, dan Aku hanya berdiam diri tidak menghukum mereka? Tentu
saja tidak. (Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahanam bagi
orang-orang kafir) yaitu bagi mereka dan bagi orang-orang kafir lainnya yang
seperti mereka (sebagai tempat tinggal) maksudnya Jahanam itu telah
disediakan buat mereka sebagaimana disediakannya tempat tinggal bagi tamu.
|
||
Katakanlah:
"Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling
merugi perbuatannya?" (103)
|
|
قُلۡ هَلۡ نُنَبِّئُكُم
بِٱلۡأَخۡسَرِينَ أَعۡمَـٰلاً (١٠٣)
|
103. (Katakanlah, "Apakah akan Kami beritahukan kepada
kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?)" lafal
A'maalan menjadi Tamyiz atau keterangan pembeda yang bentuknya sama dengan
Mumayyaz. Kemudian Allah swt. menjelaskan siapa mereka yang merugi itu,
melalui firman berikutnya.
|
||
Yaitu orang-orang yang
telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka
menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (104)
|
|
ٱلَّذِينَ ضَلَّ
سَعۡيُہُمۡ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُمۡ يَحۡسَبُونَ أَنَّہُمۡ
يُحۡسِنُونَ صُنۡعًا (١٠٤)
|
104. (Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam
kehidupan dunia ini) amal perbuatan mereka batil tidak diterima (sedangkan
mereka menyangka) menduga (bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya) yang pasti
mereka akan menerima pahala karenanya.
|
||
Mereka itu orang-orang
yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan [kufur terhadap] perjumpaan
dengan Dia. [896] Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan
suatu penilaian bagi [amalan] mereka pada hari kiamat. (105)
|
|
أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ
كَفَرُواْ بِـَٔايَـٰتِ رَبِّهِمۡ وَلِقَآٮِٕهِۦ فَحَبِطَتۡ أَعۡمَـٰلُهُمۡ فَلَا نُقِيمُ لَهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ
وَزۡنً۬ا (١٠٥)
|
[896]
Maksudnya: tidak beriman kepada pembangkitan di hari kiamat, hisab dan
pembalasan.
|
||
|
||
105. (Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap
ayat-ayat Rabb mereka) kafir terhadap bukti-bukti yang menunjukkan kepada keesaan-Nya,
baik berupa Alquran maupun lain-lainnya (dan kafir terhadap perjumpaan dengan
Dia) ingkar pada adanya hari berbangkit, perhitungan amal perbuatan, pahala
dan siksaan (maka hapuslah amalan-amalan mereka) yakni ditolak (dan Kami
tidak mengadakan suatu penilaian bagi amalan mereka pada hari kiamat) Kami
tidak menganggap sama sekali amal perbuatan mereka.
|
||
Demikianlah balasan
mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka
menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (106)
|
|
ذَٲلِكَ جَزَآؤُهُمۡ
جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُواْ وَٱتَّخَذُوٓاْ ءَايَـٰتِى وَرُسُلِى هُزُوًا (١٠٦)
|
106. (Demikianlah) yakni perihal yang telah Kusebutkan
sehubungan dengan dihapusnya amal perbuatan mereka dan lain-lainnya. Lafal
Dzaalika menjadi Mubtada sedangkan Khabarnya ialah: (balasan mereka itu
neraka Jahanam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan
ayat-ayat-Ku dan Rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok) keduanya menjadi ejekan
dan olokan mereka.
|
||
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus
menjadi tempat tinggal, (107)
|
|
إِنَّ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ كَانَتۡ لَهُمۡ جَنَّـٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ
نُزُلاً (١٠٧)
|
107. (Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
bagi mereka) menurut ilmu Allah (adalah surga Firdaus) yaitu bagian tengah
dan bagian teratas daripada surga. Idhafah di sini memberikan pengertian
Bayan atau menjelaskan (menjadi tempat tinggal) tempat menetap mereka.
|
||
mereka kekal di
dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya. (108)
|
|
خَـٰلِدِينَ فِيہَا لَا
يَبۡغُونَ عَنۡہَا حِوَلاً۬ (١٠٨)
|
108. (Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin) tidak
meminta (berpindah daripadanya) pindah ke tempat yang lain.
|
||
Katakanlah:
"Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk [menulis] kalimat-kalimat
Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis [ditulis] kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu [pula]. (109)
|
|
قُل لَّوۡ كَانَ
ٱلۡبَحۡرُ مِدَادً۬ا لِّكَلِمَـٰتِ رَبِّى لَنَفِدَ ٱلۡبَحۡرُ قَبۡلَ أَن
تَنفَدَ كَلِمَـٰتُ رَبِّى وَلَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِهِۦ مَدَدً۬ا (١٠٩)
|
SEBAB TURUNNYA
AYAT: Imam Hakim dan lain-lainnya
mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang
menceritakan, bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi,
"Berikanlah kepada kami sesuatu untuk kami tanyakan kepada lelaki ini (Nabi Muhammad)". Lalu orang-orang Yahudi
itu berkata, "Tanyakanlah kepadanya tentang roh", lalu orang-orang
Quraisy menanyakan kepada Nabi saw. maka turunlah firman-Nya, "Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, 'Roh itu termasuk urusan
Rabbku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.'"
(Q.S. Al Isra, 85). Di kala itu juga orang-orang Yahudi berkata, "Kami
telah diberi ilmu yang banyak. Kami telah diberi kitab Taurat; barang siapa
yang diberi kitab Taurat, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang
banyak." Maka turunlah firman-Nya menyanggah perkataan mereka, yaitu,
"Katakanlah, 'Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis
kalimat-kalimat Rabbku.'" (Q.S. Al Kahfi, 109).
|
||
|
||
109. (Katakanlah, "Kalau sekiranya lautan) airnya
(menjadi tinta) yaitu sarana untuk menulis (untuk menulis kalimat-kalimat
Rabbku) yang menunjukkan kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan dan
keajaiban-keajaiban ciptaan-Nya, seumpamanya hal itu ditulis (sungguh
habislah lautan itu) untuk menulisnya (sebelum habis) dapat dibaca Tanfadza
atau Yanfadza, yakni sebelum habis ditulis (kalimat-kalimat Rabbku, meskipun
Kami datangkan sebanyak itu) lautan yang sama (sebagai tambahan
tintanya.") niscaya tambahan ini pun akan habis pula, sedangkan
kalimat-kalimat Rabbku masih belum habis ditulis. Lafal Madadan dinashabkan
karena menjadi Tamyiz.
|
||
Katakanlah:
"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan
Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (110)
|
|
قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۟
بَشَرٌ۬ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهٌ۬
وَٲحِدٌ۬ۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلاً۬
صَـٰلِحً۬ا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦۤ أَحَدَۢا (١١٠)
|
SEBAB TURUNNYA
AYAT: Ibnu Abu Hatim mengetengahkan
sebuah hadis dan demikian pula Ibnu Abud Dunya di dalam kitab Al Ikhlash,
yang kedua-dua-nya mengetengahkan hadis ini melalui Thawus. Thawus
menceritakan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw.,
"Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku berada di sini dengan maksud untuk
mengharapkan pahala dari Allah, dan aku ingin sekali melihat kedudukanku
(pahalaku)". Rasulullah saw. tidak menjawabnya sedikit pun, hingga
turunlah firman-Nya, "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya." (Q.S. Al
Kahfi, 110). Hanya saja predikat hadis di atas Mursal. Hadis di atas
diketengahkan pula oleh Imam Hakim di dalam kitab Al Mustadrak secara Maushul
melalui Thawus yang ia terima dari sahabat Ibnu Abbas r.a. Imam Hakim
menganggap hadis ini sahih dengan syarat Syaikhain. Ibnu Abu Hatim
mengetengahkan sebuah hadis melalui Mujahid yang menceritakan bahwa ada
seseorang dari kalangan kaum Muslimin ikut berperang di jalan Allah, lalu ia
menginginkan supaya dapat melihat kedudukan (pahala)nya. Maka Allah
menurunkan firman-Nya, "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan
Rabbnya..."(Q.S. Al Kahfi, 110). Abu Na'im dan Ibnu Asakir di dalam
kitab Tarikh mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur periwayatan As
Saddiyush Shaghir. yang ia terima dari Al Kalbiy yang ia terima dari Abu
Shaleh dari sahabat lbnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Jundub ibnu
Zuhair mengatakan, "Jika seseorang telah salat, telah puasa atau telah
bersedekah (maka ia pasti memperoleh pahala)". Maka orang-orang pun
menyebutnya dengan baik, dan hal ini menambah semangat Jundub di dalam
menjalankan hal-hal tersebut, karena sebutan baik itu membuatnya senang. Maka
turunlah firman-Nya mengenai peristiwa tersebut, yaitu, "Barang siapa
mengharap perjumpaan dengan Rabbnya ..."(Q.S. Al Kahfi, 110).
|
||
|
||
110. (Katakanlah, "Sesungguhnya aku ini hanyalah
seorang manusia) anak Adam (seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku, 'Bahwa
sesungguhnya Rabb kalian itu adalah Tuhan Yang Esa.') huruf Anna di sini
Maktufah atau dicegah untuk beramal oleh sebab adanya Ma, sedangkan huruf Ma
masih tetap status Mashdarnya. Maksudnya; yang diwahyukan kepadaku mengenai
keesaan Tuhan (Barang siapa mengharap) bercita-cita (perjumpaan dengan
Rabbnya) setelah dibangkitkan dan menerima pembalasan (maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan di dalam
beribadah kepada Rabbnya) yakni sewaktu ia beribadah kepada-Nya, seumpamanya
ia hanya ingin pamer (dengan seorang pun").
|
-
Terjemah dan Tafsir Jalalain ▼
- 1. Al Faatihah
- 2. Al Baqarah-1
- 2. Al Baqarah-2
- 2. Al Baqarah-3
- 2. Al Baqarah-4
- 3. Ali 'Imran-1
- 3. Ali 'Imran-2
- 4. An Nisaa'
- 5. Al Maaidah
- 6. Al An'aam
- 7. Al A'raaf
- 8. Al Anfaal
- 9. At Taubah
- 10. Yuunus
- 11. Huud
- 12. Yuusuf
- 13. Ar Ra'du
- 14. Ibraahiim
- 15. Al Hijr
- 16. An Nahl
- 17. Bani Israil/Al Israa'
- 18. Al Kahfi
- 19. Maryam
- 20. Thaahaa
- 21. Al Anbiyaa'
- 22. Al Hajj
- 23. Al Mukminun
- 24. An Nuur
- 25. Al Furqaan
- 26. Asy Syu'araa
- 27. An Naml
- 28. Al Qashash
- 29. Al 'Ankabuut
- 30. Ar Ruum
- 31. Luqmaan
- 32. As Sajadah
- 33. Al Ahzaab
- 34. Sabaa'
- 35. Fathir
- 36. Yaasiin
- 37. Ash Shaaffaat
- 38. Shad
- 39. Az Zumar
- 40. Al Mukmin
- 41. Fussilat
- 42. Assyuura
- 43. Az Zukhruf
- 44. Ad Dukhaan
- 45. Al Jaatziyah
- 46. Al Ahqaaf
- 47. Muhammad
- 48. Al Fath
- 49. Al Hujuraat
- 50. Qaf
- 51. Adh Dhariyaat
- 52. Ath Thuur
- 53. An Najm
- 54. Al Qamar
- 55. Ar Rahmaan
- 56. Al Waaqi'ah
- 57. Al Hadiid
- 58. Al Mujaadilah
- 59. Al Hassyr
- 60. Al Mumtahinah
- 61. Ash Shaffa
- 62. Al Jumu'ah
- 63. Al Munaafiquun
- 64. At Taghaabun
- 65. Ath Thalaaq
- 66. At Tahriim
- 67. Al Mulk
- 68. Al Qalam
- 69. Al Haaqqah
- 70. Al Ma'aarij
- 71. Nuuh
- 72. Al Jin
- 73. Al Muzammil
- 74. Al Mudatztzir
- 75. Al Qiyaamah
- 76. Al Insaan
- 77. Al Mursalaat
- 78. An Nabaa
- 79. An Naatzi'aat
- 80. 'Abasa
- 81. At Takwiir
- 82. Al Infithaar
- 83. Al Muthaffiin
- 84. Al Inssyiqaaq
- 85. Al Buruuj
- 86. Ath Thaariq
- 87. Al A'la
- 88. Al Ghaassyiyyah
- 89. Al Fajr
- 90. Al Balad
- 91. Assy Ssyamsi
- 92. Al Lail
- 93. Adh Dhuhaa
- 94. Syarh
- 95. At Tiin
- 96. Al 'Alaq
- 97. Al Qadr
- 98. Al Bayyinah
- 99. Al Zalzalah
- 100. Al 'Aadiyaat
- 101. Al Qaari'ah
- 102. At Takaatzur
- 103. Al 'Ashr
- 104. Al Humazah
- 105. Al Fiil
- 106. Quraisy
- 107. Al Maa'uun
- 108. Al Kautzar
- 109. Al Kaafiruun
- 110. An Nashr
- 111. Al Lahab
- 112. Al Ikhlash
- 113. Al Falaq
- 114. An Naas
- 5. Al Maaidah
- Al Qur'an Per Juz ▼
- 1. Al Fatihah
- 2. Al Baqarah
- 3. Ali Imran
- 4. An Nisaa'
- 5. Al Maaidah
- 6. Al An'aam
- 7. Al A'raaf
- 8. Al Anfaal
- 9. At Taubah
- 10. Yuunus
- 11. Huud
- 12. Yuusuf
- 13. Ar Ra'du
- 14. Ibraahiim
- 15. Al Hijr
- 16. An Nahl
- 17. Bani Israil/Al Israa'
- 18. Al Kahfi
- 19. Maryam
- 20. Thaahaa
- 21. Al Anbiyaa'
- 22. Al Hajj
- 23. Al Mukminun
- 24. An Nuur
- 25. Al Furqaan
- 26. Asy Syu'araa
- 27. An Naml
- 28. Al Qashash
- 29. Al 'Ankabuut
- 30. Ar Ruum
- 31. Luqmaan
- 32. As Sajadah
- 33. Al Ahzaab
- 34. Sabaa'
- 35. Fathir
- 36. Yaasiin
- 37. Ash Shaaffaat
- 38. Shad
- 39. Az Zumar
- 40. Al Mukmin
- 41. Fussilat
- 42. Assyuura
- 43. Az Zukhruf
- 44. Ad Dukhaan
- 45. Al Jaatziyah
- 46. Al Ahqaaf
- 47. Muhammad
- 48. Al Fath
- 49. Al Hujuraat
- 50. Qaf
- 51. Adh Dhariyaat
- 52. Ath Thuur
- 53. An Najm
- 54. Al Qamar
- 55. Ar Rahmaan
- 56. Al Waaqi'ah
- 57. Al Hadiid
- 58. Al Mujaadilah
- 59. Al Hassyr
- 60. Al Mumtahinah
- 61. Ash Shaffa
- 62. Al Jumu'ah
- 63. Al Munaafiquun
- 64. At Taghaabun
- 65. Ath Thalaaq
- 66. At Tahriim
- 67. Al Mulk
- 68. Al Qalam
- 69. Al Haaqqah
- 70. Al Ma'aarij
- 71. Nuuh
- 72. Al Jin
- 73. Al Muzammil
- 74. Al Mudatztzir
- 75. Al Qiyaamah
- 76. Al Insaan
- 77. Al Mursalaat
- 78. An Nabaa
- 79. An Naatzi'aat
- 80. 'Abasa
- 81. At Takwiir
- 82. Al Infithaar
- 83. Al Muthaffiin
- 84. Al Inssyiqaaq
- 85. Al Buruuj
- 86. Ath Thaariq
- 87. Al A'la
- 88. Al Ghaassyiyyah
- 89. Al Fajr
- 90. Al Balad
- 91. Asy Syamsi
- 92. Al Lail
- 93. Adh Dhuhaa
- 94. Syarh
- 95. At Tiin
- 96. Al 'Alaq
- 97. Al Qadr
- 98. Al Bayyinah
- 99. Al Zalzalah
- 100. Al 'Aadiyaat
- 101. Al Qaari'ah
- 102. At Takaatzur
- 103. Al 'Ashr
- 104. Al Humazah
- 105. Al Fiil
- 106. Quraisy
- 107. Al Maa'uun
- 108. Al Kautzar
- 109. Al Kaafiruun
- 110. An Nashr
- 111. Al Lahab
- 112. Al Ikhlash
- 113. Al Falaq
- 114. An Naas
- 6. Al An'aam
Senin, 29 April 2013
Surah 18 - Al Kahfi (1 - 110)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar