Senin, 29 April 2013

Surah 72 - Al Jin (1 - 28)

Surah JIN

سُوۡرَةُ الجنّ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Katakanlah [hai Muhammad]: "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan [Al Qur’an], lalu mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan, (1) 

قُلۡ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ ٱسۡتَمَعَ نَفَرٌ۬ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَقَالُوٓاْ إِنَّا سَمِعۡنَا قُرۡءَانًا عَجَبً۬ا (١)

001. (Katakanlah) hai Muhammad! ("Telah diwahyukan kepadaku) maksudnya aku telah diberitahu oleh Allah melalui wahyu-Nya (bahwasanya) dhamir yang terdapat pada lafal annahu ini adalah dhamir sya'n (telah mendengarkan) bacaan Alquranku (sekumpulan jin.") yakni jin dari Nashibin; demikian itu terjadi sewaktu Nabi saw. sedang melakukan salat Subuh di lembah Nakhlah, yang terletak di tengah-tengah antara Mekah dan Thaif. Jin itulah yang disebutkan di dalam firman-Nya, "Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu." (Q.S. Al-Ahqaf 29) (lalu mereka berkata) kepada kaum mereka setelah mereka kembali kepada kaumnya: ("Sesungguhnya kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan) artinya mereka takjub akan kefasihan bahasanya dan kepadatan makna-makna yang dikandungnya, serta hal-hal lainnya.

[yang] memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Tuhan kami, (2) 

يَہۡدِىٓ إِلَى ٱلرُّشۡدِ فَـَٔامَنَّا بِهِۦ‌ۖ وَلَن نُّشۡرِكَ بِرَبِّنَآ أَحَدً۬ا (٢) 

002. (Yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar) yaitu kepada keimanan dan kebenaran (lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan) sesudah hari ini (seorang pun dengan Rabb kami.)

dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak [pula] beranak. (3) 

وَأَنَّهُ ۥ تَعَـٰلَىٰ جَدُّ رَبِّنَا مَا ٱتَّخَذَ صَـٰحِبَةً۬ وَلَا وَلَدً۬ا (٣) 

003. (Dan bahwasanya) dhamir yang terdapat pada ayat ini adalah dhamir sya'n, demikian pula pada dua tempat lain sesudahnya (Maha Tinggi Kebesaran Rabb kami) Maha Suci kebesaran dan keagungan-Nya dari apa-apa yang dinisbatkan kepada-Nya (Dia tidak beristri) tidak mempunyai istri (dan tidak pula beranak.)

Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami dahulu selalu mengatakan [perkataan] yang melampaui batas terhadap Allah [1523], (4) 

وَأَنَّهُ ۥ كَانَ يَقُولُ سَفِيہُنَا عَلَى ٱللَّهِ شَطَطً۬ا (٤)

[1523] Yang dimaksud dengan perkataan yang melampaui batas, ialah mengatakan bahwa Allah mempunyai isteri dan anak.

004. (Dan bahwasanya orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan) maksudnya orang yang bodoh di antara kami (perkataan yang melampaui batas terhadap Allah) dusta yang berlebihan, yaitu dengan menyifati Allah punya istri dan anak.

dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah. (5) 

وَأَنَّا ظَنَنَّآ أَن لَّن تَقُولَ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبً۬ا (٥) 


005. (Dan sesungguhnya kami mengira, bahwa) huruf an di sini adalah bentuk takhfif dari anna, yakni annahu (manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah) yakni menyifati-Nya dengan hal-hal tersebut hingga kami dapat buktikan kedustaan mereka dalam hal itu. Allah berfirman:

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan [1524] kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (6) 

وَأَنَّهُ ۥ كَانَ رِجَالٌ۬ مِّنَ ٱلۡإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ۬ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَزَادُوهُمۡ رَهَقً۬ا (٦)

[1524] Ada di antara orang-orang Arab bila mereka melintasi tempat yang sunyi, maka mereka minta perlindungan kepada jin yang mereka anggap kuasa di tempat itu.

SEBAB TURUNNYA AYAT: Imam Ibnu Munzir, Imam Ibnu Abu Hatim dan Abu Syekh di dalam kitabnya Al-'Azhamah mengetengahkan sebuah hadis melalui Kardam bin Saib Al-Anshari. Kardam bin Saib menceritakan, aku berangkat bersama dengan ayahku menuju ke Madinah untuk suatu keperluan. Hal ini terjadi sewaktu kami baru mendengar adanya Rasulullah saw. di kota Madinah. Di tengah jalan kami kemalaman, lalu kami terpaksa menginap di kemah seorang penggembala kambing. Ketika malam hari sampai pada pertengahannya, datanglah seekor serigala, lalu ia mencuri seekor kambing. Hal itu diketahui oleh si penggembala, lalu penggembala melompat seraya mengucapkan, "Hai penunggu lembah ini! Tolonglah tetanggamu ini." Kemudian tiba-tiba terdengarlah ada suara yang tidak tampak orangnya, seraya mengatakan, "Hai Sarhan (penggembala)!" Tiba-tiba kambing yang dicuri serigala tadi dikembalikan kepadanya dalam keadaan terikat, lalu kambing bandot itu dikumpulkan bersama dengan kambing-kambing lainnya. Allah menurunkan ayat ini kepada Rasul-Nya di Mekah, yaitu firman-Nya, "Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin..." (Q.S. Al-Jin 6) Ibnu Saad mengetengahkan sebuah hadis melalui Abu Raja' dari kalangan Bani Tamim yang menceritakan, bahwa sesungguhnya aku menjadi penggembala kambing-kambing milik keluargaku dan aku menanggung beban pekerjaan mereka semuanya. Ketika Nabi saw. telah diutus, kami keluar dari kalangan keluarga kami melarikan diri. Sewaktu kami sampai di suatu padang, sebagaimana biasanya yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin kami, yaitu apabila kami kemalaman, maka pemimpin (syekh) kami mengatakan, "Sesungguhnya kami berlindung kepada penunggu lembah ini dari gangguan jin pada malam ini." Maka kami pun mengatakan hal yang serupa. Lalu ada suara yang ditujukan kepada kami seraya mengatakan, "Sesungguhnya jalan keluar bagi laki-laki ini ialah mengucapkan kesaksian, yaitu bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah. Kesaksian itu siapa pun yang mengucapkannya, niscaya darah dan harta bendanya selamat." Lalu kami kembali, dan langsung masuk Islam. Abu Raja' mengatakan, sesungguhnya aku berpendapat bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa yang dialami oleh aku dan teman-temanku, yaitu firman-Nya, "Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambahkan bagi mereka dosa dan kesalahan..." (Q.S. Al-Jin 6 dan seterusnya) Kharaithi di dalam kitabnya yang berjudul Hawatiful Jan (bisikan-bisikan jin) mengetengahkan sebuah hadis yang teksnya berbunyi sebagai berikut, "Telah bercerita kepada kami Abdullah bin Muhammad Al-Balawi, menceritakan kepada kami Ammarah bin Zaid; telah bercerita kepadaku Abdullah bin Ala'; telah bercerita kepada kami Muhammad bin Akbar. Semuanya menceritakan hadis ini melalui Sa'id bin Jubair, bahwasanya ada seorang lelaki dari kalangan Bani Tamim yang dikenal dengan nama Rafi' bin Umair, ia menceritakan tentang keadaannya sewaktu baru masuk Islam. Untuk itu ia menceritakan, sesungguhnya pada suatu hari aku sedang mengadakan perjalanan, dan sewaktu sampai di Ramal Alij telah malam, perasaan kantuk yang sangat menguasai diriku lalu segera aku turun dari unta kendaraanku, kemudian untaku itu kutambatkan dengan kuat. Aku tidur, dan sebelum tidur terlebih dahulu aku meminta perlindungan; untuk itu aku mengatakan, 'Aku berlindung kepada penunggu lembah ini dari gangguan jin.' Di dalam tidurku aku bermimpi melihat seorang laki-laki yang membawa sebilah tombak kecil di tangannya, ia bermaksud untuk menusukkannya ke leher untaku. Aku terbangun karena terkejut, dan aku melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi ternyata aku tidak melihat sesuatu pun yang mencurigakan. Aku berkata kepada diriku sendiri, ini adalah mimpi buruk. Kemudian aku kembali meneruskan tidurku, dan ternyata aku kembali melihat laki-laki itu berbuat hal yang sama, maka aku terbangun karena terkejut. Aku lihat untaku gelisah dan sewaktu aku menengoknya ternyata ada seorang laki-laki muda seperti yang aku lihat di dalam mimpiku seraya membawa tombak kecil di tangannya, dan aku lihat pula ada seorang syekh (orang tua) yang sedang memegang tangan laki-laki itu seraya melarangnya supaya untaku itu jangan dibunuh. Ketika keduanya sedang saling bertengkar, tiba-tiba muncullah tiga ekor sapi jantan liar. Lalu orang (jin) yang tua itu berkata kepada jin yang muda, 'Sekarang pergilah kamu, dan ambillah mana saja yang kamu sukai dari banteng-banteng liar itu, sebagai tebusan dan pengganti dari unta milik manusia yang aku lindungi ini.' Lalu jin muda itu mengambil seekor sapi jantan (banteng) liar dan langsung pergi dari situ, selanjutnya aku menoleh kepada jin tua itu, dan ia berkata kepadaku, 'Hai kamu! Apabila kamu beristirahat pada salah satu lembah, kamu merasa takut akan keseramannya, maka katakanlah, 'Aku berlindung kepada Rabb Muhammad dari keseraman lembah ini.' Jangan kamu meminta perlindungan kepada jin siapa pun, karena sesungguhnya hal itu adalah perkara yang batil. Aku bertanya, 'Siapakah Muhammad itu?' Ia menjawab, 'Dia adalah nabi berkebangsaan Arab; dia bukan dari timur dan bukan pula dari barat, dan dia diutus pada hari Senin.' Aku bertanya lagi, 'Maka di manakah tempat tinggalnya?' Ia menjawab, 'Di kota Yatsrib yang banyak pohon kurmanya.' Maka segera aku menaiki kendaraan untaku ketika waktu subuh telah lewat (matahari terbit) dan aku pacu untaku hingga masuk ke dalam kota Madinah. Sesampainya aku di Madinah Rasulullah saw. melihatku dan beliau langsung menceritakan tentang perihal diriku dan apa yang telah terjadi denganku sebelum aku menceritakan sepatah kata pun tentangnya. Dia mengajak aku untuk masuk Islam, maka aku pun masuk Islam." Said bin Jubair mengatakan, "Kami telah memastikan, bahwa berkenaan dengan dialah Allah menurunkan firman berikut ini, 'Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.'" (Q.S. Al-Jin 6) Khara'ithi mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Muqatil, sehubungan dengan ayat ini, yaitu firman-Nya, "Dan bahwasanya, jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang banyak." (Q.S. Al-Jin 16) Muqatil menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang kafir Quraisy, yaitu sewaktu mereka tidak mendapatkan hujan selama tujuh tahun.

006. (Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan) memohon perlindungan (kepada beberapa laki-laki di antara jin) di dalam perjalanan mereka sewaktu mereka beristirahat di tempat yang menyeramkan, lalu masing-masing orang mengatakan, aku berlindung kepada penunggu tempat ini dari gangguan penunggu lainnya yang jahat (maka jin-jin itu menambah bagi mereka) dengan permintaan perlindungannya kepada jin-jin itu (dosa dan kesalahan) karena mereka mengatakan, bahwa kami telah dilindungi oleh jin anu dan orang anu.

Dan sesungguhnya mereka [jin] menyangka sebagaimana persangkaan kamu [orang-orang kafir Mekah], bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang [rasul]pun, (7) 

وَأَنَّہُمۡ ظَنُّواْ كَمَا ظَنَنتُمۡ أَن لَّن يَبۡعَثَ ٱللَّهُ أَحَدً۬ا (٧) 

007. (Dan sesungguhnya mereka) yakni jin-jin itu (menyangka sebagaimana sangkaan kalian) hai manusia (bahwa) bentuk takhfif dari anna, asalnya annahu (Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang pun.") sesudah matinya.

dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui [rahasia] langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, (8) 

 وَأَنَّا لَمَسۡنَا ٱلسَّمَآءَ فَوَجَدۡنَـٰهَا مُلِئَتۡ حَرَسً۬ا شَدِيدً۬ا وَشُہُبً۬ا (٨) 

008. Jin mengatakan: ("Dan sesungguhnya kami telah mencoba menyentuh langit) maksudnya kami telah bermaksud untuk mencuri pendengaran di langit (maka kami menjumpainya penuh dengan penjaga) para malaikat (yang kuat dan panah-panah api) yakni bintang-bintang yang membakar; hal ini terjadi setelah Nabi saw. diutus menjadi rasul.

dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan [berita-beritanya]. Tetapi sekarang [1525] barangsiapa yang [mencoba] mendengar-dengarkan [seperti itu] tentu akan menjumpai panah api yang mengintai [untuk membakarnya]. (9) 

وَأَنَّا كُنَّا نَقۡعُدُ مِنۡہَا مَقَـٰعِدَ لِلسَّمۡعِ‌ۖ فَمَن يَسۡتَمِعِ ٱلۡأَنَ يَجِدۡ لَهُ ۥ شِہَابً۬ا رَّصَدً۬ا (٩) 

[1525] Yang dimaksud dengan "sekarang", ialah waktu sesudah Nabi Muhammad SAW diutus menjadi rasul.

009. (Dan sesungguhnya kami dahulu) sebelum Nabi saw. diutus (dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan) berita-beritanya dan untuk mencurinya. (Tetapi sekarang barang siapa yang mencoba mendengar-dengarkan, seperti itu, tentu akan menjumpai panah api yang mengintai) panah-panah api yang terdiri dari meteor-meteor itu telah mengintainya dalam keadaan siap untuk memburunya.

Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui [dengan adanya penjagaan itu] apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka. (10) 

وَأَنَّا لَا نَدۡرِىٓ أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَن فِى ٱلۡأَرۡضِ أَمۡ أَرَادَ بِہِمۡ رَبُّہُمۡ رَشَدً۬ا (١٠) 

010. (Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki) sesudah terjaganya langit dari pencurian pendengaran (bagi orang yang di bumi ataukah Rabb mereka menghendaki kebaikan bagi mereka) lafal rasyadan artinya khairan, yaitu kebaikan.

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada [pula] yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (11) 

وَأَنَّا مِنَّا ٱلصَّـٰلِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَٲلِكَ‌ۖ كُنَّا طَرَآٮِٕقَ قِدَدً۬ا (١١) 

011. (Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh) sesudah mendengarkan Alquran ini (dan di antara kami ada pula yang tidak demikian halnya) ada kaum yang tidak saleh. (Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda) terdiri dari golongan yang berbeda-beda; ada yang muslim dan ada pula yang kafir.

Dan sesungguhnya kami mengetahui, bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri [dari kekuasaan] Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak [pula] dapat melepaskan diri [daripada] Nya dengan lari. (12) 

وَأَنَّا ظَنَنَّآ أَن لَّن نُّعۡجِزَ ٱللَّهَ فِى ٱلۡأَرۡضِ وَلَن نُّعۡجِزَهُ ۥ هَرَبً۬ا (١٢) 

012. (Dan sesungguhnya kami yakin, bahwa) huruf an ini adalah bentuk takhfif dari anna, asalnya annahu (kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri, dari kekuasaan, Allah di muka bumi, dan sekali-kali tidak pula dapat melepaskan diri daripada-Nya dengan lari) maksudnya, kami tidak akan dapat menyelamatkan diri daripada-Nya, apakah kami berada di bumi atau kami lari dari bumi menuju ke langit.

Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk [Al Qur’an], kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak [takut pula] akan penambahan dosa dan kesalahan. (13) 

وَأَنَّا لَمَّا سَمِعۡنَا ٱلۡهُدَىٰٓ ءَامَنَّا بِهِۦ‌ۖ فَمَن يُؤۡمِنۢ بِرَبِّهِۦ فَلَا يَخَافُ بَخۡسً۬ا وَلَا رَهَقً۬ا (١٣) 

013. (Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk) yakni Alquran (kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Rabbnya, maka ia tidak usah takut) sesudah lafal yakhaafu diperkirakan adanya lafal huwa (akan kekurangan) pengurangan pahala kebaikannya (dan tidak pula takut akan dizalimi) diperlakukan secara zalim, yaitu dengan penambahan kesalahan dan dosanya.

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang ta’at dan ada [pula] orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang ta’at, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. (14) 

وَأَنَّا مِنَّا ٱلۡمُسۡلِمُونَ وَمِنَّا ٱلۡقَـٰسِطُونَ‌ۖ فَمَنۡ أَسۡلَمَ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ تَحَرَّوۡاْ رَشَدً۬ا (١٤)

014. (Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada pula orang-orang yang menyimpang dari kebenaran) yakni melewati batas disebabkan kekafiran mereka. (Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan petunjuk) atau menuju ke jalan hidayah.

Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api neraka Jahannam". (15) 

 وَأَمَّا ٱلۡقَـٰسِطُونَ فَكَانُواْ لِجَهَنَّمَ حَطَبً۬ا (١٥) 

015. (Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahanam.") atau sebagai bahan bakarnya. Dhamir anna dan annahum serta annahu yang terdapat pada dua belas tempat kembali kepada jin. Dan firman-Nya, "Wa innaa minnal muslimuuna wa minnal qaasithuuna," dibaca kasrah huruf hamzahnya, yaitu innaa berarti merupakan jumlah isti'naf atau kalimat baru. Jika dibaca fathah yaitu menjadi anna berarti kedudukannya disamakan dengan kalimat-kalimat sebelumnya.

Dan bahwasanya: jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu [agama Islam], benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar [rezki yang banyak]. (16) 

وَأَلَّوِ ٱسۡتَقَـٰمُواْ عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسۡقَيۡنَـٰهُم مَّآءً غَدَقً۬ا (١٦) 

016. Allah swt. berfirman mengenai orang-orang kafir Mekah: (Dan bahwasanya) mereka; adalah bentuk takhfif dari anna, sedangkan isimnya tidak disebutkan, yakni annahum, artinya, bahwasanya mereka; diathafkan kepada lafal annahus tama`a (jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu) yaitu agama Islam (benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang banyak) dari langit. Demikian itu setelah hujan dihentikan dari mereka selama tujuh tahun.

Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat. (17) 

لِّنَفۡتِنَهُمۡ فِيهِ‌ۚ وَمَن يُعۡرِضۡ عَن ذِكۡرِ رَبِّهِۦ يَسۡلُكۡهُ عَذَابً۬ا صَعَدً۬ا (١٧) 

017. (Untuk Kami beri cobaan kepada mereka) untuk Kami uji mereka (dengan melaluinya) hingga Kami mengetahui bagaimana kesyukuran mereka, dengan pengetahuan yang nyata. (Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Rabbnya) yakni Alquran (niscaya Kami akan memasukkannya) (ke dalam azab yang amat berat.)

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping [menyembah] Allah. (18) 

وَأَنَّ ٱلۡمَسَـٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدۡعُواْ مَعَ ٱللَّهِ أَحَدً۬ا (١٨) 

018. (Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu) atau tempat-tempat salat itu (adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kalian menyembah) di dalamnya (seseorang pun di samping Allah) seumpamanya kalian berbuat kemusyrikan di dalamnya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani, yaitu apabila mereka memasuki gereja dan sinagog mereka, maka mereka menyekutukan-Nya.

Dan bahwasanya tatkala hamba Allah [Muhammad] berdiri menyembah-Nya [mengerjakan ibadat], hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya. (19) 

وَأَنَّهُ ۥ لَمَّا قَامَ عَبۡدُ ٱللَّهِ يَدۡعُوهُ كَادُواْ يَكُونُونَ عَلَيۡهِ لِبَدً۬ا (١٩) 

019. (Dan bahwasanya) dapat dibaca annahu dan innahu; juga merupakan kalimat baru, sedangkan dhamir yang ada ialah dhamir sya'n (tatkala hamba Allah berdiri) yakni Nabi Muhammad saw. (menyembah-Nya) beribadah kepada-Nya di lembah Nakhl (hampir saja mereka) yakni jin-jin yang mendengarkan bacaan Alquran itu (desak-mendesak mengerumuninya) yaitu sebagian di antara mereka menindih sebagian yang lain berjejal-jejal karena keinginan mereka yang sangat untuk mendengarkan bacaan Alquran. Lafal libadan dapat pula dibaca lubadan; dan merupakan bentuk jamak dari lubdatun.

Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya". (20) 

قُلۡ إِنَّمَآ أَدۡعُواْ رَبِّى وَلَآ أُشۡرِكُ بِهِۦۤ أَحَدً۬ا (٢٠) 

020. (Berkatalah dia) Nabi Muhammad berkata sebagai jawabannya terhadap orang-orang kafir yang mengatakan kepadanya, kembalilah kamu dari apa yang kamu lakukan sekarang ini. Akan tetapi menurut qiraat yang lain lafal qaala dibaca qul, artinya katakanlah: ("Sesungguhnya aku hanya menyembah Rabbku) sebagai Tuhanku (dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.")

Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak [pula] sesuatu kemanfa’atan". (21) 

قُلۡ إِنِّى لَآ أَمۡلِكُ لَكُمۡ ضَرًّ۬ا وَلَا رَشَدً۬ا (٢١) 

021. (Katakanlah, "Sesungguhnya aku tidak kuasa untuk mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepada kalian) atau keburukan (dan tidak pula sesuatu kemanfaatan.") Atau kebaikan.

Katakanlah: "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari [azab] Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya". (22)

قُلۡ إِنِّى لَن يُجِيرَنِى مِنَ ٱللَّهِ أَحَدٌ۬ وَلَنۡ أَجِدَ مِن دُونِهِۦ مُلۡتَحَدًا (٢٢) 

SEBAB TURUNNYA AYAT: Imam Ibnu Jarir mengetengahkan hadis lain melalui Hadhrami yang menceritakan, ia telah mendengar, bahwa seorang jin dari kalangan pemimpin-pemimpin jin yang mempunyai banyak pengikutnya mengatakan, "Sesungguhnya Muhammad ini menginginkan supaya Allah melindunginya, padahal aku dapat memberikan perlindungan kepadanya." Maka Allah segera menurunkan firman-Nya, "Katakanlah, 'Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah...'" (Q.S. Al-Jin 22)

022. (Katakanlah, "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada yang dapat melindungiku dari Allah) dari azab-Nya jika aku mendurhakai-Nya (seseorang pun, dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh selain dari-Nya) atau selain-Nya (tempat untuk berlindung) maksudnya, tempat aku berlindung.

Akan tetapi [aku hanya] menyampaikan [peringatan] dari Allah dan risalah-Nya. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. (23) 

إِلَّا بَلَـٰغً۬ا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِسَـٰلَـٰتِهِۦ‌ۚ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ فَإِنَّ لَهُ ۥ نَارَ جَهَنَّمَ خَـٰلِدِينَ فِيہَآ أَبَدًا (٢٣) 

023. (Akan tetapi, aku hanya, menyampaikan peringatan) makna yang dikandung dalam lafal ini merupakan pengecualian atau istitsna dari maf'ul atau objek yang terdapat di dalam lafal amliku. Yakni aku tiada memiliki bagi kalian selain hanya menyampaikan peringatan (dari Allah) yang aku terima dari-Nya (dan risalah-Nya) lafal ini diathafkan kepada lafal balaaghan dan lafal-lafal yang terdapat di antara mustatsna minhu dan istitsna merupakan jumlah mu`taridhah atau kalimat sisipan yang berfungsi untuk mengukuhkan makna tiada memiliki. (Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya) dalam hal ketauhidan, lalu ia tidak beriman (maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam, mereka kekal) lafal khaalidiina adalah hal atau kata keterangan keadaan dari dhamir man. Sehubungan dengan lafal lahuu dhamir yang ada padanya adalah untuk menyesuaikan maknanya dengan lafal man. Lafal khaalidiina ini merupakan hal dari lafal yang tidak disebutkan, lengkapnya mereka memasukinya dalam keadaan pasti kekal (di dalamnya untuk selama-lamanya.)

Sehingga apabila mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka, maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit bilangannya. (24) 

حَتَّىٰٓ إِذَا رَأَوۡاْ مَا يُوعَدُونَ فَسَيَعۡلَمُونَ مَنۡ أَضۡعَفُ نَاصِرً۬ا وَأَقَلُّ عَدَدً۬ا (٢٤) 

024. (Sehingga apabila mereka melihat) lafal hattaa di sini mengandung makna ibtidaiyah atau permulaan, dan sekaligus mengandung makna ghayah atau tujuan terakhir dari lafal yang diperkirakan sebelumnya; lengkapnya, mereka masih tetap berada di dalam kekafirannya sehingga mereka melihat (apa yang diancamkan kepada mereka) yaitu azab (maka mereka akan mengetahui) manakala azab itu datang menimpa mereka, yaitu dalam perang Badar atau pada hari kiamat nanti (siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit bilangannya.") maksudnya pembantu-pembantunya, apakah mereka ataukah orang-orang mukmin; penafsiran ini menurut pendapat yang pertama, yaitu dalam perang Badar. Aku ataukah mereka; penafsiran ini berdasarkan pendapat yang kedua, yaitu pada hari kiamat nanti. Sebagian di antara mereka, atau di antara orang-orang kafir itu ada yang bertanya, kapankah datangnya ancaman yang dijanjikan itu? Kemudian turunlah firman selanjutnya, yaitu:

Katakanlah: "Aku tidak mengetahui, apakah azab yang diancamkan kepadamu itu dekat ataukah Tuhanku menjadikan bagi [kedatangan] azab itu, masa yang panjang?". (25) 

قُلۡ إِنۡ أَدۡرِىٓ أَقَرِيبٌ۬ مَّا تُوعَدُونَ أَمۡ يَجۡعَلُ لَهُ ۥ رَبِّىٓ أَمَدًا (٢٥) 

025. (Katakanlah, "Tiadalah) tidaklah (aku mengetahui apa yang diancamkan kepada kalian itu dekat) artinya, apakah azab itu dekat (ataukah Rabbku menjadikan bagi kedatangannya masa yang panjang?) Yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali hanya Dia.

[Dia adalah Tuhan] Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. (26) 

عَـٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ فَلَا يُظۡهِرُ عَلَىٰ غَيۡبِهِۦۤ أَحَدًا (٢٦) 

026. (Dia adalah Tuhan Yang Mengetahui yang gaib) mengetahui semua hal yang gaib di mata hamba-hamba-Nya (maka Dia tidak memperlihatkan) tidak menampakkan (kepada seorang pun tentang yang gaib itu) di antara manusia ini.

Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga [malaikat] di muka dan di belakangnya. (27) 

إِلَّا مَنِ ٱرۡتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ۬ فَإِنَّهُ ۥ يَسۡلُكُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ رَصَدً۬ا (٢٧) 

027. (Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia) di samping Dia memperhatikan hal yang gaib kepada Rasul-Nya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya sebagai mukjizat bagi rasul itu (mengadakan) menjadikan dan memberlakukan (di muka) rasul itu (dan di belakangnya penjaga-penjaga) yang terdiri dari malaikat-malaikat untuk menjaganya, hingga rasul itu dapat menyampaikan hal tersebut, di antara sejumlah wahyu-wahyu-Nya kepada manusia.

Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang [sebenarnya] ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. (28)

لِّيَعۡلَمَ أَن قَدۡ أَبۡلَغُواْ رِسَـٰلَـٰتِ رَبِّہِمۡ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيۡہِمۡ وَأَحۡصَىٰ كُلَّ شَىۡءٍ عَدَدَۢا (٢٨)

028. (Supaya Dia mengetahui) yakni supaya Allah menampakkan (bahwa) adalah bentuk takhfif dari anna. (sesungguhnya mereka itu telah menyampaikan) yakni rasul-rasul itu (risalah-risalah Rabbnya) di sini dipakai dhamir hum karena memandang segi makna yang terkandung di dalam lafal man (sedangkan, sebenarnya, ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka) diathafkan kepada lafal yang tidak disebutkan, lengkapnya ilmu mengenai hal tersebut telah diliputi oleh ilmu-Nya (dan Dia menghitung segala sesuatu satu per satu.") lafal `adadan adalah tamyiz yang mengganti kedudukan maf`ulnya, asalnya ialah "ahshaa `adada kulli syai'in," yakni Dia telah menghitung bilangan segala sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar