Surah SAPI
BETINA
|
سُوۡرَةُ البَقَرَة
|
|
Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
|
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
|
Lalu Kami berfirman:
"Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!"
Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan
memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti [64]. (73)
|
فَقُلۡنَا ٱضۡرِبُوهُ
بِبَعۡضِہَاۚ كَذَٲلِكَ يُحۡىِ ٱللَّهُ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَيُرِيڪُمۡ ءَايَـٰتِهِۦ
لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ (٧٣)
|
|
[64] Menurut
jumhur mufassirin ayat ini ada hubungannya dengan peristiwa yang dilakukan
oleh seorang dari Bani Israil. Masing-masing mereka tuduh-menuduh tentang
siapa yang melakukan pembunuhan itu. Setelah mereka membawa persoalan itu
kepada Musa a.s., Allah menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina agar
orang yang terbunuh itu dapat hidup kembali dan menerangkan siapa yang
membunuhnya setelah dipukul dengan sebahagian tubuh sapi itu.
|
||
073. (Lalu firman Kami, "Pukullah
dia) maksudnya mayat dari orang yang terbunuh tadi (dengan salah satu anggota
badan sapi betina itu!") Lalu mereka pukul dengan lidah atau pangkal
ekornya sehingga ia pun hidup kembali dan mengatakan siapa pembunuhnya yang
tiada lain dari dua orang saudara sepupunya yang disebutkan namanya
masing-masing. Kemudian ia menjadi mayat kembali, maka kedua pembunuhnya
tidak diperbolehkan untuk mendapatkan harta warisan, bahkan mereka pun
dibunuh pula lalu firman Allah Taala, ("Demikianlah) maksudnya caranya
(Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan
kepadamu tanda-tanda-Nya) bukti-bukti kekuasaan-Nya (agar kamu
memikirkan") dan merenungkannya sehingga mengerti dan mengimani Allah
yang kuasa menghidupkan seorang manusia yang telah meninggal juga sanggup
menghidupkan berjuta-juta manusia lainnya.
|
||
Kemudian setelah itu
hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara
batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di
antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan
di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan
Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (74)
|
ثُمَّ قَسَتۡ
قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعۡدِ ذَٲلِكَ فَهِىَ كَٱلۡحِجَارَةِ أَوۡ أَشَدُّ قَسۡوَةً۬ۚ
وَإِنَّ مِنَ ٱلۡحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنۡهُ ٱلۡأَنۡهَـٰرُۚ وَإِنَّ
مِنۡہَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخۡرُجُ مِنۡهُ ٱلۡمَآءُۚ وَإِنَّ مِنۡہَا لَمَا
يَہۡبِطُ مِنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ
(٧٤) ۞
|
|
074. (Kemudian hatimu menjadi keras) ditujukan kepada
orang-orang Yahudi hingga tak dapat dimasuki kebenaran (setelah itu) yakni
setelah peristiwa dihidupkannya orang yang telah mati dan kejadian-kejadian
sebelumnya, (maka ia adalah seperti batu) dalam kerasnya (atau lebih keras
lagi) daripada batu. (Padahal di antara batu-batu itu sesungguhnya ada yang
mengalir anak-anak sungai daripadanya dan di antaranya ada pula yang
terbelah) asalnya 'yatasyaqqaqu' lalu ta diidgamkan pada syin hingga menjadi
'yasysyaqqaqu' (lalu keluarlah air daripadanya dan sesungguhnya di antaranya
ada pula yang jatuh meluncur) dari atas ke bawah (karena takut kepada Allah)
sebaliknya hatimu tidak terpengaruh karenanya serta tidak pula menjadi lunak
atau tunduk. (Dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang kamu
kerjakan) hanya ditangguhkan-Nya menjatuhkan hukuman hingga saatnya nanti.
Menurut satu qiraat bukan 'ta`maluun' tetapi 'ya`maluun', artinya 'yang
mereka kerjakan,' sehingga berarti mengalihkan arah pembicaraan.
|
||
Apakah kamu masih
mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka
mendengar firman Allah, lalu mereka merobahnya setelah mereka memahaminya,
sedang mereka mengetahui? [65] (75)
|
أَفَتَطۡمَعُونَ أَن
يُؤۡمِنُواْ لَكُمۡ وَقَدۡ كَانَ فَرِيقٌ۬ مِّنۡهُمۡ يَسۡمَعُونَ ڪَلَـٰمَ
ٱللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ ۥ مِنۢ بَعۡدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمۡ
يَعۡلَمُونَ (٧٥)
|
|
[65] Yang
dimaksud ialah nenek-moyang mereka yang menyimpan Taurat, lalu Taurat itu
dirobah-robah mereka; di antaranya sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yang
tersebut dalam Taurat itu.
|
||
075. (Apakah masih kamu harapkan) hai
orang beriman (bahwa mereka akan beriman) yakni orang-orang Yahudi itu
(kepadamu, sedangkan sebagian) atau satu golongan (di antara mereka) yakni
pendeta-pendeta mereka (mendengar firman Allah) yaitu Taurat (lalu
mengubahnya) (setelah mereka memahaminya) (padahal mereka mengetahui) bahwa
sebenarnya mereka mengada-ada. Pertanyaan di sini berarti sanggahan terhadap
orang-orang beriman hingga berarti, "Tak usah kamu harapkan mereka akan
beriman karena dulu mereka juga sudah kafir!"
|
||
Dan apabila mereka
berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: "Kamipun telah
beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka
berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka [orang-orang mu’min]
apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka
dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?" [66] (76)
|
وَإِذَا لَقُواْ
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ
بَعۡضٍ۬ قَالُوٓاْ أَتُحَدِّثُونَہُم بِمَا فَتَحَ ٱللَّهُ عَلَيۡكُمۡ
لِيُحَآجُّوكُم بِهِۦ عِندَ رَبِّكُمۡۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ (٧٦)
|
|
[66] Sebagian
Bani Israil yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w itu pernah
bercerita kepada orang-orang Islam, bahwa dalam Taurat memang disebutkan
tentang kedatangan Nabi Muhammad SAW Maka golongan lain menegur mereka dengan
mengatakan: "Mengapa kamu ceritakan hal itu kepada orang-orang Islam
sehingga hujjah mereka bertambah kuat?"
|
||
076. (Dan jika mereka berjumpa) maksudnya
jika orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik itu bertemu dengan
(orang-orang beriman, mereka mengatakan, "Kami pun telah beriman")
bahwa Muhammad itu adalah seorang nabi yang telah diberitakan kedatangannya
dalam kitab suci kami, (tetapi bila mereka telah kembali) atau berada (sesama
mereka, maka kata mereka) yakni para pemimpin mereka yang bukan munafik
kepada yang munafik itu, ("Apakah kamu hendak menceritakan kepada
mereka) maksudnya kepada orang-orang mukmin (tentang apa yang telah dibukakan
Allah kepada kamu) artinya tentang hal-hal yang telah diberitahukan Allah
kepadamu dalam Taurat mengenai sifat-sifat dan ciri-ciri Muhammad (sehingga
dengan demikian mereka dapat mematahkan alasanmu) 'lam' di sini berarti
'mengakibatkan' (dengannya di sisi Tuhanmu) yakni di akhirat kelak, di mana
mereka akan dapat mengajukan bukti penyelewenganmu, yaitu tak hendak
mengikuti Muhammad padahal mengetahui kebenarannya. (Tidaklah kamu
mengerti?") bahwa mereka akan dapat mematahkan alasanmu jika kamu
menyebut-nyebut soal itu? Dari itu hentikanlah tindakanmu itu!
|
||
Tidakkah mereka
mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala
yang mereka nyatakan? (77)
|
أَوَلَا يَعۡلَمُونَ
أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعۡلِنُونَ (٧٧)
|
|
077. (Tidakkah mereka ketahui) Pertanyaan di sini menunjukkan
pengakuan, sehingga kalimat ini berarti bahwa mereka benar tidak mengetahui
sedangkan wau yang terletak di depan menyatakan athaf atau adanya hubungan
(bahwa Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka
lahirkan) tentang masalah-masalah tersebut hingga seharusnya mereka akan
lebih hati-hati dan waspada.
|
||
Dan di antara mereka
ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab [Taurat], kecuali dongengan
bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga [67]. (78)
|
وَمِنۡہُمۡ أُمِّيُّونَ
لَا يَعۡلَمُونَ ٱلۡكِتَـٰبَ إِلَّآ أَمَانِىَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَظُنُّونَ
(٧٨)
|
|
[67]
Kebanyakan bangsa Yahudi itu buta huruf, dan tidak mengetahui isi Taurat
selain dari dongeng-dongeng yang diceritakan pendeta-pendeta mereka.
|
||
078. (Dan di antara mereka) di antara
orang-orang Yahudi itu (ada yang buta huruf) atau orang-orang awam yang
(tidak mengetahui Alkitab) maksudnya Taurat (kecuali) (angan-angan) atau
kebohongan belaka, yakni yang mereka dengar dari para pemimpin mereka lalu
mereka terima dan percayai. (Dan tiadalah) (mereka) yakni dalam menentang
kenabian Muhammad dan soal-soal lainnya yang mereka buat-buat itu (kecuali
hanyalah menduga-duga belaka) yakni dugaan yang tidak berdasarkan ilmu.
|
||
Maka kecelakaan yang
besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri,
lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", [dengan maksud] untuk
memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan
besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka
sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka
kerjakan. (79)
|
فَوَيۡلٌ۬ لِّلَّذِينَ
يَكۡتُبُونَ ٱلۡكِتَـٰبَ بِأَيۡدِيہِمۡ ثُمَّ يَقُولُونَ هَـٰذَا مِنۡ عِندِ
ٱللَّهِ لِيَشۡتَرُواْ بِهِۦ ثَمَنً۬ا قَلِيلاً۬ۖ فَوَيۡلٌ۬ لَّهُم مِّمَّا
ڪَتَبَتۡ أَيۡدِيهِمۡ وَوَيۡلٌ۬ لَّهُم مِّمَّا يَكۡسِبُونَ (٧٩)
|
|
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh
Nasai, dari Ibnu Abbas, katanya, "Ayat ini diturunkan berkenaan dengan
Ahli Kitab." Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur Ikrimah, dari
Ibnu Abbas katanya, "Ayat ini turun mengenai pendeta-pendeta Yahudi.
Mereka menemukan sifat-sifat Nabi saw. tercantum dalam Taurat sebagai
berikut. Biji matanya hitam, tinggi badannya sedang, rambutnya keriting dan
wajahnya rupawan. Karena dengki dan iri hati, lukisan ini mereka hapus lalu
mereka ganti menjadi, 'Kami temui tanda-tandanya sebagai seorang yang tinggi,
biru matanya dan berambut lurus.'"
|
||
079. (Maka kecelakaan besarlah) atau
siksaan berat (bagi orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka
sendiri) artinya membuat-buatnya menurut kemauan mereka (lalu mereka katakan,
"Ini dari Allah," dengan maksud untuk memperdagangkannya dengan
harga murah) dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sedikit berupa
harta dunia. Mereka ini ialah orang-orang Yahudi yang mengubah-ubah
sifat-sifat nabi yang tercantum dalam Taurat, begitu pun ayat rajam dan
lain-lain yang mereka tulis lain daripada yang dimaksud. (Maka siksaan
beratlah bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka) disebabkan
mereka mengada-ada yang tidak ada (dan siksaan beratlah bagi mereka,
disebabkan apa yang mereka kerjakan) yakni melakukan penyelewengan dan
kecurangan.
|
||
Dan mereka berkata:
"Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama
beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari
Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya ataukah kamu hanya
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?". (80)
|
وَقَالُواْ لَن
تَمَسَّنَا ٱلنَّارُ إِلَّآ أَيَّامً۬ا مَّعۡدُودَةً۬ۚ قُلۡ أَتَّخَذۡتُمۡ
عِندَ ٱللَّهِ عَهۡدً۬ا فَلَن يُخۡلِفَ ٱللَّهُ عَهۡدَهُ ۥۤۖ أَمۡ
تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ (٨٠)
|
|
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh
Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan oleh Ibnu Jarir serta Ibnu Abu Hatim, dari
jalur Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abu Muhammad dan Ikrimah, atau dari Said
bin Jubair dari Ibnu Abbas, katanya, "Rasulullah saw. datang ke Madinah,
sementara orang-orang Yahudi mengatakan, 'Usia dunia ini hanya tujuh ribu
tahun, dan setiap seribu tahun dunia sama dengan satu hari akhirat lamanya,
jadi tidak lebih dari tujuh hari, mereka disiksa dan setelah itu siksa pun
terhentilah.' Maka mengenai hal ini Allah pun menurunkan, 'Kata mereka, 'Kami
sekali-kali tidak akan disentuh api neraka...' sampai dengan firman-Nya
'...mereka kekal di dalamnya.'" (Q.S. Al-Baqarah 80-81). Diketengahkan
oleh Ibnu Jarir, dari Jalur Dhahhak dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Yahudi
mengatakan, "Kami masuk neraka itu hanyalah selama kami menyembah anak
sapi dulu, yaitu tidak lebih dari 40 hari. Jika masa itu telah berlalu, maka
terputus pula siksaan terhadap kami." Maka turunlah ayat tersebut.
Mengenai ayat ini Ibnu Jarir telah mengetengahkannya pula dari Ikrimah dan
selainnya.
|
||
080. (Dan mereka berkata) yakni tatkala
Nabi mengancam mereka dengan neraka, ("Kami sekali-kali takkan disentuh)
tidak akan ditimpa sama sekali (oleh api neraka, kecuali selama hari-hari
yang berbilang") maksudnya selama beberapa hari saja, yaitu selama 40
hari yakni selama waktu nenek moyang mereka menyembah patung lembu, kemudian
siksaan itu akan berhenti. (Katakanlah) kepada mereka hai Muhammad,
("Apakah kamu telah menerima) hamzah washalnya dibuang karena cukup
dengan adanya hamzah istifham (janji dari Allah) atau ikrar mengenai hal
tersebut? (Sehingga Allah tidak akan menyalahi janji-Nya?) Tidak, bukan?
(Ataukah) bahkan (kamu hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui").
|
||
[Bukan demikian], yang
benar, barangsiapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka
itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (81)
|
بَلَىٰ مَن كَسَبَ
سَيِّئَةً۬ وَأَحَـٰطَتۡ بِهِۦ خَطِيٓـَٔتُهُ ۥ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا
خَـٰلِدُونَ (٨١)
|
|
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh
Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan oleh Ibnu Jarir serta Ibnu Abu Hatim, dari
jalur Ibnu Ishaq, dari Muhammad bin Abu Muhammad dan Ikrimah, atau dari Said
bin Jubair dari Ibnu Abbas, katanya, "Rasulullah saw. datang ke Madinah,
sementara orang-orang Yahudi mengatakan, 'Usia dunia ini hanya tujuh ribu
tahun, dan setiap seribu tahun dunia sama dengan satu hari akhirat lamanya,
jadi tidak lebih dari tujuh hari, mereka disiksa dan setelah itu siksa pun
terhentilah.' Maka mengenai hal ini Allah pun menurunkan, Kata mereka, 'Kami
sekali-kali tidak akan disentuh api neraka...' sampai dengan firman-Nya
'...mereka kekal di dalamnya.'" (Q.S. Al-Baqarah 80-81). Diketengahkan
oleh Ibnu Jarir, dari Jalur Dhahhak dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang Yahudi
mengatakan, "Kami masuk neraka itu hanyalah selama kami menyembah anak
sapi dulu, yaitu tidak lebih dari 40 hari. Jika masa itu telah berlalu, maka
terputus pula siksaan terhadap kami." Maka turunlah ayat tersebut.
Mengenai ayat ini Ibnu Jarir telah mengetengahkannya pula dari Ikrimah dan
selainnya.
|
||
081. (Tidak demikian yang sebenarnya)
tetapi kamu pasti akan masuk neraka dan kekal di dalamnya. (Barang siapa yang
berbuat kejahatan) atau kemusyrikan (dan ia dilingkungi oleh dosanya) dapat
secara tunggal dan dapat pula secara jamak, maksudnya dosanya itu telah
meliputi dan melingkunginya dari segala penjuru disebabkan kematiannya dalam
keadaan musyrik (mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya). Di
sini dipakai jamak, dengan menitikberatkan arti 'man' atau 'barang siapa'.
|
||
Dan orang-orang yang
beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di
dalamnya. (82)
|
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ
أَصۡحَـٰبُ ٱلۡجَنَّةِۖ هُمۡ فِيہَا خَـٰلِدُونَ (٨٢)
|
|
082. (Sebaliknya orang-orang yang beriman dan beramal saleh
mereka itu penduduk surga, kekal mereka di dalamnya.)
|
||
Dan [ingatlah], ketika
Kami mengambil janji dari Bani Israil [yaitu]: Janganlah kamu menyembah
selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak
yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling. (83)
|
وَإِذۡ أَخَذۡنَا
مِيثَـٰقَ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ
وَبِٱلۡوَٲلِدَيۡنِ إِحۡسَانً۬ا وَذِى ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَـٰمَىٰ
وَٱلۡمَسَـٰڪِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنً۬ا وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ
وَءَاتُواْ ٱلزَّڪَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلاً۬ مِّنڪُمۡ وَأَنتُم
مُّعۡرِضُونَ (٨٣)
|
|
083. (Dan) ingatlah (ketika Kami mengambil ikrar dari Bani
Israel) maksudnya dalam Taurat, dan Kami katakan, ("Janganlah kamu
menyembah) ada yang membaca dengan 'ta' dan ada pula dengan 'ya', yaitu 'laa
ya`buduuna', artinya mereka tidak akan menyembah (kecuali kepada Allah).
Kalimat ini merupakan kalimat berita tetapi berarti larangan. Ada pula yang
membaca 'laa ta`buduu', artinya 'janganlah kamu sembah!' (Dan) berbuat
kebaikanlah! (kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya) maksudnya
berbakti selain itu juga (kaum kerabat) athaf pada al-waalidain (anak-anak
yatim dan orang-orang miskin serta ucapkanlah kepada manusia) kata-kata (yang
baik) misalnya menyuruh pada yang baik dan melarang dari yang mungkar,
berkata jujur mengenai diri Muhammad dan ramah tamah terhadap sesama manusia.
Menurut suatu qiraat 'husna' dengan 'ha' baris di depan dan 'sin' sukun yang
merupakan mashdar atau kata benda dan dipergunakan sebagai sifat dengan
maksud untuk menyatakan 'teramat' artinya teramat baik. (Dan dirikanlah salat
serta bayarkan zakat!) Sesungguhnya kamu telah memberikan ikrar tersebut.
(Kemudian kamu tidak memenuhi) janji itu. Di sini tidak disebut-sebut orang
ketiga, yaitu nenek moyang mereka (kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu
juga berpaling.") seperti halnya nenek moyangmu.
|
||
Dan [ingatlah], ketika
Kami mengambil janji dari kamu [yaitu]: kamu tidak akan menumpahkan darahmu
[membunuh orang], dan kamu tidak akan mengusir dirimu [saudaramu sebangsa]
dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar [akan memenuhinya] sedang kamu
mempersaksikannya. (84)
|
وَإِذۡ أَخَذۡنَا
مِيثَـٰقَكُمۡ لَا تَسۡفِكُونَ دِمَآءَكُمۡ وَلَا تُخۡرِجُونَ أَنفُسَكُم مِّن
دِيَـٰرِكُمۡ ثُمَّ أَقۡرَرۡتُمۡ وَأَنتُمۡ تَشۡہَدُونَ (٨٤)
|
|
084. (Dan ingatlah ketika Kami menerima perjanjian pula
darimu) dan firman Kami, ("Kamu tidak akan menumpahkan darahmu) artinya
mengalirkannya dengan berbunuhan sesamamu (dan tidak akan mengeluarkan dirimu
dari kampung halamanmu) dari negerimu. (Kemudian kamu berikrar) akan menepati
perjanjian tersebut (sedangkan kamu mempersaksikan.") atas diri kamu
sendiri.
|
||
Kemudian kamu [Bani
Israil] membunuh dirimu [saudaramu sebangsa] dan mengusir segolongan daripada
kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan
membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai
tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu [juga] terlarang
bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab [Taurat] dan ingkar
terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat
demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari
kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah
dari apa yang kamu perbuat [68]. (85)
|
ثُمَّ أَنتُمۡ
هَـٰٓؤُلَآءِ تَقۡتُلُونَ أَنفُسَكُمۡ وَتُخۡرِجُونَ فَرِيقً۬ا مِّنكُم مِّن
دِيَـٰرِهِمۡ تَظَـٰهَرُونَ عَلَيۡهِم بِٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٲنِ وَإِن
يَأۡتُوكُمۡ أُسَـٰرَىٰ تُفَـٰدُوهُمۡ وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيۡڪُمۡ
إِخۡرَاجُهُمۡۚ أَفَتُؤۡمِنُونَ بِبَعۡضِ ٱلۡكِتَـٰبِ وَتَكۡفُرُونَ بِبَعۡضٍ۬ۚ
فَمَا جَزَآءُ مَن يَفۡعَلُ ذَٲلِكَ مِنڪُمۡ إِلَّا خِزۡىٌ۬ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ
ٱلدُّنۡيَاۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ يُرَدُّونَ إِلَىٰٓ أَشَدِّ ٱلۡعَذَابِۗ
وَمَا ٱللَّهُ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ (٨٥)
|
|
[68] Ayat ini
berkenaan dengan cerita orang Yahudi di Madinah pada permulaan Hijrah. Yahudi
Bani Quraizhah bersekutu dengan suku Aus, dan Yahudi dari Bani Nadhir
bersekutu dengan orang-orang Khazraj. Antara suku Aus dan suku Khazraj
sebelum Islam selalu terjadi persengketaan dan peperangan yang menyebabkan
Bani Quraizhah membantu Aus dan Bani Nadhir membantu orang-orang Khazraj.
Sampai antara kedua suku Yahudi itupun terjadi peperangan dan tawan menawan,
karena membantu sekutunya. Tapi jika kemudian ada orang-orang Yahudi
tertawan, maka kedua suku Yahudi itu bersepakat untuk menebusnya kendatipun
mereka tadinya berperang-perangan.
|
||
085. (Kemudian kamu) hai (Bani Israel,
kamu bunuh dirimu) dengan berbunuhan sesamamu (dan kamu usir sebagian kamu
dari kampung halaman mereka, kamu bertolong-tolongan) ta asalnya diidgamkan
pada zha sehingga dibaca 'tazhzhaaharuuna', tetapi pada satu qiraat
diringankan dengan membuangnya sehingga bacaannya menjadi 'tazhaaharuuna'
dengan membuang zha yang berarti tolong-menolong (terhadap mereka dengan
berbuat dosa) maksiat (dan permusuhan) atau penganiayaan. (Tetapi jika mereka
datang kepadamu sebagai orang-orang tawanan) pada satu qiraat tercantum
'asra' (kamu tebus mereka) ada pula yang membaca 'tafduuhum', artinya kamu
bebaskan mereka dari tawanan dengan harta atau lainnya dan ini termasuk
kebiasaan yang berlaku di kalangan orang-orang Yahudi (padahal dia) artinya
kenyataannya (mengusir mereka itu diharamkan bagimu). Kalimat ini berhubungan
dengan firman-Nya, "dan kamu usir," sedangkan kalimat-kalimat yang
terdapat di antara keduanya merupakan 'jumlah mu`taridhah' atau interupsi,
artinya sebagaimana diharamkannya mengabaikan tebusan. Selama ini suku
Quraizhah mengadakan persekutuan dengan Aus, sedangkan Nadhir dengan Khajraj.
Setiap suku ikut berperang bersama sekutu mereka, bahkan sampai menghancurkan
dan mengusir pihak lawan walaupun sama-sama Yahudi. Tetapi jika Yahudi pihak
lawan itu tertawan, maka mereka tebus. Jika ditanyakan kepada mereka, kenapa
kamu perangi dan kamu tebus mereka, maka jawab mereka, "Karena kami
diminta mereka untuk memberikan tebusan." Jika ditanyakan, "Kenapa
pula kamu perangi mereka?" Jawab mereka, "Karena kami merasa malu
jika sekutu-sekutu kami menderita kekalahan!" Firman Allah Taala,
("Apakah kamu beriman pada sebagian Alkitab) yakni soal menebus tawanan
(dan ingkar terhadap sebagian yang lain) agar tidak membunuh, tidak mengusir
dan tidak bantu-membantu berbuat dosa dan penganiayaan. (Tidak ada balasan
bagi orang yang berbuat demikian di antaramu kecuali kehinaan) atau kenistaan
(dalam kehidupan dunia) kehinaan ini telah dialami oleh Bani Quraizhah dengan
dibunuh dan dibasminya golongan laki-laki mereka, dan juga oleh Bani Nadhir
yang diusir ke Syam dan diwajibkan membayar upeti. (Dan pada hari kiamat mereka
dikembalikan pada siksaan yang amat berat dan Allah tidak lengah dari apa
yang kamu kerjakan). Ada yang membaca dengan ta dan ada pula yang dengan ya.
|
||
Itulah orang-orang
yang membeli kehidupan dunia dengan [kehidupan] akhirat, maka tidak akan diringankan
siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. (86)
|
أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ ٱشۡتَرَوُاْ ٱلۡحَيَوٰةَ
ٱلدُّنۡيَا بِٱلۡأَخِرَةِۖ فَلَا يُخَفَّفُ عَنۡہُمُ ٱلۡعَذَابُ وَلَا هُمۡ
يُنصَرُونَ (٨٦)
|
|
086. (Merekalah orang-orang yang membeli kehidupan dunia
dengan kehidupan akhirat) artinya lebih mengutamakan dunia daripada akhirat
(maka tidaklah akan diringankan siksa terhadap mereka dan tidaklah mereka
akan beroleh bantuan") untuk menghindarkan siksaan itu.
|
||
Dan sesungguhnya Kami
telah mendatangkan Al Kitab [Taurat] kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya
[berturut-turut] sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan
bukti-bukti kebenaran [mu’jizat] kepada ’Isa putera Maryam dan Kami
memperkuatnya dengan Ruhul-Qudus [69]. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu
[pelajaran] yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu angkuh; maka
beberapa orang [di antara mereka] kamu dustakan dan beberapa orang [yang
lain] kamu bunuh? (87)
|
وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا
مُوسَى ٱلۡكِتَـٰبَ وَقَفَّيۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِۦ بِٱلرُّسُلِۖ وَءَاتَيۡنَا
عِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ٱلۡبَيِّنَـٰتِ وَأَيَّدۡنَـٰهُ بِرُوحِ ٱلۡقُدُسِۗ
أَفَكُلَّمَا جَآءَكُمۡ رَسُولُۢ بِمَا لَا تَہۡوَىٰٓ أَنفُسُكُمُ
ٱسۡتَكۡبَرۡتُمۡ فَفَرِيقً۬ا كَذَّبۡتُمۡ وَفَرِيقً۬ا تَقۡتُلُونَ (٨٧)
|
|
[69]
Maksudnya: kejadian Isa a.s. adalah kejadian yang luar biasa, tanpa bapak,
yaitu dengan tiupan Ruhul Qudus oleh Jibril kepada diri Maryam. Ini termasuk
mu'jizat 'Isa a.s. Menurut jumhur musafirin, bahwa Ruhul Qudus itu ialah
malaikat Jibril.
|
||
087. (Sesungguhnya Kami telah
mendatangkan Alkitab kepada Musa) yakni Taurat, (lalu Kami susul setelah itu
dengan para rasul) secara berturut-turut, artinya Kami kirim seorang rasul
sesudah yang lain, (dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti
kebenaran) yakni mukjizat menghidupkan mayat, menyembuhkan orang yang buta
dan berpenyakit kusta. (Dan Kami perkuat ia dengan Roh Kudus) merupakan
'idhafat maushuf pada sifat' maksudnya ialah Roh yang disucikan yakni Jibril,
sehingga karena kesuciannya ikut mengiringkannya ke mana pergi. Namun kamu
tidak juga hendak mengikuti jalan yang benar! (Apakah setiap datang kepadamu
seorang rasul dengan membawa apa yang tidak diingini) atau disukai (dirimu)
berupa kebenaran (kamu menjadi takabur) atau menyombongkan diri, tak mau
mengikutinya. Kalimat ini merupakan jawaban bagi 'setiap', dan dialah yang
menjadi sasaran pertanyaan, sedangkan tujuannya tidak lain dari celaan dan
kecaman, (maka sebagian) di antara mereka (kamu dustakan) seperti Nabi Isa
(dan sebagian lagi kamu bunuh) kata kerja 'mudhari'' atau masa sekarang untuk
menunjukkan peristiwa di masa lampau, artinya telah kamu bunuh Zakaria dan
Yahya.
|
||
Dan mereka berkata:
"Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka
karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. (88)
|
وَقَالُواْ قُلُوبُنَا
غُلۡفُۢۚ بَل لَّعَنَہُمُ ٱللَّهُ بِكُفۡرِهِمۡ فَقَلِيلاً۬ مَّا يُؤۡمِنُونَ (٨٨)
|
|
088. (Dan mereka berkata) kepada nabi untuk berolok-olok,
("Hati kami tertutup") jamak dari 'aghlaf' yang berarti dibungkus
tertutup rapat, sehingga tak dapat mendengar apa yang dikatakan orang. Firman
Allah Taala, ("Tetapi) menegaskan kenyataan sebenarnya (Allah telah
mengutuk mereka) menjauhkan mereka dari rahmat-Nya dengan menolak permohonan
mereka sehingga mereka menjadi putus asa (disebabkan kekafiran mereka) jadi
bukanlah karena cacat pada hati mereka, (maka hanya sedikit sekali mereka
yang beriman"). 'Maa' merupakan tambahan untuk menunjukkan teramat
sedikitnya mereka yang beriman itu.
|
||
Dan setelah datang
kepada mereka Al Qur’an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka [70], padahal sebelumnya
mereka biasa memohon [kedatangan Nabi] untuk mendapat kemenangan atas
orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka
ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la’nat Allah-lah atas orang-orang
yang ingkar itu. (89)
|
وَلَمَّا جَآءَهُمۡ
كِتَـٰبٌ۬ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٌ۬ لِّمَا مَعَهُمۡ وَكَانُواْ مِن قَبۡلُ
يَسۡتَفۡتِحُونَ عَلَى ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَلَمَّا جَآءَهُم مَّا عَرَفُواْ
ڪَفَرُواْ بِهِۦۚ فَلَعۡنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡكَـٰفِرِينَ (٨٩)
|
|
[70]
Maksudnya kedatangan Nabi Muhammad SAW yang tersebut dalam Taurat dimana
diterangkan sifat-sifatnya.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh
Hakim dalam Mustadrak dan Baihaqi dalam Dalalail dengan sanad yang lemah dari
Ibnu Abbas, katanya, Orang-orang Yahudi Khaibar memerangi suku Gathafan,
tetapi setiap bertempur, Yahudi menderita kekalahan. Maka mereka pun
berlindung dengan memanjatkan permohonan ini, "Ya Allah! Kami mohon
kepada-Mu, demi kebenaran Muhammad, nabi yang ummi yang Engkau janjikan
kepada kami, agar Engkau membangkitkannya bagi kami tolonglah kami agar
menang atas mereka." Setiap kali bertempur mereka berdoa seperti ini
sehingga akhirnya berhasil mengalahkan orang-orang Gathafan. Maka tatkala
Nabi saw. dibangkitkan Allah, mereka kafir dan Allah pun menurunkan ayat,
"Padahal sebelumnya mereka biasa memohon kemenangan terhadap orang-orang
kafir dengan kedatanganmu hai Muhammad!" (Q.S. Al-Baqarah 89)
Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur Said atau Ikrimah dari Ibnu
Abbas, bahwa orang-orang Yahudi Madinah biasa memohon kemenangan terhadap
orang-orang Aus dan Khazraj atas nama kedatangan Rasulullah saw. sebelum
kebangkitannya. Maka setelah Allah membangkitkannya dari golongan Arab,
mereka kafir kepadanya dan membantah apa yang pernah mereka katakan
mengenainya. Maka kata Muaz bin Jabal, Bisyr bin Barra dan Daud bin Salamah
kepada mereka, "Hai golongan Yahudi! Takutlah kamu kepada Allah dan
masuk lslamlah! Bukankah selama ini kamu meminta kedatangan Muhammad untuk
membantu kamu terhadap kami, yakni sewaktu kami berada dalam kesyirikan, kamu
katakan bahwa ia akan dibangkitkan bahkan kamu lukiskan sifat-sifatnya!"
Jawab Salam bin Misykum, "Ia tidak membawa ciri-ciri yang kami kenal dan
dia bukanlah seperti yang kami sebutkan kepadamu dulu." Maka Allah pun
menurunkan, "Dan tatkala datang kepada mereka Kitab dari sisi Allah sampai
dengan akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah 89)
|
||
089. (Dan tatkala datang kepada mereka
Alquran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka) yakni Taurat
(padahal sebelumnya mereka) maksudnya sebelum datangnya Alquran itu (memohon
pertolongan) agar beroleh kemenangan (atas orang-orang yang kafir) dengan
mengucapkan, "Ya Allah, tolonglah kami dengan nabi yang akan
dibangkitkan di akhir zaman." (Maka setelah datang kepada mereka apa
yang telah mereka ketahui) yaitu berupa kebenaran dengan diutusnya Nabi
Muhammad itu (mereka lalu ingkar kepadanya) disebabkan kedengkian dan takut
kehilangan pengaruh. Jawaban bagi 'lammaa' atau 'tatkala' yang pertama,
ditunjukkan oleh jawaban 'lammaa' yang kedua (maka laknat Allahlah atas
orang-orang yang kafir itu).
|
||
Alangkah buruknya
[perbuatan] mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa
yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya
[71] kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka
sesudah [mendapat] kemurkaan [72]. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.
(90)
|
بِئۡسَمَا ٱشۡتَرَوۡاْ
بِهِۦۤ أَنفُسَهُمۡ أَن يَڪۡفُرُواْ بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بَغۡيًا أَن
يُنَزِّلَ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦۖ
فَبَآءُو بِغَضَبٍ عَلَىٰ غَضَبٍ۬ۚ وَلِلۡكَـٰفِرِينَ عَذَابٌ۬ مُّهِينٌ۬ (٩٠)
|
|
[71]
Maksudnya: Allah menurunkan wahyu (kenabian) kepada Muhammad SAW
[72] Maksudnya: mereka mendapat kemurkaan yang berlipat-ganda yaitu kemurkaan karena tidak beriman kepada Muhammad SAW dan kemurkaan yang disebabkan perbuatan mereka dahulu, yaitu membunnuh nabi, mendustakannya, merobah-robah isi Taurat dan sebagainya. |
||
090. (Alangkah buruknya perbuatan mereka
menjual) (diri mereka sendiri) maksudnya bagian pahala mereka. 'Ma' pada
kata-kata 'bi'samaa' adalah kata 'nakirah' atau 'tidak tentu' (indefinit) dan
berarti 'sesuatu', merupakan 'tamyiz' bagi pelaku kata kerja 'bi'sa' yang
dikhususkan untuk celaan. (bahwa mereka kafir) artinya dengan kekafiran
mereka (terhadap apa yang diturunkan Allah) berupa Alquran (disebabkan
kedengkian) berfungsi sebagai 'maf`ul liajlih' menunjukkan motif bagi
kekafiran mereka itu. (bahwa Allah menurunkan) ada yang membaca 'yunzila' dan
ada pula 'yunazzila' (karunia-Nya) maksudnya wahyu (kepada siapa yang
dikehendaki-Nya) untuk menjadi rasul (di antara hamba-hamba-Nya. Karena itu
mereka kembali) (dengan kemurkaan) dari Allah disebabkan kekafiran mereka
terhadap wahyu yang diturunkan itu. Celaan ini menyatakan betapa besarnya
kesalahan yang mereka perbuat (di atas kemurkaan) artinya yang bertimpa-timpa
yakni setelah kemurkaan yang selayaknya mereka terima sebelum itu, dengan
menyia-nyiakan kitab Taurat serta menolak Nabi Isa. (Dan bagi orang-orang
kafir disediakan siksaan yang menghinakan).
|
||
Dan apabila dikatakan
kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Qur’an yang diturunkan Allah",
mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami".
Dan mereka kafir kepada Al Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang Al
Qur’an itu adalah [Kitab] yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada
mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika
benar kamu orang-orang yang beriman?" (91)
|
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ
ءَامِنُواْ بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُواْ نُؤۡمِنُ بِمَآ أُنزِلَ عَلَيۡنَا
وَيَكۡفُرُونَ بِمَا وَرَآءَهُ ۥ وَهُوَ ٱلۡحَقُّ مُصَدِّقً۬ا لِّمَا
مَعَهُمۡۗ قُلۡ فَلِمَ تَقۡتُلُونَ أَنۢبِيَآءَ ٱللَّهِ مِن قَبۡلُ إِن كُنتُم
مُّؤۡمِنِينَ (٩١) ۞
|
|
091. (Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah
kamu kepada apa yang diturunkan Allah!") yakni Alquran dan lain-lain
(Mereka berkata, "Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada
kami.") yakni Taurat. Maka firman Allah Taala, (Sedangkan mereka kafir)
'wau' di sini menunjukkan 'hal' sehingga berarti 'sedangkan' (terhadap yang
turun di belakangnya) atau selain dari itu seperti Alquran (padahal Alquran
itulah yang hak) kalimat ini menjadi 'hal' (membenarkan) menjadi 'hal' yang
kedua yang memperkuat (apa yang ada pada mereka. Katakanlah,) kepada mereka
("Kenapa kamu bunuh) (nabi-nabi Allah dulu, jika kamu benar-benar
beriman?") pada Taurat, di mana padanya terdapat larangan membunuh
mereka. Pertanyaan ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang ada di masa
nabi kita mengenai perbuatan nenek moyang mereka yang nyata-nyata mereka
setujui.
|
||
Sesungguhnya Musa
telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran [mu’jizat], kemudian kamu
jadikan anak sapi [sebagai sembahan] sesudah [kepergian]nya [73], dan sebenarnya kamu
adalah orang-orang yang zalim. (92)
|
وَلَقَدۡ جَآءَڪُم
مُّوسَىٰ بِٱلۡبَيِّنَـٰتِ ثُمَّ ٱتَّخَذۡتُمُ ٱلۡعِجۡلَ مِنۢ بَعۡدِهِۦ
وَأَنتُمۡ ظَـٰلِمُونَ (٩٢)
|
|
[73]
Maksudnya kepergian Musa a.s. ke bukit Thur yang terletak di Sinai, sesudah
didatangkan kepadanya mu'jizat-mu'jizat.
|
||
092. (Dan sesungguhnya telah datang
kepada kamu sekalian Musa dengan membawa bukti-bukti kebenaran) maksudnya
mukjizat seperti tongkat, tangan dan terbelahnya lautan (kemudian kamu ambil
anak sapi) sebagai sembahan (sesudahnya) maksudnya sesudah kepergiannya ke
mikat (bahkan kamu adalah orang-orang yang aniaya.) Karena telah menjadikan
anak sapi sebagai sembahan.
|
||
Dan [ingatlah], ketika
Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit [Thursina] di atasmu
[seraya Kami berfirman]: "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan
kepadamu dan dengarkanlah!" Mereka menjawab: "Kami mendengarkan
tetapi tidak menta’ati". Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu
[kecintaan menyembah] anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat
jahat [74]
perbuatan yang diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman [kepada
Taurat]". (93)
|
وَإِذۡ أَخَذۡنَا
مِيثَـٰقَكُمۡ وَرَفَعۡنَا فَوۡقَڪُمُ ٱلطُّورَ خُذُواْ مَآ ءَاتَيۡنَـٰڪُم
بِقُوَّةٍ۬ وَٱسۡمَعُواْۖ قَالُواْ سَمِعۡنَا وَعَصَيۡنَا وَأُشۡرِبُواْ فِى
قُلُوبِهِمُ ٱلۡعِجۡلَ بِڪُفۡرِهِمۡۚ قُلۡ بِئۡسَمَا يَأۡمُرُڪُم بِهِۦۤ
إِيمَـٰنُكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ (٩٣)
|
|
[74]
Perbuatan jahat yang mereka kerjakan ialah menyembah anak sapi, membunuh
nabi-nabi dan melanggar janji.
|
||
093. (Dan ketika Kami mengambil ikrar
darimu) untuk mengamalkan apa yang terdapat dalam Taurat (dan) sungguh (Kami
angkat bukit di atasmu) maksudnya bukit Sinai, yakni untuk dijatuhkan di
atasmu karena kamu menolak untuk berikrar itu, seraya Kami berfirman,
("Peganglah apa yang Kami berikan padamu) maksudnya taatilah dengan
serius dan bersungguh-sungguh (dan dengarkanlah!") Apa yang akan
dititahkan kepadamu dengan patuh (Mereka menjawab, "Kami dengar)
firman-Mu (tetapi tak hendak kami patuhi.") perintah-Mu itu (dan
diminumkan ke dalam hati mereka anak sapi) artinya diresapkan ke dalam hati
mereka itu kecintaan menyembah anak sapi tak ubah bagai meresapnya minuman
(karena kekafiran mereka. Katakanlah) kepada mereka, ("Teramat jahatlah
apa) maksudnya sesuatu (yang diperintahkan oleh keimananmu) terhadap Taurat
itu, yaitu pemujaan anak sapi (jika kamu benar-benar beriman.")
kepadanya sebagai pengakuanmu itu! Maksud ayat, sebenarnya kamu tidak
beriman, karena beriman yang sesungguhnya tidak mungkin menyuruh orang untuk
menyembah anak sapi. Yang diceritakan di sini nenek moyang mereka, tetapi
yang dituju ialah mereka sendiri seolah-olah Allah berfirman, "Demikian
pula halnya kamu tidak beriman pada Taurat, karena kamu mendustakan Muhammad,
padahal keimanan pada kitab suci itu tak mungkin akan berakibat
mendustakannya!"
|
||
Katakanlah: "Jika
kamu [menganggap bahwa] kampung akhirat [surga] itu khusus untukmu di sisi
Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah [75]
kematian [mu], jika kamu memang benar.
(94)
|
قُلۡ إِن كَانَتۡ
لَڪُمُ ٱلدَّارُ ٱلۡأَخِرَةُ عِندَ ٱللَّهِ خَالِصَةً۬ مِّن دُونِ ٱلنَّاسِ
فَتَمَنَّوُاْ ٱلۡمَوۡتَ إِن ڪُنتُمۡ صَـٰدِقِينَ (٩٤)
|
|
[75]
Maksudnya: mintalah agar kamu dimatikan sekarang juga.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu
Jarir dari Abul Aliyah, katanya, "Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa
tidaklah akan masuk surga kecuali orang-orang Yahudi." Maka Allah pun
menurunkan ayat, "Katakanlah, sekiranya kampung akhirat itu khusus
untukmu di sisi Allah..." sampai dengan akhir ayat. (Q.S. Al-Baqarah 94)
|
||
094. (Katakanlah) kepada mereka,
("Jika kampung akhirat itu untukmu) maksudnya surga (khusus di sisi
Allah) hanya untuk kamu (bukan untuk orang lain) seperti pengakuanmu (maka
inginilah kematian jika kamu memang benar!") Dalam mengingini kematian
itu bergantung dua syarat dengan ketentuan; yang pertama dikaitkan pada yang
kedua, maksudnya, jika pengakuanmu benar bahwa surga itu hanya milikmu
khusus, sedangkan menurut kebiasaan, seseorang ingin segera menemukan
miliknya itu dan jalan untuk mendapatkan tiada lain hanya kematian, maka
inginilah segera kematian itu olehmu!
|
||
Dan sekali-kali mereka
tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan
yang telah diperbuat oleh tangan mereka [sendiri]. Dan Allah Maha Mengetahui
siapa orang-orang yang aniaya. (95)
|
وَلَن يَتَمَنَّوۡهُ
أَبَدَۢا بِمَا قَدَّمَتۡ أَيۡدِيہِمۡۗ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِٱلظَّـٰلِمِينَ (٩٥)
|
|
095. (Dan mereka sekali-kali tak akan menginginkan kematian
itu disebabkan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka)
berupa kekafiran kepada nabi sebagai akibat dari mendustakannya (dan Allah
Maha Mengetahui terhadap orang-orang yang aniaya) yaitu orang-orang yang
kafir, karenanya Allah pasti akan membalas mereka.
|
||
Dan sungguh kamu akan
mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan [di dunia],
bahkan [lebih loba lagi] dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin
agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak
akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan. (96)
|
وَلَتَجِدَنَّہُمۡ
أَحۡرَصَ ٱلنَّاسِ عَلَىٰ حَيَوٰةٍ۬ وَمِنَ ٱلَّذِينَ أَشۡرَكُواْۚ يَوَدُّ
أَحَدُهُمۡ لَوۡ يُعَمَّرُ أَلۡفَ سَنَةٍ۬ وَمَا هُوَ بِمُزَحۡزِحِهِۦ مِنَ
ٱلۡعَذَابِ أَن يُعَمَّرَۗ وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِمَا يَعۡمَلُونَ (٩٦)
|
|
096. (Dan demi sesungguhnya, akan kamu jumpai mereka itu)
'lam' menunjukkan sumpah (setamak-tamak manusia atas kehidupan dunia dan)
lebih tamak lagi (dari orang-orang musyrik) yakni yang mengingkari hari
berbangkit. Mereka tahu bahwa tempat kediaman mereka itu neraka; berbeda
halnya dengan orang-orang musyrik yang mengingkari adanya hari akhirat itu.
(Masing-masing mereka menginginkan) atau mengharapkan (agar diberi umur
seribu tahun) 'lau' mashdariyah sama artinya dengan 'an' atau 'agar' dan
dengan 'shilah-nya' ditakwilkan sebagai 'mashdar' atau 'kata benda', menjadi
'maf`ul bih' atau 'obyek penderita' dari 'yawaddu'. (Dan tidaklah dia)
maksudnya masing-masing dari mereka (akan menjauhkannya) menyelamatkan
dirinya (dari siksa) maksudnya neraka (karena ia diberi umur panjang itu).
'An' bersama shilahnya ini menjadi 'fa`il' atau 'pelaku' dari 'muzahzihihi'.
(Dan Allah Maha Melihat akan apa yang mereka kerjakan) karena itu Allah akan
membalasnya. Ada yang membaca dengan ya dan ada pula dengan ta. Ibnu Shuriya
bertanya kepada Nabi saw. atau Umar, "Siapakah di antara malaikat yang
menyampaikan wahyu?" Jawabnya, 'Jibril.' Kata Ibnu Shuriya, "Dia
musuh kami yang selalu mendatangkan siksa atau kesengsaraan. Kalau saja
Mikail, tentu kami akan beriman, karena dia yang membawa kemakmuran dan
kedamaian." Lalu turunlah ayat berikutnya,
|
||
Katakanlah:
Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya
[Al Qur’an] ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa
[kitab-kitab] yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi
orang-orang yang beriman. (97)
|
قُلۡ مَن كَانَ
عَدُوًّ۬ا لِّجِبۡرِيلَ فَإِنَّهُ ۥ نَزَّلَهُ ۥ عَلَىٰ قَلۡبِكَ
بِإِذۡنِ ٱللَّهِ مُصَدِّقً۬ا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَهُدً۬ى وَبُشۡرَىٰ
لِلۡمُؤۡمِنِينَ (٩٧)
|
|
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diriwayatkan oleh
Bukhari, dari Anas, katanya Abdullah bin Salam mendengar kedatangan
Rasulullah saw. ketika ia sedang berada di kebunnya memetik buah. Lalu
didatanginya Nabi saw. katanya, "Saya akan menanyakan kepada Anda tiga
perkara yang hanya diketahui oleh seorang Nabi, yaitu: Apakah tanda yang
pertama dari datangnya kiamat, apa makanan yang pertama bagi penghuni surga
dan apa pula yang menyebabkan seorang anak itu mirip kepada bapak atau
ibunya? Rasulullah saw. menjawab, 'Hal itu diberitakan kepada saya baru-baru
ini oleh Jibril.' 'Oleh Jibril?' tanya Abdullah. 'Benar', jawab Nabi. Itulah
dia musuh orang-orang Yahudi dan golongan malaikat!" Maka Nabi pun
membacakan ayat ini, Katakanlah, "Barang siapa yang menjadi musuh
Jibril, maka Jibril itulah yang telah menurunkannya (Alquran) dalam
hatimu." Berkata Syaikhul Islam, Ibnu Hajar dalam kitab Fat-hul Bari,
"Pada lahirnya, konteks ayat menunjukkan bahwa Nabi saw. membaca ayat
itu sebagai sanggahan terhadap orang-orang Yahudi dan ini tidak mesti bahwa
turunnya adalah pada waktu tersebut. Katanya lagi, 'Inilah yang lebih kuat
karena mengenai sebab turunnya ayat ini ada kisah yang sah selain dari kisah
Abdullah bin Salam.'" Diketengahkan oleh Ahmad, Tirmizi dan Nasai dari
jalur Bakr bin Syihab, dari Said bin Jubair dari Ibnu Abbas, katanya,
"Orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah, kata mereka, 'Wahai Abu
Qasim! Kami menanyakan kepada Anda lima perkara, sekiranya Anda dapat
menjawabnya, yakinlah kami bahwa Anda seorang Nabi', maka disebutnyalah hadis
tersebut, yang di antaranya ialah bahwa mereka menanyakan kepadanya tentang
apa-apa yang diharamkan oleh Bani Israel terhadap diri mereka, tentang tanda
kenabian, tentang petir dan bunyi gemuruhnya, mengenai siapa yang
menyampaikan kepadanya berita dari langit, sampai-sampai mereka menanyakan,
'Ceritakanlah kepada kami siapa sahabat Anda!' Jawab Nabi saw., 'Jibril.'
Kata mereka, 'Jibril? Itulah yang menyalakan peperangan dan pertempuran serta
siksaan dan musuh kami. Seandainya Anda menyebutkan Mikail yang menurunkan
rahmat, hujan, dan tumbuh-tumbuhan, maka tentulah akan lebih baik!' Maka
turunlah ayat tersebut." Diketengahkan oleh Ishak bin Rahawaih dalam
Musnadnya dan Ibnu Jarir dari jalur Sya`bi bahwa Umar biasa mendatangi
orang-orang Yahudi lalu mereka memperdengarkan Taurat. Ia amat heran karena
Taurat itu membenarkan isi Alquran. Katanya, "Kebetulan Nabi saw. lewat
di depan mereka, maka kata saya, 'Atas nama Allah saya bertanya kepada kamu,
tahukah kamu bahwa dia itu Rasulullah?' Jawab seorang alim di antara mereka,
'Memang, kami tahu bahwa ia Rasulullah.' Kata saya, 'Kenapa kamu tidak ikuti
dia?' Jawab mereka, 'Pernah kami tanyakan kepadanya siapa yang menyampaikan
kepadanya kenabiannya, maka disebutkannya Jibril, musuh kami disebabkan
dialah yang menurunkan kekerasan, kekasaran, peperangan dan malapetaka.' Kata
saya pula, 'Siapakah rasul-rasul kamu dari kalangan malaikat?' Jawab mereka,
'Mikail, yakni yang menurunkan hujan dan rahmat!' Tanya saya lagi, 'Bagaimana
kedudukan keduanya di sisi Tuhannya?' Jawab mereka, 'Yang satu di sebelah
kanan-Nya sedang yang satu lagi di samping kiri-Nya.' Kata saya, 'Tidak
diperbolehkan Jibril memusuhi Mikail dan tidak boleh pula Mikail berbaikan
dengan musuh Jibril dan sungguh saya bersaksi bahwa kedua malaikat dari Tuhannya
bersikap damai kepada orang-orang yang berdamai kepadanya dan memaklumkan
perang kepada orang-orang berperang kepadanya. Kemudian saya datang kepada
Nabi saw dengan maksud untuk menyampaikan kepadanya hal tersebut. Ketika
bertemu, tanyanya kepada saya, 'Maukah kamu saya sampaikan ayat-ayat yang
baru saja diturunkan kepada saya?' Tentu, wahai Rasulullah', jawab saya. Maka
dibacanya, 'Barang siapa yang menjadi musuh Jibril ..' sampai dengan '...
maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.' (Q.S. Al-Baqarah
97-98). Lalu kataku, 'Wahai Rasulullah! Demi Allah, tidaklah aku bangkit
meninggalkan orang-orang Yahudi hanyalah untuk mendapatkan Anda guna
menyampaikan dialog antara aku dengan mereka. Kiranya aku dapati Allah telah
mendahului saya.'" Isnadnya sampai kepada Sya`by adalah sah, hanya
Sya`by ini tidak pernah bertemu dengan Umar. Riwayat ini dikeluarkan pula
oleh Ibnu Abu Syaibah dan Ibnu Hatim, dari jalur yang lain yang bersumber
dari Sya`by. Juga dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dari jalur Sadiy dari Umar,
begitu pula dari jalur Qatadah dan dari Umar dan kedua riwayat tersebut juga
munqathi' (terputus). Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur lain,
dari Abdurrahman bin Abu Lailay bahwa seorang Yahudi menemui Umar bin
Khathab, lalu katanya "Sesungguhnya Jibril yang disebutkan oleh
sahabatmu itu adalah musuh kami." Maka jawab Umar, "Barang siapa
yang menjadi musuh Allah, musuh malaikat-malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya,
Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah menjadi musuhnya." Katanya,
"Maka ayat ini turun mengikuti gaya bahasa Umar." Demikianlah
jalur-jalur ini, sebagian menguatkan lainnya, bahkan Ibnu Jarir menyampaikan
adanya ijmak bahwa demikian itulah yang menjadi Asbabun Nuzul.
|
||
097. (Katakanlah) kepada mereka,
("Barang siapa yang menjadi musuh Jibril) maka silakan ia binasa dengan
kebenciannya itu! (Maka sesungguhnya Jibril itu menurunkannya) maksudnya
Alquran (ke dalam hatimu dengan seizin) atau perintah (Allah, membenarkan
apa-apa yang berada di hadapannya) yaitu kitab-kitab suci yang turun
sebelumnya (dan menjadi petunjuk) dari kesesatan (serta berita gembira)
berupa surga (bagi orang-orang yang beriman).
|
||
Barangsiapa yang
menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan
Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir. (98)
|
مَن كَانَ عَدُوًّ۬ا
لِّلَّهِ وَمَلَـٰٓٮِٕڪَتِهِۦ وَرُسُلِهِۦ
وَجِبۡرِيلَ وَمِيكَٮٰلَ
فَإِنَّ ٱللَّهَ عَدُوٌّ۬ لِّلۡكَـٰفِرِينَ (٩٨)
|
|
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh
Ishak bin Rahawaih dalam Musnadnya dan Ibnu Jarir dari jalur Sya`bi bahwa
Umar biasa mendatangi orang-orang Yahudi lalu mereka memperdengarkan Taurat.
Ia amat heran karena Taurat itu membenarkan isi Alquran. Katanya,
"Kebetulan Nabi saw. lewat di depan mereka, maka kata saya, 'Atas nama
Allah saya bertanya kepada kamu, tahukah kamu bahwa dia itu Rasulullah?'
Jawab seorang alim di antara mereka, 'Memang, kami tahu bahwa ia Rasulullah.'
Kata saya, 'Kenapa kamu tidak ikuti dia?' Jawab mereka, 'Pernah kami tanyakan
kepadanya siapa yang menyampaikan kepadanya kenabiannya, maka disebutkannya
Jibril, musuh kami disebabkan dialah yang menurunkan kekerasan, kekasaran,
peperangan dan malapetaka.' Kata saya pula, 'Siapakah rasul-rasul kamu dari
kalangan malaikat?' Jawab mereka, 'Mikail, yakni yang menurunkan hujan dan
rahmat!' Tanya saya lagi, 'Bagaimana kedudukan keduanya di sisi Tuhannya?'
Jawab mereka, 'Yang satu di sebelah kanan-Nya sedang yang satu lagi di
samping kiri-Nya.' Kata saya, 'Tidak diperbolehkan Jibril memusuhi Mikail dan
tidak boleh pula Mikail berbaikan dengan musuh Jibril dan sungguh saya
bersaksi bahwa kedua malaikat dari Tuhannya bersikap damai kepada orang-orang
yang berdamai kepadanya dan memaklumkan perang kepada orang-orang berperang
kepadanya. Kemudian saya datang kepada Nabi saw dengan maksud untuk
menyampaikan kepadanya hal tersebut. Ketika bertemu, tanyanya kepada saya,
'Maukah kamu saya sampaikan ayat-ayat yang baru saja diturunkan kepada saya?'
Tentu, wahai Rasulullah', jawab saya. Maka dibacanya, 'Barang siapa yang
menjadi musuh Jibril ..' sampai dengan '... maka sesungguhnya Allah adalah
musuh orang-orang kafir.' (Q.S. Al-Baqarah 97-98). Lalu kataku, 'Wahai
Rasulullah! Demi Allah, tidaklah aku bangkit meninggalkan orang-orang Yahudi
hanyalah untuk mendapatkan Anda guna menyampaikan dialog antara aku dengan
mereka. Kiranya aku dapati Allah telah mendahului saya.'" Isnadnya
sampai kepada Sya`by adalah sah, hanya Sya`by ini tidak pernah bertemu dengan
Umar. Riwayat ini dikeluarkan pula oleh Ibnu Abu Syaibah dan Ibnu Hatim, dari
jalur yang lain yang bersumber dari Sya`by. Juga dikeluarkan oleh Ibnu Jarir
dari jalur Sadiy dari Umar, begitu pula dari jalur Qatadah dan dari Umar dan
kedua riwayat tersebut juga munqathi' (terputus). Diketengahkan oleh Ibnu Abu
Hatim, dari jalur lain, dari Abdurrahman bin Abu Lailay bahwa seorang Yahudi
menemui Umar bin Khathab, lalu katanya "Sesungguhnya Jibril yang
disebutkan oleh sahabatmu itu adalah musuh kami." Maka jawab Umar, "Barang
siapa yang menjadi musuh Allah, musuh malaikat-malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya,
Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah menjadi musuhnya." Katanya,
"Maka ayat ini turun mengikuti gaya bahasa Umar." Demikianlah
jalur-jalur ini, sebagian menguatkan lainnya, bahkan Ibnu Jarir menyampaikan
adanya ijmak bahwa demikian itulah yang menjadi Asbabun Nuzul.
|
||
098. (Barang siapa yang menjadi musuh
Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya dan Jibril) ada yang membaca
Jibriil ada pula yang membaca Jabriil atau Jabrail (dan Mikail) diathaf atau
dihubungkan kepada malaikat dari jenis mengathafkan yang khas kepada yang
umum. Ada pula yang membaca Mikail yaitu dengan hamzah serta ya dan ada pula
Mikail dengan tambahan hamzah saja, (maka sesungguhnya Allah menjadi musuh
bagi orang-orang yang kafir"). Orang itu ditempatkan pada suatu posisi
untuk menyatakan keadaannya.
|
||
Dan sesungguhnya Kami
telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar
kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik. (99)
|
وَلَقَدۡ أَنزَلۡنَآ
إِلَيۡكَ ءَايَـٰتِۭ بَيِّنَـٰتٍ۬ۖ وَمَا يَكۡفُرُ بِهَآ إِلَّا
ٱلۡفَـٰسِقُونَ (٩٩)
|
|
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim dari jalur Said atau
Ikrimah, dari Ibnu Abbas, katanya, Ibnu Shuriya mengatakan kepada Nabi saw.,
"Hai Muhammad! Tidak suatu pun yang kamu bawa itu yang kami kenali dan
tidak suatu ayat yang jelas pun yang diturunkan Allah kepadamu!" Maka
Allah pun menurunkan mengenai hal itu, "Dan sungguhnya telah kami
turunkan kepadamu ayat
|
||
099. (Dan sungguh, telah kami turunkan
kepadamu) hai Muhammad (ayat-ayat yang jelas) atau terang, menjadi 'hal'
sebagai sanggahan terhadap ucapan Ibnu Shuriya yang mengatakan kepada Nabi
saw., "Kamu datang kepada kami tanpa membawa sesuatu apa pun!" (Dan
tak ada yang ingkar kepadanya kecuali orang-orang yang fasik)
|
||
Patutkah [mereka
ingkar kepada ayat-ayat Allah], dan setiap kali mereka mengikat janji,
segolongan mereka melemparkannya? Bahkan sebahagian besar dari mereka tidak
beriman. (100)
|
أَوَڪُلَّمَا
عَـٰهَدُواْ عَهۡدً۬ا نَّبَذَهُ ۥ فَرِيقٌ۬ مِّنۡهُمۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ
لَا يُؤۡمِنُونَ (١٠٠)
|
|
SEBAB TURUNNYA AYAT: Malik Ibnu Shaif (seorang Yahudi) mengatakan ketika
Nabi saw. dibangkitkan lalu menyebutkan perjanjian
|
||
100. (Patutkah) mereka ingkar kepadanya
(dan setiap mereka menjanjikan) kepada Allah (suatu janji) akan beriman
kepada nabi jika telah dibangkitkan atau menjanjikan kepada nabi tidak akan
membantu orang-orang yang musyrik untuk menentangnya (melemparkannya) yakni
menjauhkannya (segolongan di antara mereka) yaitu dengan cara melanggarnya.
Kalimat ini merupakan jawab dari 'kullamaa' atau setiap dan yang menjadi
pertanyaan serta sanggahan (bahkan) lebih dari itu lagi (sebagian besar dari
mereka tidak beriman).
|
||
Dan setelah datang
kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa [kitab] yang
ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi Kitab [Taurat]
melemparkan Kitab Allah ke belakang [punggung]nya seolah-olah mereka tidak
mengetahui [bahwa itu adalah Kitab Allah]. (101)
|
وَلَمَّا جَآءَهُمۡ
رَسُولٌ۬ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٌ۬ لِّمَا مَعَهُمۡ نَبَذَ فَرِيقٌ۬ مِّنَ
ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَـٰبَ ڪِتَـٰبَ ٱللَّهِ وَرَآءَ ظُهُورِهِمۡ
كَأَنَّهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ (١٠١)
|
|
101. (Dan tatkala datang kepada mereka seorang rasul dari sisi
Allah) yakni Muhammad saw. (yang membenarkan kitab yang ada pada mereka,
sebagian dari orang-orang yang diberi kitab melemparkan kitab Allah) yakni
Taurat (ke belakang punggung mereka) artinya mereka tidak mau mengamalkan
isinya berupa keimanan kepada rasul dan lain-lain (seolah-olah mereka tidak
mengetahui) akan isinya bahwa beliau adalah nabi yang sebenarnya atau bahwa
Taurat itu adalah kitab Allah.
|
||
Dan mereka mengikuti
apa [76]
yang dibaca oleh syaitan-syaitan [77] pada masa kerajaan Sulaiman [dan mereka mengatakan bahwa
Sulaiman itu mengerjakan sihir], padahal Sulaiman tidak kafir [tidak
mengerjakan sihir], hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir [mengerjakan
sihir]. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan
kepada dua orang malaikat [78] di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak
mengajarkan [sesuatu] kepada seorangpun sebelum mengatakan:
"Sesungguhnya kami hanya cobaan [bagimu], sebab itu janganlah kamu
kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang [suami] dengan isterinya. [79] Dan mereka itu [ahli
sihir] tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali
dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat
kepadanya dan tidak memberi manfa’at. Demi, sesungguhnya mereka telah
meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya [kitab Allah] dengan sihir itu,
tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (102)
|
وَٱتَّبَعُواْ مَا
تَتۡلُواْ ٱلشَّيَـٰطِينُ عَلَىٰ مُلۡكِ سُلَيۡمَـٰنَۖ وَمَا ڪَفَرَ
سُلَيۡمَـٰنُ وَلَـٰكِنَّ ٱلشَّيَـٰطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ
ٱلسِّحۡرَ وَمَآ أُنزِلَ عَلَى ٱلۡمَلَڪَيۡنِ بِبَابِلَ هَـٰرُوتَ وَمَـٰرُوتَۚ
وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنۡ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَآ إِنَّمَا نَحۡنُ فِتۡنَةٌ۬
فَلَا تَكۡفُرۡۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنۡهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦ بَيۡنَ
ٱلۡمَرۡءِ وَزَوۡجِهِۦۚ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِۦ مِنۡ أَحَدٍ إِلَّا
بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمۡ وَلَا يَنفَعُهُمۡۚ
وَلَقَدۡ عَلِمُواْ لَمَنِ ٱشۡتَرَٮٰهُ
مَا لَهُ ۥ فِى ٱلۡأَخِرَةِ مِنۡ خَلَـٰقٍ۬ۚ وَلَبِئۡسَ مَا شَرَوۡاْ
بِهِۦۤ أَنفُسَهُمۡۚ لَوۡ ڪَانُواْ يَعۡلَمُونَ (١٠٢)
|
|
[76] Maksudnya:
kitab-kitab sihir.
[77]
Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman
menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
[78] Para mufassirin berlainan pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang malaikat itu. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti Malaikat. [79] Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu
Jarir, dari Syahr bin Hausyab, katanya, "Orang-orang Yahudi berkata,
'Lihatlah Muhammad, dicampurnya yang hak dengan yang batil, disebutkannya
Sulaiman dengan para nabi! Bukankah dia seorang ahli sihir yang dapat
mengendarai angin?' Maka Allah swt. pun menurunkan, 'Dan mereka mengikuti apa
yang dibaca oleh setan-setan...' sampai akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah
102). Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari Abul Aliyah, bahwa orang-orang
Yahudi sering menanyakan kepada Nabi saw. tentang beberapa persoalan dalam
Taurat dan tidak satu pun yang mereka tanyakan mengenai hal itu, melainkan
Allah menurunkan jawabannya dan mematahkan keterangan-keterangan mereka.
Tatkala mereka melihat demikian, mereka berkata, "Orang ini lebih tahu
tentang apa yang diturunkan kepada kita dari kita sendiri." Mereka juga
menanyakan kepadanya tentang sihir berdebat dengannya dalam hal ini. Maka Allah
pun menurunkan, "Dan mereka mengikuti apa yang telah dibaca oleh
setan-setan." (Q.S. Al-Baqarah 102)
|
||
102. (Dan mereka mengikuti) diathafkan
pada 'nabadza' (apa yang dibaca) dulu (oleh setan-setan pada) masa (kerajaan
Sulaiman) berupa buku-buku sihir yang mereka pendam di bawah singgasananya
ketika kerajaannya runtuh. Atau mungkin juga setan-setan itu mencari dengar
lalu mencampurkan ke buku-buku itu kebohongan-kebohongan dan memberikannya
kepada tukang-tukang tenung yang membukukannya sehingga tersebar berita bahwa
jin mengajarkan hal-hal gaib. Sulaiman pun mengumpulkan buku-buku itu lalu
menguburkannya. Tatkala ia mangkat, setan-setan pun menunjukkannya kepada
manusia dan ketika mereka bongkar ternyata di dalamnya ada ilmu sihir. Kata
mereka, "Kerajaan kamu berdirinya adalah dengan ini!" Lalu mereka
pelajari ilmu sihir itu dan mereka tolak buku-buku nabi-nabi mereka. Ketika
orang-orang Yahudi mengatakan, "Lihat itu Muhammad, disebutkannya
Sulaiman itu seorang nabi, padahal ia tidak lebih dari seorang tukang
sihir", maka Allah pun berfirman untuk membuktikan kebenaran Sulaiman
dan menyangkal orang-orang Yahudi itu, (padahal Sulaiman tidaklah kafir)
maksudnya ia tidak melakukan sihir, sebab sihir adalah perbuatan kafir
(hanya) ada yang membaca 'lakinna' dan ada yang membaca 'lakin'
(setan-setanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia). Kalimat
ini menjadi hal bagi kata ganti yang terdapat pada 'kafaruu' (dan)
mengajarkan pula kepada mereka (apa yang diturunkan kepada dua malaikat)
artinya ilmu sihir yang diilhamkan kepada mereka. Ada pula yang membaca
'al-malikain' dengan lam berbaris bawah sehingga berarti dua orang raja,
yaitu yang berada (di Babilon) suatu negeri di tanah subur Irak. (Harut dan
Marut) merupakan 'badal' atau nama dan kata ganti dari kedua malaikat itu,
atau athaf bayan, artinya hubungan yang memberi penjelasan. Menurut Ibnu Abbas,
kedua mereka itu adalah tukang sihir yang mengajarkan ilmu sihir dan ada pula
yang mengatakan bahwa mereka adalah dua orang malaikat yang sengaja
diturunkan Allah untuk menyebarkannya sebagai ujian dari Allah terhadap umat
manusia. (Sedangkan keduanya tidaklah mengajarkan kepada) 'min' merupakan
tambahan (seorang pun sebelum mengatakan) atau menyampaikan nasihat lebih
dahulu ("Sesungguhnya kami ini hanya cobaan) ujian dari Allah terhadap
manusia dengan mengajarkannya, siapa yang mempelajarinya, ia jatuh kafir dan
siapa yang meninggalkannya ia mukmin, (sebab itu janganlah kamu kafir!")
Jika ia masih mendesak untuk mempelajarinya barulah mereka mengajarkannya.
(Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dapat menceraikan
antara seorang laki-laki dengan istrinya) misalnya dengan membangkitkan marah
dan kebencian satu pihak terhadap lainnya. (Dan tidaklah mereka) yakni
ahli-ahli sihir itu (dapat memberi mudarat dengannya) maksudnya dengan ilmu
sihir itu (dari) 'min' di sini hanya sebagai tambahan (kepada seorang pun
kecuali dengan izin Allah) atau kehendak-Nya (Dan mereka pelajari apa yang
memberi mudarat kepada mereka), yakni di akhirat (dan yang tidak memberi
manfaat) yakni sihir. (Dan sesungguhnya) 'lam' menunjukkan sumpah (mereka
sebenarnya tahu) yakni orang-orang Yahudi itu sebenarnya yakin (bahwa barang
siapa) 'lam' merupakan lam ibtida yang menghubungkan dengan kalimat
sebelumnya, sedangkan 'man' isim maushul (yang menukarnya) atau menggantinya
(sihir) dengan Kitabullah, (tiadalah baginya bagian di akhirat) atau
keberuntungan dalam surga, (dan amat buruklah sesuatu) maksudnya perbuatan
mereka (menjual) menukarkan (diri mereka dengannya) yakni menjual
kebahagiaannya di akhirat dengan mempelajari sihir karena telah pasti akan
menjerumuskan mereka ke dalam neraka, (seandainya mereka menyadarinya) jika
mereka benar-benar tahu atau menyadari hakikat siksaan yang akan mereka
jalani di akhirat kelak, niscaya mereka tidak mau mempelajarinya.
|
||
Sesungguhnya kalau
mereka beriman dan bertakwa, [niscaya mereka akan mendapat pahala], dan
sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka
mengetahui. (103)
|
وَلَوۡ أَنَّهُمۡ
ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَمَثُوبَةٌ۬ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ خَيۡرٌ۬ۖ لَّوۡ
كَانُواْ يَعۡلَمُونَ (١٠٣)
|
|
103. (Dan seandainya mereka) orang-orang Yahudi (beriman)
terhadap Nabi dan Alquran (dan menjaga diri mereka) dari siksa Allah dengan
meninggalkan maksiat, seperti sihir. Jawaban dari 'lau' ini dibuang. Atau
tentulah mereka akan diberi pahala. Hal ini ditunjukkan oleh (maka
sesungguhnya pahala) 'matsuubatun' menjadi mubtada, sedangkan 'lam'
menunjukkan sumpah (di sisi Allah itu lebih baik) 'khairun' menjadi khabar,
artinya 'lebih baik' yakni lebih baik dari hasil penjualan diri mereka itu
(seandainya mereka mengetahuinya) seandainya mereka tahu bahwa pahala itu
lebih baik, tentulah mereka tak akan mementingkan yang lain darinya.
|
||
Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu katakan [kepada Muhammad]: "Raa`ina",
tetapi katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". Dan bagi
orang-orang kafir siksaan yang pedih [80]. (104)
|
يَـٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَقُولُواْ رَٲعِنَا وَقُولُواْ ٱنظُرۡنَا
وَٱسۡمَعُواْۗ وَلِلۡڪَـٰفِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ۬ (١٠٤)
|
|
[80]
"Raa 'ina" berarti: sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. Di
kala para sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun
memakai kata ini dengan digumam seakan-akan menyebut "Raa'ina"
padahal yang mereka katakan ialah 'Ru'uunah" yang berarti kebodohan yang
sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh
supaya sahabat-sahabat menukar perkataan "Raa'ina' dengan
"Unzhurna" yang juga sama artinya dengan "Raa'ina'.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu
Mundzir, dari Sadiy, katanya, "Ada dua orang Yahudi, yaitu Malik bin
Shaif dan Rifa`ah bin Zaid, jika mereka bertemu dengan Nabi saw. dan
melawannya berbicara, mereka mengatakan kepadanya, 'Raa`ina dan seterusnya.'
Menurut dugaan kaum muslimin, ini adalah perkataan yang biasa diucapkan oleh
Ahli Kitab untuk menghormati nabi-nabi mereka, sehingga mereka pun
mengucapkan pula kepada Nabi saw. Maka Allah swt. pun menurunkan, 'Hai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu katakan 'raa`naa', tapi katakanlah!
'unzhurnaa', dan hendaklah kamu dengarkan!" Dikeluarkan oleh Abu Na`im
dalam kitab Dalail, dari jalur Sadiyush Shaghir dari Al-Kalbiy, dari Abu
Shalih, dari Ibnu Abbas, katanya, "Dalam bahasa orang-orang Yahudi,
raa`ina itu berarti makian keji. Tatkala mereka mendengar kawan-kawan mereka
mengucapkannya, mereka pun menggalakkan pemakaiannya, di antara sesama
mereka. Maka turunlah ayat tersebut, dan kebetulan Saad bin Muaz mendengar
ucapan itu dari mulut orang-orang Yahudi, maka katanya kepada mereka, 'Hai
musuh-musuh Allah! Sekiranya aku mendengar ucapan itu dari mulut salah
seorang kamu setelah pertemuan ini, maka akan aku tebas batang
lehernya!'" Diketengahkan oleh Ibnu Jarir dari Dhahhak, katanya,
"Seseorang mengatakan ari'ni sam`aka', maka turunlah ayat ini."
Diketengahkan pula dari Athiyyah, katanya, "Segolongan orang Yahudi
mengatakan ari'na sam`aka, hingga beberapa orang kaum Muslimin mengucapkannya
pula. Allah tidak menyukainya, maka turunlah ayat ini." Diketengahkan
pula dari Qatadah, katanya, "Mereka biasa mengatakan raa'inaa sam'aka.
Maka datanglah orang-orang Yahudi, lalu mengatakan pula seperti itu, hingga
turunlah ayat." Diketengahkan pula dari Atha', katanya, "Ucapan itu
merupakan ungkapan orang-orang Ansar di masa jahiliah, maka turunlah
ayat." Diketengahkan pula dari Abu Aliyah, katanya, "Orang-orang
Arab itu, jika mereka berbicara sesama mereka, maka salah seorang mereka
biasa mengatakan kepada sahabatnya, 'Ari'ki sam`aka'. Maka mereka pun
dilarang mengucapkan demikian."
|
||
104. (Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu katakan) kepada Nabi (raa`inaa) artinya perhatikanlah kami;
'raa'inaa' diambil dari kata 'muraa`ah', tetapi orang-orang Yahudi biasa
mengatakan 'raa`unah' yang dalam bahasa mereka berarti 'teramat bodoh'
sebagai ejekan kepada Nabi, maka orang-orang mukmin dilarang mengucapkan
kata-kata itu, (dan katakanlah) yakni sebagai gantinya, (unzhurnaa) artinya
lihatlah kami; (dan dengarlah olehmu) apa-apa yang dititahkan dengan
kesediaan untuk mematuhinya (dan bagi orang-orang kafir disediakan siksaan
pedih) yang menyakitkan sekali, yaitu neraka.
|
||
Orang-orang kafir dari
Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu
kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yang
dikehendaki-Nya [untuk diberi] rahmat-Nya [kenabian]; dan Allah mempunyai
karunia yang besar. (105)
|
مَّا يَوَدُّ ٱلَّذِينَ
كَفَرُواْ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَـٰبِ وَلَا ٱلۡمُشۡرِكِينَ أَن يُنَزَّلَ
عَلَيۡڪُم مِّنۡ خَيۡرٍ۬ مِّن رَّبِّڪُمۡۗ وَٱللَّهُ يَخۡتَصُّ بِرَحۡمَتِهِۦ
مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ (١٠٥) ۞
|
|
105. (Orang-orang kafir dan golongan Ahli Kitab dan
orang-orang musyrik tidak menginginkan) orang-orang musyrik di sini ialah
dari kalangan Arab, dihubungkan kepada Ahli Kitab, sedangkan 'min' atau
'dari' untuk penjelasan (diturunkannya kebaikan kepadamu) 'min' di sini hanya
sebagai tambahan; sedangkan 'kebaikan' maksudnya ialah wahyu, (dari Tuhan)
disebabkan iri hati atau dengki kepadamu. (Sedangkan Allah menentukan
rahmat-Nya) atau kenabian-Nya (kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah
mempunyai karunia yang maha besar).
|
||
Ayat mana saja [81] yang Kami nasakhkan,
atau Kami jadikan [manusia] lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik
daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (106)
|
مَا نَنسَخۡ مِنۡ
ءَايَةٍ أَوۡ نُنسِهَا نَأۡتِ بِخَيۡرٍ۬ مِّنۡہَآ أَوۡ مِثۡلِهَآۗ أَلَمۡ
تَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ (١٠٦)
|
|
[81] Para
mufassirin berlainan pendapat tentang arti "ayat", ada yang
mengartikan ayat Al-Qur'an, dan ada yang mengartikan mu'jizat.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan pula oleh
Ibnu Abu Hatim, dari jalur Ikrimah, dari Ibnu Abbas, katanya,
"Adakalanya wahyu turun kepada Nabi saw. di waktu malam, lalu Nabi lupa
di waktu siang. Maka Allah pun menurunkan, 'Apa saja ayat yang Kami hapuskan
sampai akhir ayat.'" (Q.S. Al-Baqarah 106)
|
||
106. Tatkala orang-orang kafir mengecam
tentang nasakh/penghapusan atau pergantian hukum dan menuduh bahwa Muhammad
menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengerjakan sesuatu pada hari ini lalu
melarangnya esok, maka turunlah ayat, (Apa saja) disebut 'syarthiyah' yang
membutuhkan jawaban (ayat yang Kami hapus) baik hukumnya itu pada mulanya
turun bersama lafalnya atau tidak dan menurut satu qiraat 'nunsikh', artinya
Kami titah kamu atau Jibril untuk menghapusnya (atau Kami tangguhkan) Kami
undurkan sehingga hukumnya tidak turun dan bacaannya Kami tangguhkan di
Lohmahfuz. Menurut satu qiraat tanpa hamzah, berasal dari kata-kata 'nisyaan'
artinya 'lupa', sehingga artinya ialah Kami kikis atau hapus dari dalam
kalbumu sehingga kamu melupakannya. Jawab syaratnya ialah (Kami datangkan
yang lebih baik daripadanya) artinya lebih menguntungkan bagi hamba, baik
dalam kemudahannya maupun dalam besar pahalanya (atau yang sebanding
dengannya) dalam beban yang harus dipikul atau dalam ganjarannya. (Tidakkah
kamu ketahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?)
Termasuk dalam kekuasaan-Nya itu nasakh, yaitu menghapus hukum dan
mengubahnya, dan mengenai pertanyaan di sini maksudnya ialah untuk
mengukuhkan.
|
||
Tiadakah kamu
mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan tiada
bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong. (107)
|
أَلَمۡ تَعۡلَمۡ أَنَّ
ٱللَّهَ لَهُ ۥ مُلۡكُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِۗ وَمَا لَڪُم مِّن
دُونِ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ۬ وَلَا نَصِيرٍ (١٠٧)
|
|
107. (Tidakkah kamu ketahui bahwa milik Allahlah kerajaan
langit dan bumi) sehingga Dia dapat berbuat terhadap keduanya menurut yang
dikehendaki-Nya. (Dan tiada bagimu selain Allah) (dari) hanya sebagai
tambahan (seorang wali) seorang pelindung yang akan melindungimu (dan tidak
pula seorang pembela) yang akan menghindarkan siksaan jika datang menimpa.
|
||
Apakah kamu
menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta
kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan
kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus.
(108)
|
أَمۡ تُرِيدُونَ أَن
تَسۡـَٔلُواْ رَسُولَكُمۡ كَمَا سُٮِٕلَ
مُوسَىٰ مِن قَبۡلُۗ وَمَن يَتَبَدَّلِ ٱلۡڪُفۡرَ بِٱلۡإِيمَـٰنِ فَقَدۡ ضَلَّ
سَوَآءَ ٱلسَّبِيلِ (١٠٨)
|
|
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur Said
atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, katanya: Berkata Rafi` bin Huraimalah dan
Wahab bin Zaid kepada Rasulullah saw., "Hai Muhammad! Datangkanlah
kepada kami suatu Kitab yang kamu turunkan dari langit dan dapat kami baca,
atau pancarkanlah bagi kami anak
|
||
108. Tatkala warga Mekah meminta kepada
Nabi saw. agar kota mereka diperluas dan bukit Shafa dijadikan sebuah bukit
emas turunlah, (Atau) apakah (kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasulmu
seperti yang diminta kepada Musa) maksudnya kaum Nabi Musa telah meminta
kepadanya (dulu) seperti kata mereka, "Perlihatkanlah Allah kepada kami
secara nyata!" Dan lain-lain. (Dan barang siapa yang menukar iman dengan
kekafiran) artinya mengambil kekafiran sebagai ganti keimanan disebabkan
tidak mau memperhatikan ayat-ayat yang jelas dan lebih memilih yang lainnya
(maka sungguh ia telah sesat dari jalan yang benar) 'sawa' asalnya 'wasath',
artinya pertengahan.
|
||
Sebahagian besar Ahli
Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran
setelah kamu beriman, karena dengki yang [timbul] dari diri mereka sendiri,
setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka,
sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. [82]
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu. (109)
|
وَدَّ ڪَثِيرٌ۬ مِّنۡ
أَهۡلِ ٱلۡكِتَـٰبِ لَوۡ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعۡدِ إِيمَـٰنِكُمۡ كُفَّارًا
حَسَدً۬ا مِّنۡ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلۡحَقُّۖ
فَٱعۡفُواْ وَٱصۡفَحُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِىَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۤۗ إِنَّ ٱللَّهَ
عَلَىٰ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬ (١٠٩)
|
|
[82]
Maksudnya: keizinan memerangi dan mengusir orang Yahudi.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Huyay bin Akhthab dan
Abu Yasir bin Akhthab adalah dua orang Yahudi yang paling dengki dan sakit
hati kepada orang Arab, karena mereka diistimewakan Allah dengan Rasul-Nya.
Kedua orang ini berusaha keras sekuat tenaga mereka untuk mengeluarkan
manusia dari agama Islam, hingga Allah pun menurunkan tentang mereka,
"Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan..." sampai akhir ayat.
(Q.S. Al-Baqarah 109)
|
||
109. (Sebagian besar Ahli Kitab
menginginkan agar) 'lau' atau 'agar' mashdariyah, artinya melebur kalimat sesudahnya
menjadi mashdar (mereka dapat mengembalikan kamu pada kekafiran setelah kamu
beriman disebabkan kedengkian) 'maf`ul lah' menunjukkan motif dari keinginan
mereka itu (dari diri mereka sendiri) maksudnya timbul dan didorong oleh jiwa
mereka yang kotor (setelah nyata bagi mereka) dalam Taurat (kebenaran)
mengenai diri Nabi. (Maka biarkanlah mereka) tinggalkan (dan berpalinglah)
tak usah dilayani mereka itu, (sampai Allah mendatangkan perintah-Nya)
tentang mereka dengan menyuruh memerangi mereka. (Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu).
|
||
Dan dirikanlah shalat
dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu,
tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (110)
|
وَأَقِيمُواْ
ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّڪَوٰةَۚ وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ
خَيۡرٍ۬ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ۬ (١١٠)
|
|
110. (Dan dirikanlah salat serta bayarkanlah zakat dan apa-apa
yang kamu persembahkan buat dirimu berupa kebaikan) artinya ketaatan seperti
sedekah dan menghubungkan silaturahmi, (tentulah kamu akan mendapatinya)
maksudnya pahalanya (di sisi Allah, sesungguhnya Allah Maha Melihat akan
apa-apa yang kamu kerjakan) sehingga kamu akan menerima balasan daripadanya.
|
||
Dan mereka [Yahudi dan
Nasrani] berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali
orang-orang [yang beragama] Yahudi atau Nasrani". Demikian itu [hanya]
angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti
kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar". (111)
|
وَقَالُواْ لَن
يَدۡخُلَ ٱلۡجَنَّةَ إِلَّا مَن كَانَ هُودًا أَوۡ نَصَـٰرَىٰۗ تِلۡكَ
أَمَانِيُّهُمۡۗ قُلۡ هَاتُواْ بُرۡهَـٰنَڪُمۡ إِن ڪُنتُمۡ صَـٰدِقِينَ (١١١)
|
|
111. (Dan mereka, orang-orang Yahudi dan Kristen, mengatakan,
"Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang beragama
Yahudi atau Kristen.") Ucapan ini dikeluarkan oleh orang-orang Yahudi
Madinah dan Kristen Najran tatkala mereka berbantahan di hadapan Nabi saw.
Kata Yahudi, "Hanya orang Yahudilah yang akan masuk ke dalamnya."
Orang Kristen menjawab, "Surga itu tidak akan dimasuki, kecuali oleh
orang Kristen." (Demikianlah itu) yakni ucapan mereka itu (hanyalah
angan-angan mereka saja) artinya keinginan kosong belaka. (Katakanlah) kepada
mereka, (Tunjukkanlah bukti kebenaranmu) yaitu hujah atas yang demikian itu
(jika kamu orang yang benar) mengenai hal tersebut.
|
||
[Tidak demikian]
bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat
kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak [pula] mereka bersedih hati. (112)
|
بَلَىٰ مَنۡ أَسۡلَمَ
وَجۡهَهُ ۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٌ۬ فَلَهُ ۥۤ أَجۡرُهُ ۥ عِندَ
رَبِّهِۦ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ (١١٢)
|
|
112. (Tidak demikian) bahkan yang akan masuk surga itu ialah
selain mereka (barang siapa yang menyerahkan wajahnya kepada Allah) maksudnya
tunduk pada perintah-Nya. Ditekankan menyerahkan 'wajah' atau 'muka' karena
merupakan anggota tubuh yang paling mulia, maka anggota tubuh yang lainnya
harus lebih tunduk lagi (sedangkan ia berbuat kebaikan) terutama bertauhid,
(maka baginya pahala di sisi Tuhannya) artinya sebagai ganjaran amal
perbuatannya itu ialah surga. (Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak pula mereka akan berduka cita) yakni di akhirat kelak.
|
||
Dan orang-orang Yahudi
berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan",
dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai
sesuatu pegangan," padahal mereka [sama-sama] membaca Al Kitab. Demikian
pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu.
Maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa
yang mereka berselisih padanya. (113)
|
وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ
لَيۡسَتِ ٱلنَّصَـٰرَىٰ عَلَىٰ شَىۡءٍ۬ وَقَالَتِ ٱلنَّصَـٰرَىٰ لَيۡسَتِ
ٱلۡيَهُودُ عَلَىٰ شَىۡءٍ۬ وَهُمۡ يَتۡلُونَ ٱلۡكِتَـٰبَۗ كَذَٲلِكَ قَالَ
ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ مِثۡلَ قَوۡلِهِمۡۚ فَٱللَّهُ يَحۡكُمُ بَيۡنَهُمۡ
يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ فِيمَا كَانُواْ فِيهِ يَخۡتَلِفُونَ (١١٣)
|
|
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur Said
atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, katanya, "Tatkala orang
|
||
113. (Dan orang-orang Yahudi berkata, "Orang-orang
Nasrani tidak mempunyai sesuatu pegangan") yakni sesuatu yang dapat
diakui di samping mereka tidak pula beriman kepada Isa. (Sebaliknya
orang-orang Nasrani mengatakan, "Orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu
pegangan,") yang dapat dipercaya dan mereka kafir pula kepada Nabi Musa
(padahal mereka) kedua golongan tersebut (sama-sama membaca Alkitab) yang
diturunkan kepada mereka. Di dalam kitab suci orang Yahudi terdapat
pengukuhan terhadap Nabi Isa dan dalam kitab suci orang Kristen terdapat pengukuhan
terhadap Nabi Musa. Kalimat yang belakangan ini menjadi 'hal'. (Demikian
pula) maksudnya seperti yang mereka katakan itu (dikatakan oleh orang-orang
yang tidak mengetahui) yakni orang-orang musyrik dari golongan Arab dan
lainnya (seperti ucapan mereka itu) penjelasan bagi makna 'demikian pula',
artinya kepada setiap penganut agama lain, mereka katakan bahwa mereka tidak
mempunyai dasar atau pedoman. (Maka Allah akan mengadili di antara mereka
pada hari kiamat mengenai apa yang mereka persengketakan itu) yakni tentang
urusan agama, sehingga semua pihak yang membenarkannya akan masuk surga dan
sebaliknya orang yang menyangkalnya akan masuk neraka.
|
||
Dan siapakah yang
lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam
masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak
sepatutnya masuk ke dalamnya [masjid Allah], kecuali dengan rasa takut
[kepada Allah]. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat
siksa yang berat. (114)
|
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن
مَّنَعَ مَسَـٰجِدَ ٱللَّهِ أَن يُذۡكَرَ فِيہَا ٱسۡمُهُ ۥ وَسَعَىٰ فِى
خَرَابِهَآۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ
مَا كَانَ لَهُمۡ أَن يَدۡخُلُوهَآ إِلَّا خَآٮِٕفِينَۚ
لَهُمۡ فِى ٱلدُّنۡيَا خِزۡىٌ۬ وَلَهُمۡ فِى ٱلۡأَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬ (١١٤)
|
|
SEBAB TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim, dari jalur yang
telah disebutkan bahwa orang
|
||
114. (Dan siapakah yang melarang menyebut
nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya) misalnya salat dan bertasbih (dan
berusaha untuk merobohkannya) baik dengan jalan meruntuhkan mesjid itu maupun
dengan menggagalkan orang untuk mengunjungi dan memasukinya. Ayat ini turun
menceritakan perbuatan orang-orang Romawi yang telah merobohkan Baitulmakdis
atau orang-orang musyrik Mekah yang menghalang-halangi Nabi saw. ketika mengunjungi
Baitullah pada tahun perjanjian Hudaibiah. (Mereka itu tidak sepatutnya
memasukinya kecuali dengan rasa takut). Kalimat ini kalimat berita dengan
arti perintah, artinya ancamlah mereka itu dengan jihad, sehingga tidak
seorang pun masuk ke dalamnya dengan rasa aman. (Mereka di dunia mendapat
kehinaan) atau kenistaan disebabkan terbunuh, ditawan atau membayar upeti
(dan di akhirat mereka mendapat siksa yang besar) neraka.
|
||
Dan kepunyaan
Allah-lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah
Allah. [83] Sesungguhnya
Allah Maha Luas [rahmat-Nya] lagi Maha Mengetahui. (115)
|
وَلِلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ
وَٱلۡمَغۡرِبُۚ فَأَيۡنَمَا تُوَلُّواْ فَثَمَّ وَجۡهُ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ
وَٲسِعٌ عَلِيمٌ۬ (١١٥)
|
|
[83]
'Disitulah wajah Allah' maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam;
sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena
ia selalu berhadapan dengan Allah.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh
Muslim, Tirmizi, dan Nasai dari Ibnu Umar, katanya, "Nabi saw. biasa
salat sunah di atas kendaraannya ke mana saja ia menghadap, sewaktu beliau
kembali dari Mekah ke Madinah. Kemudian Ibnu Umar membaca, 'Dan milik Allah
lah timur dan barat,' seraya berkata, 'Mengenai hal itulah ayat ini
diturunkan.'" Diketengahkan pula oleh Hakim, katanya, diturunkan ayat,
"...maka ke mana saja kamu menghadap, di sanalah Zat Allah," (Q.S.
Al-Baqarah 115) Anda dapat melakukan salat sunat di atas kendaraan Anda ke
mana saja ia menghadap. Ia berkata, "Hadis ini sah menurut syarat
Muslim." Inilah yang paling sah isnadnya mengenai ayat tersebut, bahkan
dijadikan pegangan oleh suatu golongan. Tetapi padanya tidak ada ketegasan
menyebutkan sebab, hanya dikatakannya bahwa ayat itu turun mengenai soal ini,
dan hal itu telah kita bicarakan dulu. Di samping itu ada pula kita temui
riwayat yang menyatakan asbabun nuzulnya secara tegas, misalnya yang
diketengahkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim, dari jalur Ali bin Abu
Thalhah dari Ibnu Abbas, bahwa tatkala Rasulullah saw. hijrah ke Madinah,
beliau diperintahkan Allah untuk menghadap ke Baitulmakdis hingga orang-orang
Yahudi gembira. Beberapa belas bulan lamanya Nabi menghadap ke Baitulmakdis,
walau sebenarnya ia lebih menyukai kiblat Nabi Ibrahim. Ia selalu memohon
kepada Allah dan menengadahkan mukanya ke langit, maka Allah pun menurunkan,
"Maka palingkanlah mukamu ke arahnya." (Q.S. Al-Baqarah 144).
Orang-orang Yahudi menjadi bingung karenanya, kata mereka, "Apa sebabnya
mereka berpaling dari kiblat mereka semula?" Maka Allah pun menurunkan
"Katakanlah! 'Dan milik Allah-lah timur dan barat', dan firman-Nya,
'maka ke mana saja kamu berpaling, di sanalah Zat Allah.'" (Q.S.
Al-Baqarah 115). Isnadnya kuat dan maknanya juga menunjangnya, maka ambillah
sebagai pegangan! Mengenai ayat ini, ada lagi beberapa riwayat lain yang
lemah, misalnya yang dikeluarkan oleh Tirmizi, Ibnu Majah dan Daruquthni,
dari jalur Asy`ats As-Saman, dari Ashim bin Abdullah, dan Abdullah bin Amir bin
Rabiah dari bapaknya, katanya, "Kami berada bersama Nabi saw. dalam
suatu perjalanan di malam yang gelap gulita, hingga kami tidak mengetahui
lagi arah kiblat. Maka kami melakukan salat di kendaraan masing-masing dan
tatkala hari telah pagi, kami sampaikan hal itu kepada Nabi saw., maka
turunlah, 'maka ke mana saja kamu berpaling, di sanalah Zat Allah.'"
(Q.S. Al-Baqarah 115). Menurut Tirmizi hadis ini gharib atau langka,
sedangkan Asy`ats lemah dalam meriwayatkan hadis. Diketengahkan oleh Daruquthni
dan Ibnu Murdawaih, jalur Arzami, dari Atha', dari Jabir, katanya,
"Rasulullah saw. mengirim pasukan yang aku ikut di dalamnya. Tiba-tiba
datang gelap gulita hingga kami tidak tahu arah kiblat; sebagian sahabat
mengatakan bahwa sepengetahuan mereka kiblat itu di sini yakni ke arah utara.
Mereka pun salat dan membuat jajaran garis-garis. Tetapi sebagian lagi
mengatakan bahwa kiblat itu ke arah selatan, hingga mereka pun salat dan
membuat jajaran garis-garis pula. Tatkala hari pagi dan sang matahari
menampakkan diri, ternyata bahwa garis-garis semalam tidak menghadap ke arah
kiblat. Maka tatkala kami kembali dari perjalanan dan kami tanyakan hal itu
kepada Nabi saw. Beliau diam, lalu Allah menurunkan, 'Dan milik Allahlah
timur dan barat...' sampai akhir ayat." (Q.S. Al-Baqarah 115).
Diketengahkan oleh Ibnu Murdawaih, dari jalur Al-Kalbiy, dari Abu Shalih,
dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah saw. mengirim satu ekspedisi. Tiba-tiba
mereka diselimuti kabut hingga tidak tahu arah kiblat, lalu melakukan salat.
Kemudian setelah matahari terbit, ternyata mereka salat tidak menghadap arah
kiblat. Tatkala mereka bertemu dengan Rasulullah, mereka sampaikan peristiwa
itu, dan Allah lalu menurunkan ayat ini, "Dan milik Allah-lah timur dan
barat..." sampai akhir ayat. (Q.S. Al-Baqarah 115). Diketengahkan pula
oleh Ibnu Jarir, dari Qatadah, bahwa Nabi saw. bersabda, "Seorang
saudara kamu telah meninggal dunia (maksudnya Najasyi,) maka salatkanlah
dia!" Jawab mereka, "Apakah kita akan menyalatkan seseorang yang
tidak beragama Islam?" Maka turunlah ayat, "Sesungguhnya di antara
Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah ..." sampai akhir ayat.
(Q.S. Ali Imran 199). Kata mereka, "Tetapi salatnya ke arah
kiblat." Maka Allah pun menurunkan, "Dan milik Allahlah timur dan
barat ..." sampai akhir ayat. Riwayat ini amat gharib sekali, di samping
ia mursal dan mu`dhal. Diketengahkan pula oleh Ibnu Jarir, dari Mujahid,
katanya, "Tatkala turun ayat, 'Bermohonlah kepada-Ku, niscaya Aku
kabulkan permohonanmu itu', (Q.S. Ghafir, 60) mereka bertanya, 'Ke arah
mana?' Maka turunlah ayat, 'Ke mana saja kamu menghadap di sanalah Zat
Allah!'" (Q.S. Al-Baqarah 115)
|
||
115. Ketika orang-orang Yahudi mengecam
penggantian kiblat atau tentang salat sunah di atas kendaraan selama dalam
perjalanan dengan menghadap ke arah yang dituju, turunlah ayat, (Dan milik
Allahlah timur dan barat) karena keduanya merupakan ujung dan pangkalnya,
(maka ke mana saja kamu menghadap) maksudnya menghadapkan mukamu di waktu
salat atas titah-Nya, (maka di sanalah) di arah sanalah (wajah Allah)
maksudnya kiblat yang diridai-Nya. (Sesungguhnya Allah Maha Luas) maksudnya
kemurahan-Nya meliputi segala sesuatu (lagi Maha Mengetahui) tentang
pengaturan makhluk-Nya.
|
||
Mereka [orang-orang
kafir] berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa
yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk
kepada-Nya. (116)
|
وَقَالُواْ ٱتَّخَذَ
ٱللَّهُ وَلَدً۬اۗ سُبۡحَـٰنَهُ ۥۖ بَل لَّهُ ۥ مَا فِى
ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ كُلٌّ۬ لَّهُ ۥ قَـٰنِتُونَ (١١٦)
|
|
116. (Dan mereka berkata) dengan wau atau tanpa wau, maksudnya
orang-orang Yahudi dan Kristen serta orang-orang yang mengakui bahwa
malaikat-malaikat itu anak-anak perempuan Allah, ('Allah mempunyai anak.')
Allah berfirman, ("Maha Suci Dia) menyucikan-Nya dari pernyataan
tersebut, (bahkan apa-apa yang ada di langit dan di bumi kepunyaan-Nya
belaka) baik sebagai hak milik, sebagai makhluk, maupun sebagai hamba.
Pemilikan itu bertentangan dengan pengambilan atau mempunyai anak. Di sini
dipakai 'maa' artinya 'apa-apa untuk yang tidak berakal' karena 'taghlib',
artinya untuk mengambil yang lebih banyak. (semua tunduk kepada-Nya.")
Artinya menaatinya, masing-masing sesuai dengan tujuan diciptakan-Nya. Di
sini lebih ditekankan kepada makhluk yang berakal.
|
||
Allah Pencipta langit
dan bumi, dan bila Dia berkehendak [untuk menciptakan] sesuatu, maka
[cukuplah] Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah
ia. (117)
|
بَدِيعُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ
وَٱلۡأَرۡضِۖ وَإِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرً۬ا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ ۥ كُن
فَيَكُونُ (١١٧)
|
|
117. (Penemu langit dan bumi) maksudnya penciptanya tanpa
meniru pada contoh-contoh yang lain (dan bila Dia berkehendak) (akan sesuatu
perkara) artinya menciptakannya (maka Dia hanya mengucapkan kepadanya,
"Jadilah kamu!" Lalu jadilah ia) artinya sesuatu itu pun
terjadilah. Menurut satu qiraat 'fayakuuna' dengan baris di atas sebagai
'jawaabul amr'.
|
||
Dan orang-orang yang
tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak [langsung] berbicara
dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian
pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka
itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin. (118)
|
وَقَالَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ
لَوۡلَا يُكَلِّمُنَا ٱللَّهُ أَوۡ تَأۡتِينَآ ءَايَةٌ۬ۗ كَذَٲلِكَ قَالَ
ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِم مِّثۡلَ قَوۡلِهِمۡۘ تَشَـٰبَهَتۡ قُلُوبُهُمۡۗ قَدۡ
بَيَّنَّا ٱلۡأَيَـٰتِ لِقَوۡمٍ۬ يُوقِنُونَ (١١٨)
|
|
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu
Jarir dan Ibnu Abu Hatim, dari jalur Said atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas,
katanya: Kata Rafi` bin Khuzaimah kepada Rasulullah saw., "Sekiranya
Anda memang seorang Rasulullah saw. sebagaimana Anda katakan, maka
sampaikanlah kepada Allah supaya Dia berbicara dengan kami agar kami dengar
pembicaraan-Nya!" Maka mengenai hal itu Allah pun menurunkan, "Dan
berkatalah orang-orang yang tidak mengetahui..." sampai akhir ayat.
(Q.S. Al-Baqarah 118).
|
||
118. (Dan berkatalah orang-orang yang tidak
mengetahui) yakni kaum kafir Mekah kepada Nabi saw., ("Mengapa Allah
tidak berbicara dengan kami) bahwa kamu adalah Rasul-Nya (atau datang kepada
kami suatu tanda) atau bukti yang kami usulkan untuk menunjukkan
kebenaranmu?" (Demikian pulalah) artinya seperti yang mereka ucapkan itu
(dikatakan kepada orang-orang yang sebelum mereka) yakni umat-umat yang kafir
terhadap nabi mereka masing-masing (seperti ucapan mereka) berupa
pembangkangan dan permintaan mukjizat-mukjizat, (hati mereka serupa) yakni dalam
kekafiran dan pembangkangan. Ini menjadi hiburan dan bujukan bagi Nabi saw.
(Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang
yakin) yang mengetahui bahwa ia adalah ayat atau tanda, sehingga mereka
beriman. Maka mengusulkan ayat atau tanda-tanda lain merupakan dosa atau
kesalahan.
|
||
Sesungguhnya Kami
telah mengutusmu [Muhammad] dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta [pertanggungjawaban]
tentang penghuni-penghuni neraka. (119)
|
إِنَّآ أَرۡسَلۡنَـٰكَ
بِٱلۡحَقِّ بَشِيرً۬ا وَنَذِيرً۬اۖ وَلَا تُسۡـَٔلُ عَنۡ أَصۡحَـٰبِ ٱلۡجَحِيمِ
(١١٩)
|
|
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Berkata Abdurrazaq,
diceritakan oleh As-Tsauri kepada kami dari Musa bin Ubaidah, dan Muhammad
bin Kaab Al-Qurathi, katanya bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Wahai
bagaimanakah kiranya nasib kedua orang tuaku?" Maka turunlah ayat,
"Sesungguhnya Kami telah mengutusmu dengan kebenaran, pembawa berita
gembira dan pembawa peringatan. Kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban
tentang penghuni-penghuni neraka." (Q.S. Al-Baqarah 119). Maka sampai
wafatnya tidak pernah lagi Nabi menyebut-nyebut kedua orang tuanya itu.
Riwayat ini mursal. Diketengahkan oleh Ibnu Jarir, dari jalur Ibnu Juraij,
katanya, disampaikan kepadaku oleh Daud bin Abu Ashim bahwa pada suatu hari
Nabi saw. bersabda, "Di manakah ibu-bapakku?" Maka turunlah ayat
tersebut. Riwayat ini juga mursal.
|
||
119. (Sesungguhnya Kami telah mengutusmu)
hai Muhammad (dengan kebenaran) maksudnya dengan petunjuk (sebagai pembawa
berita gembira) bahwa barang siapa yang memenuhinya, ia akan mendapat surga
(dan pembawa peringatan) bahwa barang siapa yang menolaknya akan masuk
neraka. (Dan kamu tidak akan dimintai pertanggungjawaban tentang
penghuni-penghuni neraka) maksudnya orang-orang kafir. Tidak menjadi soal
bagimu jika mereka tidak beriman, karena kewajibanmu hanyalah menyampaikan.
Menurut satu riwayat dibaca 'tas-al', yaitu dengan sukun atau baris mati,
menunjukkan larangan.
|
||
Orang-orang Yahudi dan
Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk [yang
benar]". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu. (120)
|
وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ
ٱلۡيَہُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَہُمۡۗ قُلۡ إِنَّ
هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَٮِٕنِ
ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِۙ مَا لَكَ
مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ۬ وَلَا نَصِيرٍ (١٢٠)
|
|
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh
Tsa`labi dari Ibnu Abbas katanya, "Orang-orang Yahudi Madinah dan Nasrani
Najran berharap agar Nabi saw. melakukan salat dengan menghadap ke kiblat
mereka. Maka tatkala Allah memalingkan ke Kakbah, mereka merasa keberatan dan
putus asa; keislaman mereka tidak dapat diharapkan lagi. Maka Allah pun
menurunkan, 'Orang-orang Yahudi dan Nasrani...' sampai akhir ayat."
(Q.S. Al-Baqarah 120).
|
||
120. (Orang-orang Yahudi dan Kristen
tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti millah mereka) maksudnya
agama mereka. (Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah) yaitu agama
Islam (itulah petunjuk) yang sesungguhnya, sedangkan yang selainnya hanyalah
kesesatan belaka. (Sesungguhnya, jika) 'lam' menunjukkan sumpah (kamu ikuti
keinginan mereka) yakni apa-apa yang mereka anjurkan (setelah datangnya
pengetahuan kepadamu) maksudnya wahyu dari Allah (maka Allah tidak lagi
menjadi pelindung) yang akan melindungimu (dan tidak pula menolong.")
yang akan menghindarkanmu dari bahaya.
|
||
Orang-orang yang telah
Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya, [84] mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar
kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (121)
|
ٱلَّذِينَ
ءَاتَيۡنَـٰهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ يَتۡلُونَهُ ۥ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦۤ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ يُؤۡمِنُونَ بِهِۦۗ وَمَن يَكۡفُرۡ بِهِۦ
فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ (١٢١)
|
|
[84]
Maksudnya: tidak merobah dan menta'wilkan Al Kitab sekehendak hatinya.
|
||
121. (Orang-orang yang telah Kami beri
Alkitab) merupakan subjek (sedangkan mereka membacanya dengan bacaan yang
sebenarnya) artinya membacanya sebagaimana diturunkan dan digabungkan dengan
kalimat ini menjadi 'hal'; 'haqqa' mendapat baris di atas sebagai mashdar
atau maf`ul muthlak, sedangkan yang menjadi khabarnya ialah, (mereka itulah
yang beriman kepadanya). Ayat ini diturunkan menceritakan segolongan orang
yang datang dari Abessinia lalu masuk Islam. (Dan barang siapa yang ingkar
terhadapnya) artinya terhadap kitab yang diturunkan itu, misalnya dengan
mengubahnya dari yang asli (maka merekalah orang-orang yang rugi) disebabkan
mereka disediakan tempat di neraka yang kekal lagi abadi.
|
||
Hai Bani Israil,
ingatlah akan ni’mat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu dan Aku telah
melebihkan kamu atas segala umat. [85] (122)
|
يَـٰبَنِىٓ
إِسۡرَٲٓءِيلَ ٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتِىَ ٱلَّتِىٓ أَنۡعَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ وَأَنِّى
فَضَّلۡتُكُمۡ عَلَى ٱلۡعَـٰلَمِينَ (١٢٢)
|
|
[85]
maksudnya; umat yang semasa dengan Bani Israil.
|
||
122. (Hai Bani Israel! Ingatlah akan
nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan sesungguhnya Aku telah
mengutamakan kamu dari segala umat). Ayat seperti ini telah kita temui di
muka.
|
||
Dan takutlah kamu
kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan [86] seseorang lain
sedikit pun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan
memberi manfa’at sesuatu syafa’at kepadanya dan tidak [pula] mereka akan
ditolong. (123)
|
وَٱتَّقُواْ يَوۡمً۬ا
لَّا تَجۡزِى نَفۡسٌ عَن نَّفۡسٍ۬ شَيۡـًٔ۬ا وَلَا يُقۡبَلُ مِنۡہَا عَدۡلٌ۬
وَلَا تَنفَعُهَا شَفَـٰعَةٌ۬ وَلَا هُمۡ يُنصَرُونَ (١٢٣) ۞
|
|
[86]
Maksudnya: dosa dan pahala seseorang tidak dapat dipindahkan kepada orang
lain. #Perjanjian dengan Nabi Ibrahim a.s.
|
||
123. (Dan takutlah kamu akan) (suatu hari
di waktu tidak dapat menggantikan) (seseorang atas orang yang lainnya)
padanya (sedikit pun dan tidak diterima suatu tebusan darinya) (dan tidak
akan memberi manfaat kepadanya suatu syafaat dan tidak pula akan ditolong)
atau dihindarkan dari azab Allah.
|
||
Dan [ingatlah], ketika
Ibrahim diuji [87] Tuhannya dengan beberapa
kalimat [perintah dan larangan], lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia".
Ibrahim berkata: "[Dan saya mohon juga] dari keturunanku". [88] Allah berfirman:
"Janji-Ku [ini] tidak mengenai orang-orang yang zalim". (124)
|
وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ
إِبۡرَٲهِـۧمَ رَبُّهُ ۥ بِكَلِمَـٰتٍ۬ فَأَتَمَّهُنَّۖ قَالَ إِنِّى
جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامً۬اۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِىۖ قَالَ لَا يَنَالُ
عَهۡدِى ٱلظَّـٰلِمِينَ (١٢٤)
|
|
[87] Ujian
terhadap Nabi Ibrahim a.s. diantaranya: membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah
dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan
lain-lain.
[88] Allah telah mengabulkan do'a Nabi ibrahim a.s., karena banyak di antara rasul-rasul itu adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s. |
||
124. (Dan) ingatlah (ketika Ibrahim
mendapat ujian) menurut satu qiraat Ibraham (dari Tuhannya dengan beberapa
kalimat) maksudnya dengan perintah dan larangan yang dibebankan kepadanya.
Ada yang mengatakan manasik atau pekerjaan haji, ada pula berkumur-kumur,
menghirup air ke hidung, menggosok gigi, memotong kumis, membelah rambut,
memotong kuku, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, berkhitan dan
istinja (lalu disempurnakannya) maksudnya dikerjakannya secara sempurna.
(Firman-Nya) yakni Allah Taala, ("Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu
sebagai imam bagi manusia.") Artinya contoh dan ikutan dalam keagamaan.
(Kata Ibrahim, "Aku mohon juga dari keturunanku!") maksudnya dari
anak cucuku dijadikan imam-imam. (Firman-Nya, "Janji-Ku ini tidak
mencapai) untuk dijadikan imam (orang-orang yang aniaya") yakni
orang-orang yang ingkar di antara mereka. Sebaliknya bagi orang yang tidak
aniaya, tidak tertutup kemungkinan untuk diangkat sebagai imam.
|
||
Dan [ingatlah], ketika
Kami menjadikan rumah itu [Baitullah] tempat berkumpul bagi manusia dan
tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim [89] tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Isma’il: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang
yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud". (125)
|
وَإِذۡ جَعَلۡنَا
ٱلۡبَيۡتَ مَثَابَةً۬ لِّلنَّاسِ وَأَمۡنً۬ا وَٱتَّخِذُواْ مِن مَّقَامِ إِبۡرَٲهِـۧمَ
مُصَلًّ۬ىۖ وَعَهِدۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٲهِـۧمَ وَإِسۡمَـٰعِيلَ أَن طَهِّرَا
بَيۡتِىَ لِلطَّآٮِٕفِينَ
وَٱلۡعَـٰكِفِينَ وَٱلرُّڪَّعِ ٱلسُّجُودِ (١٢٥)
|
|
[89] Ialah
tempat berdiri Nabi Ibrahim a.s. diwaktu membuat Ka'bah.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diriwayatkan oleh
Bukhari dan lain-lainnya dari Umar, katanya, "Jalan pikiranku sesuai
dengan kehendak Tuhanku dalam tiga perkara. Aku katakan kepada Rasulullah
saw., 'Bagaimana jika Anda ambil sebagian makam Ibrahim sebagai tempat
salat?' Maka turunlah ayat, 'Dan jadikanlah sebagian makam Ibrahim sebagai
tempat salat.' (Q.S. Al-Baqarah 125). Kata aku pula, 'Wahai Rasulullah! Yang
masuk ke tempat para istri Anda itu ialah orang baik-baik dan orang jahat.
Bagaimana kalau mereka Anda suruh memakai hijab?' Maka turunlah ayat mengenai
hijab. Kemudian istri-istri Nabi berdiri dalam satu barisan menentang beliau
disebabkan rasa cemburu. Maka aku katakan kepada mereka, 'Siapa tahu
kalau-kalau beliau menceraikan kalian, maka Tuhannya akan mengganti kalian
dengan istri-istri yang lebih baik dari kalian!' Maka turunlah pula ayat
seperti ini." Riwayat ini mempunyai jalur yang banyak, di antaranya
ialah yang dikeluarkan oleh Ibnu Hatim dan Ibnu Murdawaih, dari Jabir,
katanya, "Tatkala Nabi saw. melakukan tawaf, berkatalah Umar kepadanya,
'Bukankah ini makam bapak kita, Ibrahim?' Jawabnya, 'Memang benar.' Kata Umar
pula, 'Kenapa tidak kita jadikan tempat ini sebagai tempat salat.' Maka Allah
pun menurunkan, 'Dan jadikanlah sebagian makam Ibrahim sebagai tempat
salat!'" (Q.S. Al-Baqarah 125). Diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih,
dari jalur Amar bin Maimun, dari Umar bin Khattab, bahwa ia lewat id makam
Ibrahim, maka tanyanya, "Wahai Rasulullah! Tidakkah kita akan berdiri di
makam Ibrahim berdoa kepada Tuhan kita dan Tuhan Nabi Ibrahim?"
Jawabnya, "Benar." Kata Umar, "Bagaimana kalau kita jadikan
tempat ini sebagai tempat salat." Tidak lama kemudian turunlah,
"Dan jadikanlah sebagian makam Ibrahim sebagai tempat salat!" (Q.S.
Al-Baqarah 125). Keterangan ini dan yang sebelumnya pada lahirnya menunjukkan
bahwa ayat ini turun di waktu haji Wada.
|
||
125. (Dan ketika Kami menjadikan
Baitullah itu) yakni Kakbah (sebagai tempat kembali bagi manusia) maksudnya
tempat berkumpul dari segenap pelosok (dan tempat yang aman) maksudnya aman
dari penganiayaan dan serangan yang sering terjadi di tempat lain. Sebagai
contohnya pernah seseorang menemukan pembunuh bapaknya, tetapi ia tidak mau
membalas dendam di tempat ini, (dan jadikanlah) hai manusia (sebagian makam
Ibrahim) yakni batu tempat berdirinya Nabi Ibrahim a.s. ketika membangun
Baitullah (sebagai tempat salat) yaitu dengan mengerjakan salat sunah tawaf
di belakangnya. Menurut satu qiraat dibaca 'wattakhadzuu' yang artinya, dan
mereka menjadikan; hingga menjadi kalimat berita. (Dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Ismail) (yang bunyinya) ("Bersihkanlah rumah-Ku) dari
berhala (untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf) artinya yang bermukim di
sana (orang-orang yang rukuk dan orang-orang yang sujud!") artinya
orang-orang yang salat.
|
||
Dan [ingatlah], ketika
Ibrahim berdo’a: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa,
dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di
antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan
kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa
ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".
(126)
|
وَإِذۡ قَالَ
إِبۡرَٲهِـۧمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَـٰذَا بَلَدًا ءَامِنً۬ا وَٱرۡزُقۡ
أَهۡلَهُ ۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٲتِ مَنۡ ءَامَنَ مِنۡہُم بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ
ٱلۡأَخِرِۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ ۥ قَلِيلاً۬ ثُمَّ
أَضۡطَرُّهُ ۥۤ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ (١٢٦)
|
|
126. (Dan ketika Ibrahim berdoa, "Ya Tuhanku! Jadikanlah
ini) maksudnya tempat ini (sebagai suatu negeri yang aman). Doanya dikabulkan
Allah sehingga negeri Mekah dijadikan sebagai suatu negeri yang suci, darah
manusia tidak boleh ditumpahkan, seorang pun tidak boleh dianiaya, tidak
boleh pula diburu binatang buruannya dan dicabut rumputnya. (Dan berilah
penduduknya rezeki berupa buah-buahan) dan ini juga sudah menjadi kenyataan
dengan diangkutnya berbagai macam buah-buahan dari negeri Syam melalui
orang-orang yang hendak tawaf sekalipun tanahnya merupakan suatu tempat yang
tandus tanpa air dan tumbuh-tumbuhan (yakni yang beriman di antara mereka
kepada Allah dan hari akhir") merupakan 'badal' atau kalimat pengganti
bagi 'penduduknya' yang dikhususkan dengan doa, sesuai dengan firman-Nya,
"Dan janji-Ku ini tidaklah mencapai orang-orang yang aniaya."
(Firman Allah, "Dan) Aku beri mereka pula (orang-orang kafir lalu Aku
beri kesenangan sedikit) atau sementara, yakni selama hidup di dunia dengan
rezeki, dibaca 'fa-umatti`uhu', yakni dengan tasydid. (Kemudian Aku paksa ia)
di akhirat kelak (menjalani siksa neraka) sehingga tidak mendapatkan jalan
keluar (dan itulah seburuk-buruk tempat kembali").
|
||
Dan [ingatlah], ketika
Ibrahim meninggikan [membina] dasar-dasar Baitullah bersama Isma’il [seraya
berdo’a]: "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami [amalan kami],
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
(127)
|
وَإِذۡ يَرۡفَعُ
إِبۡرَٲهِـۧمُ ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَـٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ
مِنَّآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ (١٢٧)
|
|
127. (Dan) ingatlah (ketika Ibrahim meninggikan sendi-sendi)
dasar-dasar atau dinding-dinding (Baitullah) maksudnya membinanya yang dapat
dipahami dari kata 'meninggikan' tadi (beserta Ismail) `athaf atau
dihubungkan kepada Ibrahim sambil keduanya berdoa, ("Ya Tuhan kami!
Terimalah dari kami) amal kami membina ini, (sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar) akan permohonan kami (lagi Maha Mengetahui) akan perbuatan kami.
|
||
Ya Tuhan kami,
jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan [jadikanlah]
di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan
terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang. (128)
|
رَبَّنَا وَٱجۡعَلۡنَا
مُسۡلِمَيۡنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً۬ مُّسۡلِمَةً۬ لَّكَ وَأَرِنَا
مَنَاسِكَنَا وَتُبۡ عَلَيۡنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ (١٢٨)
|
|
128. (Ya Tuhan kami! Jadikanlah kami berdua ini orang yang
patuh) dan tunduk (kepada-Mu dan) jadikanlah pula (di antara keturunan kami)
maksudnya anak cucu kami (umat) atau golongan (yang patuh kepada-Mu). 'Min'
menyatakan 'sebagian' dan diajukan mereka demikian karena firman Allah yang
lalu, 'Dan janji-Ku ini tidak mencapai orang-orang yang aniaya.' (Dan
tunjukkanlah kepada kami) ajarkanlah kepada kami (syariat ibadah haji kami)
maksudnya cara-cara dan tempat-tempatnya (dan terimalah tobat kami,
sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang). Mereka bertobat
kepada Allah padahal mereka maksum atau terpelihara dari dosa, disebabkan
kerendahan hati mereka dan sebagai pelajaran bagi anak cucu mereka.
|
||
Ya Tuhan kami, utuslah
untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab [Al Qur’an]
dan Al-Hikmah [As-Sunnah] serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (129)
|
رَبَّنَا وَٱبۡعَثۡ
فِيهِمۡ رَسُولاً۬ مِّنۡہُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡہِمۡ ءَايَـٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ
ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُزَكِّيہِمۡۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ
ٱلۡحَكِيمُ (١٢٩)
|
|
129. (Ya Tuhan kami! Utuslah untuk mereka) yakni Ahlulbait
(seorang rasul dari kalangan mereka) ini telah dikabulkan Allah dengan
dibangkitkannya kepada mereka Nabi Muhammad saw. (yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat-Mu) Alquran (dan mengajari mereka Alkitab) yakni Alquran (dan
hikmah) maksudnya hukum-hukum yang terdapat di dalamnya (serta menyucikan
mereka) dari kemusyrikan (sesungguhnya Engkau Maha Kuasa) sehingga
mengungguli siapa pun (lagi Maha Bijaksana") dalam segala tindakan dan
perbuatan.
|
||
Dan tidak ada yang
benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri,
dan sungguh Kami telah memilihnya [90] di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk
orang-orang yang saleh. (130)
|
وَمَن يَرۡغَبُ عَن
مِّلَّةِ إِبۡرَٲهِـۧمَ إِلَّا مَن سَفِهَ نَفۡسَهُ ۥۚ وَلَقَدِ
ٱصۡطَفَيۡنَـٰهُ فِى ٱلدُّنۡيَاۖ وَإِنَّهُ ۥ فِى ٱلۡأَخِرَةِ لَمِنَ
ٱلصَّـٰلِحِينَ (١٣٠)
|
|
[90] Di
antaranya menjadi; Imam, Rasul, banyak keturunannya yang menjadi nabi, diberi
gelar khalilullah.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Berkata Ibnu Uyainah
bahwa Abdullah bin Salam menyeru kedua keponakannya Salamah dan Muhajir agar
masuk Islam, katanya kepada mereka, "Kalian telah mengetahui bahwa Allah
swt. telah berfirman dalam Taurat, 'Sesungguhnya Aku akan membangkitkan dari
anak cucu Ismail seorang Nabi yang bernama Muhammad. Maka barang siapa yang
beriman kepadanya, berarti ia telah beroleh petunjuk dan berada dalam
kebenaran, sebaliknya yang tidak beriman, maka ia akan menjadi seorang yang
terkutuk!' Maka Salamah pun masuk Islam, sebaliknya Muhajir menolak, maka
turunlah ayat mengenai dirinya."
|
||
130. (Dan siapakah)
maksudnya tidak ada orang (yang benci pada agama Ibrahim) lalu
meninggalkannya (kecuali orang yang memperbodoh dirinya sendiri) artinya
tidak mengerti bahwa ia makhluk Allah dan harus mengabdikan diri kepada-Nya
atau yang dimaksud, mencelakakan dan menghinakan dirinya sendiri (dan sungguh
Kami telah memilihnya di dunia) sebagai seorang rasul dan seorang khalil,
artinya 'sebagai seorang sahabat', (dan sesungguhnya di akhirat dia
benar-benar termasuk orang-orang yang saleh) yang mempunyai kedudukan tinggi.
|
||
Ketika Tuhannya
berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku
tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". (131)
|
إِذۡ قَالَ لَهُ ۥ
رَبُّهُ ۥۤ أَسۡلِمۡۖ قَالَ أَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (١٣١)
|
|
131. Ingatlah! (Ketika Tuhannya berfirman kepadanya,
"Tunduk dan berserah dirilah kamu!") maksudnya "Tunduklah
kepada Allah dan bulatkan pengabdianmu kepada-Nya!" (Jawab Ibrahim,
"Aku tunduk dan berserah diri kepada Tuhan semesta alam.")
|
||
Dan Ibrahim telah
mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. [Ibrahim
berkata]: "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
(132)
|
وَوَصَّىٰ بِہَآ
إِبۡرَٲهِـۧمُ بَنِيهِ وَيَعۡقُوبُ يَـٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ
ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ (١٣٢)
|
|
132. (Dan Ibrahim telah mewasiatkan) maksudnya agama itu.
Menurut suatu qiraat 'aushaa', (kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub)
kepada anak-anaknya, katanya, ("Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah
telah memilih agama ini untukmu) yakni agama Islam, (maka janganlah kamu mati
kecuali dalam menganut agama Islam!") Artinya ia melarang mereka
meninggalkan agama Islam dan menyuruh mereka agar memegang teguh agama itu
sampai nyawa berpisah dari badan.
|
||
Adakah kamu hadir
ketika Ya’qub kedatangan [tanda-tanda] maut, ketika ia berkata kepada
anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka
menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, [yaitu] Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk
patuh kepada-Nya." (133)
|
أَمۡ كُنتُمۡ
شُہَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا
تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِى قَالُواْ نَعۡبُدُ إِلَـٰهَكَ وَإِلَـٰهَ ءَابَآٮِٕكَ إِبۡرَٲهِـۧمَ وَإِسۡمَـٰعِيلَ
وَإِسۡحَـٰقَ إِلَـٰهً۬ا وَٲحِدً۬ا وَنَحۡنُ لَهُ ۥ مُسۡلِمُونَ (١٣٣)
|
|
133. Tatkala orang-orang Yahudi mengatakan kepada Nabi saw.,
"Apakah kamu tidak tahu bahwa ketika akan mati itu Yakub memesankan
kepada putra-putranya supaya memegang teguh agama Yahudi," maka turunlah
ayat, ("Apakah kalian menyaksikan) atau turut hadir (ketika tanda-tanda
kematian telah datang kepada Yakub, yakni ketika) menjadi 'bada' atau huruf
pengganti bagi 'idz' yang sebelumnya, (ia menanyakan kepada anak-anaknya,
'Apa yang kamu sembah sepeninggalku?") yakni setelah aku meninggal?
(Jawab mereka, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu
Ibrahim, Ismail dan Ishak). Ismail dianggap sebagai 'bapak' berdasarkan
taghlib atau pukul rata, karena kedudukan paman sama dengan bapak (yakni
Tuhan Yang Maha Esa) merupakan 'badal' atau kata pengganti dari 'Tuhanmu',
(dan kami tunduk serta berserah diri kepada-Nya.") Kata 'am' atau
'apakah' di atas berarti penolakan, artinya kalian tidak hadir ketika ia
wafat, maka betapa kalian berani menyatakan dan mengucapkan kepadanya
perkataan yang tidak-tidak!
|
||
Itu adalah umat yang
lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu
usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang
telah mereka kerjakan. (134)
|
تِلۡكَ أُمَّةٌ۬ قَدۡ
خَلَتۡۖ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَلَكُم مَّا كَسَبۡتُمۡۖ وَلَا تُسۡـَٔلُونَ
عَمَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ (١٣٤)
|
|
134. (Itu) isyarat kepada Ibrahim dan Yakub serta anak cucu
mereka, menjadi 'mubtada' atau subyek dan dipakai kata muannats/jenis wanita
disebabkan predikatnya yang muannats pula, (adalah umat yang telah lalu)
(bagi mereka apa yang telah mereka usahakan) maksudnya balasan atau ganjaran
amal perbuatan mereka (dan bagi kamu) ditujukan kepada orang-orang Yahudi
(apa yang kamu usahakan dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban
tentang apa-apa yang mereka kerjakan) sebagaimana mereka tidak pula akan
diminta pertanggungjawaban tentang amal perbuatanmu. Kalimat yang di belakang
ini memperkuat maksud kalimat di muka.
|
||
Dan mereka berkata:
"Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu
mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, bahkan [kami mengikuti]
agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia [Ibrahim] dari golongan orang
musyrik". (135)
|
وَقَالُواْ ڪُونُواْ
هُودًا أَوۡ نَصَـٰرَىٰ تَہۡتَدُواْۗ قُلۡ بَلۡ مِلَّةَ إِبۡرَٲهِـۧمَ
حَنِيفً۬اۖ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ (١٣٥)
|
|
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Diketengahkan oleh Ibnu
Abu Hatim dari jalur Said atau oleh Ikrimah dari Ibnu Abbas, katanya,
"Berkata Ibnu Shuria kepada Nabi saw., 'Tidak ada petunjuk, melainkan
yang kami anut, maka ikutilah kami hai Muhammad, niscaya Anda akan beroleh
petunjuk pula!'" Orang-orang Kristen mengatakan seperti itu pula, maka
Allah pun menurunkan, "Dan mereka berkata, 'Jadilah kamu sebagai penganut
agama Yahudi atau Kristen, niscaya kamu beroleh petunjuk!'" (Q.S.
Al-Baqarah 135).
|
||
135. (Dan kata mereka, "Jadilah kamu
sebagai penganut agama Yahudi atau Kristen, niscaya kamu mendapat
petunjuk.") 'Au' yang berarti 'atau' berfungsi sebagai pemisah. Yang pertama
diucapkan oleh orang-orang Yahudi Madinah, sedangkan yang kedua oleh kaum
Kristen Najran. (Katakanlah) kepada mereka (tidak, bahkan) kami akan
mengikuti (agama Ibrahim yang lurus) yang bertentangan dengan agama lain dan
berpaling menjadi agama yang lurus dan benar. 'Hanifa' ini menjadi 'hal' dari
Ibrahim. (Dan bukanlah dia dari golongan orang-orang musyrik).
|
||
Katakanlah [hai
orang-orang mu’min]: "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub
dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan ’Isa serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan
seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
(136)
|
قُولُوٓاْ ءَامَنَّا
بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡنَا وَمَآ أُنزِلَ إِلَىٰٓ إِبۡرَٲهِـۧمَ
وَإِسۡمَـٰعِيلَ وَإِسۡحَـٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ وَمَآ أُوتِىَ
مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَآ أُوتِىَ ٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمۡ لَا نُفَرِّقُ
بَيۡنَ أَحَدٍ۬ مِّنۡهُمۡ وَنَحۡنُ لَهُ ۥ مُسۡلِمُونَ (١٣٦)
|
|
136. (Katakanlah,) ucapan ini ditujukan kepada orang-orang
beriman ("Kami beriman kepada Allah dan pada apa yang diturunkan kepada
kami) yakni Alquran (dan pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim) yakni
shuhuf, yaitu lembaran-lembaran yang sepuluh (kepada Ismail, Ishak, Yakub dan
anak cucunya) (dan apa yang diberikan kepada Musa) berupa Taurat (dan Isa)
yakni Injil (begitu juga yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka)
baik berupa kitab maupun ayat. (Tidaklah kami beda-bedakan seorang pun di
antara mereka) sehingga mengakibatkan kami beriman kepada sebagian dan kafir
kepada sebagian yang lain sebagaimana halnya orang-orang Yahudi dan Kristen,
(dan kami hanya tunduk kepada-Nya semata.")
|
||
Maka jika mereka beriman
kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat
petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam
permusuhan [dengan kamu]. Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan
Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (137)
|
فَإِنۡ ءَامَنُواْ
بِمِثۡلِ مَآ ءَامَنتُم بِهِۦ فَقَدِ ٱهۡتَدَواْۖ وَّإِن تَوَلَّوۡاْ
فَإِنَّمَا هُمۡ فِى شِقَاقٍ۬ۖ فَسَيَكۡفِيڪَهُمُ ٱللَّهُۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ
ٱلۡعَلِيمُ (١٣٧)
|
|
137. (Maka jika mereka beriman) yakni orang-orang Yahudi dan
Kristen tadi (dengan) 'mitsli' atau 'seperti' hanya sebagai tambahan (apa
yang kamu imani, maka mereka telah memperoleh petunjuk dan jika mereka
berpaling) dari keimanan itu, (berarti mereka dalam permusuhan) denganmu.
(Maka Allah akan memeliharamu dari permusuhan mereka itu) hai Muhammad! (Dan
Allah Maha Mendengar) ucapan-ucapan mereka (lagi Maha Mengetahui) semua
keadaan mereka. Misalnya kamu telah ditolong-Nya dengan pembunuhan Bani
Quraizhah, pengusiran Bani Nadhir dan pembebanan upeti atas mereka.
|
||
Shibghah Allah [91]. Dan siapakah yang
lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami
menyembah. (138)
|
صِبۡغَةَ ٱللَّهِۖ
وَمَنۡ أَحۡسَنُ مِنَ ٱللَّهِ صِبۡغَةً۬ۖ وَنَحۡنُ لَهُ ۥ عَـٰبِدُونَ (١٣٨)
|
|
[91] 'Shibghah'
artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah
yang tidak disertai dengan kemusyrikan.
|
||
138. (Celupan Allah) 'mashdar' yang
memperkuat 'kami beriman' tadi. Mendapat baris di atas sebagai maf`ul muthlak
dari fi`il yang tersembunyi yang diperkirakan berbunyi 'Shabaghanallaahu
shibghah', artinya "Allah mencelup kami suatu celupan". Sedang
maksudnya ialah agama-Nya yang telah difitrahkan-Nya atas manusia dengan
pengaruh dan bekasnya yang menonjol, tak ubah bagai celupan terhadap kain.
(Dan siapakah) maksudnya tidak seorang pun (yang lebih baik celupannya dari
Allah) shibghah di sini menjadi 'tamyiz' (dan hanya kepada-Nya kami
menyembah).
|
||
Katakanlah:
"Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah
Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan
hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, (139)
|
قُلۡ أَتُحَآجُّونَنَا
فِى ٱللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّڪُمۡ وَلَنَآ أَعۡمَـٰلُنَا وَلَكُمۡ
أَعۡمَـٰلُكُمۡ وَنَحۡنُ لَهُ ۥ مُخۡلِصُونَ (١٣٩)
|
|
139. (Katakanlah) kepada mereka! ("Apakah kamu hendak
memperbantahkan) dengan kami (tentang Allah) karena Dia memilih seorang nabi
dari kalangan Arab? (Padahal Dia adalah Tuhan kamu) dan berhak memilih siapa
saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya (dan bagi kamu amalan
kamu) dan kamu akan memperoleh balasannya pula dan tidak mustahil jika di
antara amal-amalan kami itu ada yang patut menerima ganjaran istimewa (dan
hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan) agama dan amalan kami; berbeda halnya
dengan kamu, sehingga sepatutnyalah kami yang dipilih-Nya. 'Hamzah' atau
'apakah' di atas, maksudnya menolak, sedangkan ketiga kalimat di belakang
berarti 'hal'.
|
||
ataukah kamu [hai
orang-orang Yahudi dan Nasrani] mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq,
Ya’qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?
Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah dari
Allah [92]
yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu
kerjakan. (140)
|
أَمۡ تَقُولُونَ إِنَّ
إِبۡرَٲهِـۧمَ وَإِسۡمَـٰعِيلَ وَإِسۡحَـٰقَ وَيَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطَ
كَانُواْ هُودًا أَوۡ نَصَـٰرَىٰۗ قُلۡ ءَأَنتُمۡ أَعۡلَمُ أَمِ ٱللَّهُۗ
وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن كَتَمَ شَهَـٰدَةً عِندَهُ ۥ مِنَ ٱللَّهِۗ وَمَا
ٱللَّهُ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُونَ (١٤٠)
|
|
[92] Syahadah
dari Allah ialah persaksian Allah yang tersebut dalam Taurat dan Injil bahwa
Ibrahim a.s. dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan
bahwa Allah akan mengutus Muhammad SAW
|
||
140. (Atau) apakah (kamu hendak
mengatakan) ada pula yang membaca 'yaquuluuna', artinya mereka hendak
mengatakan (bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya adalah penganut
agama Yahudi dan Kristen?" Katakanlah) kepada mereka, ("Apakah kamu
yang lebih tahu ataukah Allah") artinya Allahlah yang lebih mengetahui
dan Allah sendiri telah membebaskan Ibrahim dari kedua agama itu, firman-Nya,
"Ibrahim itu bukanlah seorang Yahudi atau Kristen." Demikian pula
nabi-nabi yang disebutkan bersamanya mereka itu adalah juga mengikuti
agamanya. (Dan siapakah lagi yang aniaya daripada orang yang menyembunyikan)
atau merahasiakan kepada umat manusia (kesaksian yang terdapat padanya) (dari
Allah) maksudnya tidak ada lain yang lebih aniaya daripadanya. Yang dituju
adalah orang-orang Yahudi yang menyembunyikan kesaksian Allah dalam Taurat
bahwa Ibrahim itu menganut agama hanafiah, yaitu agama Islam yang lurus. (Dan
Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan) merupakan ancaman
dan peringatan terhadap mereka.
|
||
Itu adalah umat yang
telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan;
dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka
kerjakan. (141)
|
تِلۡكَ أُمَّةٌ۬ قَدۡ
خَلَتۡۖ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَلَكُم مَّا كَسَبۡتُمۡۖ وَلَا تُسۡـَٔلُونَ
عَمَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ (١٤١) ۞
|
|
141. (Mereka itu adalah umat yang telah lalu, bagi mereka apa
yang telah mereka usahakan dan bagi kamu apa yang kamu usahakan; dan kamu
tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka
kerjakan). Ayat seperti ini telah kita temui di muka.
|
||
Orang-orang yang
kurang akalnya [93] di antara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan
mereka [umat Islam] dari kiblatnya [Baitul Maqdis] yang dahulu mereka telah
berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan
barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang
lurus [94].
(142)
|
سَيَقُولُ ٱلسُّفَهَآءُ
مِنَ ٱلنَّاسِ مَا وَلَّٮٰهُمۡ
عَن قِبۡلَتِہِمُ ٱلَّتِى كَانُواْ عَلَيۡهَاۚ قُل لِّلَّهِ ٱلۡمَشۡرِقُ
وَٱلۡمَغۡرِبُۚ يَہۡدِى مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬ (١٤٢)
|
|
[93]
Maksudnya: ialah orang-orang yang kurang pikirannya sehingga tidak dapat
memahami maksud pemindahan kiblat.
[94] Di waktu Nabi Muhammad SAW berada di Mekah di tengah-tengah kaum musyirikin beliau berkiblat ke Baitul Maqdis. Tetapi setelah 16 atau 17 bulan Nabi berada di Madinah ditengah-tengah orang Yahudi dan Nasrani beliau disuruh oleh Tuhan untuk mengambil Ka'bah menjadi kiblat, terutama sekali untuk memberi pengertian bahwa dalam ibadat shalat itu bukanlah arah Baitul Maqdis dan Ka'bah itu menjadi tujuan, tetapi menghadapkan diri kepada Tuhan. Untuk persatuan umat Islam, Allah menjadikan Ka'bah sebagai kiblat.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Berkata Ibnu Ishaq,
"Diceritakan kepada saya oleh Ismail bin Abu Khalid dari Abu Ishak dan
Barra, katanya, 'Rasulullah saw. biasa melakukan salat ke arah Baitulmakdis
dan sering melihat ke langit menunggu perintah Allah.' Maka Allah pun
menurunkan, 'Sungguh, Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkanmu ke arah kiblat yang kamu sukai. Maka palingkanlah
mukamu ke arah Masjidilharam!'" (Q.S. Al-Baqarah 144). Beberapa orang
kaum muslimin berkata, "Kita ingin sekiranya dapat mengetahui bagaimana
nasibnya sahabat-sahabat kita yang meninggal sebelum kiblat dipindahkan,
begitu pula nasib salat kita ke arah Baitulmakdis, maka Allah pun menurunkan,
'Dan tidaklah Allah akan menyia-nyiakan imanmu..'" (Q.S. Al-Baqarah
143). Dan orang-orang bodoh atau kurang akalnya di antara manusia berkata,
"Apakah yang menyebabkan mereka berpaling dari kiblat mereka semula?"
Maka Allah pun menurunkan, "Orang-orang yang bodoh atau kurang akalnya
di antara manusia akan mengatakan . . sampai akhir ayat." (Q.S.
Al-Baqarah 142). Banyak dijumpai jalur-jalur seperti itu. Di dalam kedua
sahih diterima dari Barra bahwa sebelum kiblat dialihkan, beberapa orang
laki-laki telah meninggal dan terbunuh, dan kami tidak tahu apa yang
seharusnya diucapkan kepada mereka. Maka Allah pun menurunkan, "Dan
Allah tidaklah akan menyia-nyiakan imanmu" (Q.S. Al-Baqarah 143).
|
||
142. (Orang-orang yang bodoh, kurang
akalnya, di antara manusia) yakni orang-orang Yahudi dan kaum musyrikin akan
mengatakan, (Apakah yang memalingkan mereka) yakni Nabi saw. dan kaum
mukminin (dari kiblat mereka yang mereka pakai selama ini) maksudnya yang
mereka tuju di waktu salat, yaitu Baitulmakdis. Menggunakan 'sin' yang
menunjukkan masa depan, merupakan pemberitaan tentang peristiwa gaib.
(Katakanlah, "Milik Allahlah timur dan barat) maksudnya semua arah atau
mata angin adalah milik Allah belaka, sehingga jika Dia menyuruh kita
menghadap ke arah mana saja, maka tak ada yang akan menentang-Nya. (Dia
memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya) sesuai dengan
petunjuk-Nya (ke jalan yang lurus") yakni agama Islam. Termasuk dalam
golongan itu ialah kamu sendiri dan sebagai buktinya ialah:
|
||
Dan demikian [pula]
Kami telah menjadikan kamu [umat Islam], umat yang adil dan pilihan [95] agar kamu menjadi
saksi atas [perbuatan] manusia dan agar Rasul [Muhammad] menjadi saksi atas
[perbuatan] kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
[sekarang] melainkan agar Kami mengetahui [supaya nyata] siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh [pemindahan kiblat] itu terasa
amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah;
dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang kepada manusia. (143)
|
وَكَذَٲلِكَ
جَعَلۡنَـٰكُمۡ أُمَّةً۬ وَسَطً۬ا لِّتَڪُونُواْ شُہَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ
وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيۡكُمۡ شَهِيدً۬اۗ وَمَا جَعَلۡنَا ٱلۡقِبۡلَةَ
ٱلَّتِى كُنتَ عَلَيۡہَآ إِلَّا لِنَعۡلَمَ مَن يَتَّبِعُ ٱلرَّسُولَ مِمَّن
يَنقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِۚ وَإِن كَانَتۡ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى
ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَـٰنَكُمۡۚ إِنَّ
ٱللَّهَ بِٱلنَّاسِ لَرَءُوفٌ۬ رَّحِيمٌ۬ (١٤٣)
|
|
[95] Umat
Islam dijadikan umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi
atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di
akhirat.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Berkata Ibnu Ishaq,
"Diceritakan kepada saya oleh Ismail bin Abu Khalid dari Abu Ishak dan
Barra, katanya, 'Rasulullah saw. biasa melakukan salat ke arah Baitulmakdis
dan sering melihat ke langit menunggu perintah Allah.' Maka Allah pun
menurunkan 'Sungguh, Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkanmu ke arah kiblat yang kamu sukai. Maka
palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam!'" (Q.S. Al-Baqarah 144).
Beberapa orang kaum muslimin berkata, "Kita ingin sekiranya dapat
mengetahui bagaimana nasibnya sahabat-sahabat kita yang meninggal sebelum
kiblat dipindahkan, begitu pula nasib salat kita ke arah Baitulmakdis, maka
Allah pun menurunkan, 'Dan tidaklah Allah akan menyia-nyiakan imanmu..'"
(Q.S. Al-Baqarah 143). Banyak dijumpai jalur-jalur seperti itu. Di dalam
kedua sahih diterima dari Barra bahwa sebelum kiblat dialihkan, beberapa
orang laki-laki telah meninggal dan terbunuh, dan kami tidak tahu apa yang
seharusnya diucapkan kepada mereka. Maka Allah pun menurunkan, "Dan
Allah tidaklah akan menyia-nyiakan imanmu" (Q.S. Al-Baqarah 143).
|
||
143. (Demikian pula) sebagaimana Kami
telah membimbing kamu padanya. (Kami jadikan kamu) hai Muhammad (sebagai umat
yang pertengahan) artinya sebagai umat yang adil dan pilihan, (agar kamu
sekalian menjadi saksi terhadap umat manusia) pada hari kiamat bahwa
rasul-rasul mereka telah menyampaikan risalah kepada mereka (dan agar rasul
menjadi saksi terhadap kamu sekalian) bahwa ia telah menyampaikan risalahnya
kepadamu. (Dan tidaklah Kami jadikan kiblat) kamu sekarang ini (menurut arah
kiblatmu dulu) yaitu Kakbah yang menjadi kiblatmu yang mula-mula. Di Mekah
Nabi saw. ketika salat menghadap ke sana dan tatkala ia hijrah ke Madinah
disuruhnya menghadap ke Baitulmakdis guna mengambil hati orang-orang Yahudi.
Ada 16 atau 17 bulan lamanya Nabi menghadap ke Baitulmakdis, lalu kembali
menghadap ke Kakbah (melainkan agar Kami ketahui) menurut ilmu lahir (siapa
yang mengikuti rasul) lalu membenarkannya (di antara orang-orang yang
membelot) artinya murtad dan kembali pada kekafiran disebabkan keragu-raguan
terhadap agama dan dugaan bahwa Nabi saw. dalam kebimbangan menghadapi
urusannya. Memang ada segolongan orang yang murtad disebabkan ini. (Dan
sungguh) 'in' berasal dari 'inna', sedangkan isimnya dibuang dan pada mulanya
berbunyi 'wa-innaha', artinya 'dan sesungguhnya ia' (adalah ia) yakni
pemindahan kiblat itu (amat berat) amat sulit diterima manusia, (kecuali bagi
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah) di antara mereka (dan Allah
tidak akan menyia-nyiakan keimanan mereka) maksudnya salat mereka yang dulu
menghadap ke Baitulmakdis, tetapi akan tetap memberi pahala kepada mereka
karenanya. Sebagaimana kita ketahui sebab turun ayat ini adalah datangnya
pertanyaan mengenai orang yang meninggal sebelum pemindahan kiblat.
(Sesungguhnya Allah terhadap manusia) yakni yang beriman (Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang) sehingga Dia tidak akan menyia-nyiakan amal perbuatan mereka.
'Ra`fah', artinya amat pengasih dan didahulukan agar lebih tepat menemui sasaran.
|
||
Sungguh Kami [sering]
melihat mukamu menengadah ke langit [96], maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu
sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang [Yahudi
dan Nasrani] yang diberi Al Kitab [Taurat dan Injil] memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (144)
|
قَدۡ نَرَىٰ تَقَلُّبَ
وَجۡهِكَ فِى ٱلسَّمَآءِۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبۡلَةً۬ تَرۡضَٮٰهَاۚ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ
ٱلۡحَرَامِۚ وَحَيۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّواْ وُجُوهَكُمۡ شَطۡرَهُ ۥۗ
وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَـٰبَ لَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن
رَّبِّهِمۡۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَـٰفِلٍ عَمَّا يَعۡمَلُونَ (١٤٤)
|
|
[96]
Maksudnya ialah Nabi Muhammad SAW sering melihat ke langit mendo'a dan
menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke
Baitullah.
SEBAB
TURUNNYA AYAT: Berkata Ibnu Ishaq,
"Diceritakan kepada saya oleh Ismail bin Abu Khalid dari Abu Ishak dan
Barra, katanya, 'Rasulullah saw. biasa melakukan salat ke arah Baitulmakdis
dan sering melihat ke langit menunggu perintah Allah.' Maka Allah pun
menurunkan 'Sungguh, Kami sering melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkanmu ke arah kiblat yang kamu sukai. Maka
palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam!'" (Q.S. Al-Baqarah 144).
|
||
144. (Sungguh) menyatakan kepastian
(telah Kami lihat perpalingan) atau tengadah (wajahmu ke) arah (langit)
menunggu-nunggu kedatangan wahyu dan rindu menerima perintah untuk menghadap
Kakbah. Sebabnya tidak lain karena ia merupakan kiblat Nabi Ibrahim dan lebih
menggugah untuk masuk Islamnya orang-orang Arab (maka sungguh akan Kami
palingkan kamu) pindahkan kiblatmu (ke kiblat yang kamu ridai) yang kamu
sukai. (Maka palingkanlah mukamu) artinya menghadaplah di waktu salat (ke
arah Masjidilharam) yakni Kakbah (dan di mana saja kamu berada) ditujukan
kepada seluruh umat (palingkanlah mukamu) dalam salat (ke arahnya! Dan
sesungguhnya orang-orang yang diberi Alkitab sama mengetahui bahwa itu)
maksudnya pemindahan kiblat ke arah Kakbah (benar) tidak disangsikan lagi
(dari Tuhan mereka) karena di dalam kitab-kitab suci mereka dinyatakan bahwa
di antara ciri-ciri Nabi saw. ialah terjadinya pemindahan kiblat di masanya.
(Dan Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan) jika dengan
ta, maka ditujukan kepada 'kamu' hai orang-orang yang beriman, yang mematuhi
segala perintah-Nya, sebaliknya bila dengan ya, maka ditujukan kepada
orang-orang Yahudi yang menyangkal soal kiblat ini.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar