Sabtu, 27 April 2013

Surah 96 - Al 'Alaq (1 - 19)


Surah SEGUMPAL DARAH

سُوۡرَةُ العَلق

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu Yang menciptakan, (1) 

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ (١) 

001. (Bacalah) maksudnya mulailah membaca dan memulainya (dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan) semua makhluk.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (2) 

خَلَقَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مِنۡ عَلَقٍ (٢) 

002. (Dia telah menciptakan manusia) atau jenis manusia (dari 'alaq) lafal 'Alaq bentuk jamak dari lafal 'Alaqah, artinya segumpal darah yang kental.

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, (3) 

ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ (٣) 

003. (Bacalah) lafal ayat ini mengukuhkan makna lafal pertama yang sama (dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah) artinya tiada seorang pun yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafal ayat ini sebagai Haal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Iqra'.

Yang mengajar [manusia] dengan perantaraan kalam [1590]. (4) 

ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ (٤) 

[1590] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

004. (Yang mengajar) manusia menulis (dengan qalam) orang pertama yang menulis dengan memakai qalam atau pena ialah Nabi Idris a.s.

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (5) 

عَلَّمَ ٱلۡإِنسَـٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ (٥) 

005. (Dia mengajarkan kepada manusia) atau jenis manusia (apa yang tidak diketahuinya) yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya hidayah, menulis dan berkreasi serta hal-hal lainnya.

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, (6) 

كَلَّآ إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَيَطۡغَىٰٓ (٦) 

006. (Ketahuilah) artinya memang benar (sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas)

karena dia melihat dirinya serba cukup. (7) 

أَن رَّءَاهُ ٱسۡتَغۡنَىٰٓ (٧) 

007. (karena dia melihat dirinya) sendiri (serba cukup) dengan harta benda yang dimilikinya; ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap Abu Jahal. Dan lafal Ra-aa tidak membutuhkan Maf'ul kedua; dan lafal An Ra-aahu berkedudukan sebagai Maf'ul Lah.

Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali [mu]. (8)

إِنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلرُّجۡعَىٰٓ (٨) 

008. (Sesungguhnya hanya kepada Rabbmulah) hai Manusia (tempat kembali) yakni kembali kalian nanti, karena itu Dia kelak akan memberi balasan kepada orang yang melampaui batas sesuai dengan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Di dalam ungkapan ini terkandung ancaman dan peringatan buat orang yang berlaku melampaui batas.

Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, (9) 

أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِى يَنۡهَىٰ (٩) 

009. (Bagaimana pendapatmu) lafal Ara-ayta dan dua lafal lainnya yang sama nanti mengandung makna Ta'ajjub (tentang orang yang melarang) yang dimaksud adalah Abu Jahal.

seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat [1591], (10) 

عَبۡدًا إِذَا صَلَّىٰٓ (١٠) 

[1591] Yang dimaksud dengan orang yang hendak melarang itu ialah Abu Jahal, yang dilarang itu ialah Rasulullah sendiri. Akan tetapi usaha ini tidak berhasil karena Abu Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya. Setelah Rasulullah selesai shalat disampaikan orang berita itu kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah mengatakan: "Kalau jadilah Abu Jahal berbuat demikian pasti dia akan dibinasakan oleh Malaikat".

010. (Seorang hamba) yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw. (ketika dia mengerjakan salat.)

bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang [yaitu Rasulullah s.a.w.] itu berada di atas kebenaran, (11) 

أَرَءَيۡتَ إِن كَانَ عَلَى ٱلۡهُدَىٰٓ (١١) 

011. (Bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang itu) (berada di atas kebenaran)

atau dia menyuruh bertakwa [kepada Allah]? (12) 

أَوۡ أَمَرَ بِٱلتَّقۡوَىٰٓ (١٢) 

012. (Atau) huruf Au di sini menunjukkan makna Taqsim (dia menyuruh bertakwa.)

Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling? (13) 

أَرَءَيۡتَ إِن كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰٓ (١٣) 

013. (Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakannya) yakni mendustakan Nabi saw. (dan berpaling) dari iman?

Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? (14) 

أَلَمۡ يَعۡلَم بِأَنَّ ٱللَّهَ يَرَىٰ (١٤) 

014. (Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat) apa yang dilakukannya itu; artinya Dia mengetahuinya, karena itu Dia kelak akan memberi balasan kepadanya dengan balasan yang setimpal. Maka sudah sepatutnya kamu hai orang yang diajak berbicara untuk merasa heran terhadap orang yang melarang itu, karena ia melarang Nabi melakukan salat, padahal orang yang dilarangnya itu berada dalam jalan hidayah dan memerintahkan untuk bertakwa. Yang amat mengherankan lagi ialah bahwa yang melarangnya itu mendustakannya dan berpaling dari iman.

Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti [berbuat demikian] niscaya Kami tarik ubun-ubunnya [1592], (15 )

كَلَّا لَٮِٕن لَّمۡ يَنتَهِ لَنَسۡفَعَۢا بِٱلنَّاصِيَةِ (١٥) 

[1592] Maksudnya: memasukkannya ke dalam neraka dengan menarik kepalanya.

015. (Sekali-kali tidaklah demikian) kalimat ini mengandung makna hardikan dan cegahan baginya (sungguh jika) huruf Lam di sini menunjukkan makna qasam atau sumpah (dia tidak berhenti) dari kekafiran yang dilakukannya itu (niscaya Kami akan tarik ubun-ubunnya) atau Kami akan seret dia masuk neraka dengan cara ditarik ubun-ubunnya.

[yaitu] ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. (16) 

نَاصِيَةٍ۬ كَـٰذِبَةٍ خَاطِئَةٍ۬ (١٦) 

016. (Yaitu ubun-ubun) lafal Naashiyatan adalah isim Nakirah yang berkedudukan menjadi Badal dari isim Ma'rifat yaitu lafal An-Naashiyah pada ayat sebelumnya (orang yang mendustakan lagi durhaka) makna yang dimaksud adalah pelakunya; dia disifati demikian secara Majaz.

Maka biarlah dia memanggil golongannya [untuk menolongnya], (17) 

فَلۡيَدۡعُ نَادِيَهُ ۥ (١٧)

017. (Maka biarlah dia memanggil golongannya) yakni teman-teman senadinya; Nadi adalah sebuah majelis tempat mereka memusyawarahkan sesuatu perkara. Sesungguhnya orang yang melarang itu mengatakan kepada Nabi saw. sewaktu dia mencegahnya dari melakukan salat, "Sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa tiada seseorang pun di Mekah ini yang lebih banyak teman senadinya daripada aku. Sesungguhnya jika kamu mau meninggalkan salat, aku benar-benar akan memberikan kepadamu, kuda-kuda yang tak berpelana dan laki-laki pelayan sepenuh lembah ini."

kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah [1593] , (18) 

سَنَدۡعُ ٱلزَّبَانِيَةَ (١٨) 

[1593] Malaikat Zabaniyah ialah malaikat yang menyiksa orang-orang yang berdosa di dalam neraka.

018. (Kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah) mereka adalah malaikat-malaikat yang terkenal sangat bengis lagi kejam, untuk membinasakannya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam salah satu hadis, yaitu, "Seandainya dia benar-benar memanggil golongan senadinya, niscaya dia akan diazab oleh malaikat Zabaniyah secara terang-terangan."

sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah [dirimu kepada Tuhan]. (19)

كَلَّا لَا تُطِعۡهُ وَٱسۡجُدۡ وَٱقۡتَرِب ۩ (١٩)


019. (Sekali-kali tidaklah demikian) kalimat ini mengandung hardikan dan cegahan baginya (janganlah kamu patuhi dia) hai Muhammad untuk meninggalkan salat (dan sujudlah) maksudnya salatlah demi karena Allah (dan mendekatlah) kepada-Nya dengan melalui amal ketaatan.

Surah 97 - Al Qadr (1 - 5)


Surah KEMULIAAN

سُوۡرَةُ القَدر

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya [Al Qur’an] pada malam kemuliaan [1594]. (1)

إِنَّآ أَنزَلۡنَـٰهُ فِى لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ (١) 

[1594] "Malam kemuliaan" dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam "Lailatul Qadr" yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al-Qur'an.

001. (Sesungguhnya Kami telah menurunkannya) yaitu menurunkan Alquran seluruhnya secara sekali turun dari lohmahfuz hingga ke langit yang paling bawah (pada malam kemuliaan) yaitu malam Lailatulkadar, malam yang penuh dengan kemuliaan dan kebesaran.

Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) 

وَمَآ أَدۡرَٮٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ (٢) 

002. (Dan tahukah kamu) Hai Muhammad (apakah malam kemuliaan itu?) ungkapan ini sebagai pernyataan takjub atas keagungan yang terdapat pada Lailatulkadar.

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (3) 

لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٌ۬ مِّنۡ أَلۡفِ شَہۡرٍ۬ (٣) 

003. (Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan) yang tidak ada malam lailatulkadarnya; beramal saleh pada malam itu pahalanya jauh lebih besar dan lebih baik daripada beramal saleh yang dilakukan selama seribu bulan yang tidak mengandung malam lailatulkadar.

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (4) 

تَنَزَّلُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيہَا بِإِذۡنِ رَبِّہِم مِّن كُلِّ أَمۡرٍ۬ (٤) 

004. (Turunlah malaikat-malaikat) bentuk asal dari lafal Tanazzalu adalah Tatanazzalu, kemudian salah satu huruf Ta-nya dibuang, sehingga jadilah Tanazzalu (dan Ar-Ruh) yakni malaikat Jibril (di malam itu) artinya pada malam kemuliaan/lailatulkadar itu (dengan izin Rabbnya) dengan perintah dari-Nya (untuk mengatur segala urusan) atau untuk menjalankan ketetapan Allah buat tahun itu hingga tahun berikutnya, hal ini terjadi pada malam kemuliaan itu. Huruf Min di sini bermakna Sababiyah atau sama artinya dengan huruf Ba; yakni mereka turun dengan seizin Rabbnya dengan membawa segala urusan yang telah menjadi ketetapan-Nya untuk tahun itu hingga tahun berikutnya.

Malam itu [penuh] kesejahteraan sampai terbit fajar. (5)

سَلَـٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ (٥)


005. (Malam itu penuh dengan kesejahteraan) lafal ayat ini sebagai Khabar Muqaddam atau Khabar yang didahulukan, sedangkan Mubtadanya ialah (sampai terbit fajar) dapat dibaca Mathla'al Fajri dan Mathla'il Fajri, artinya hingga waktu fajar. Malam itu dinamakan sebagai malam yang penuh dengan kesejahteraan, karena para malaikat banyak mengucapkan salam, yaitu setiap kali melewati seorang mukmin baik laki-laki maupun perempuan mereka selalu mengucapkan salam kepadanya.